49. Hana yang Mesum

186 19 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Kenapa tiba-tiba suara Kakak jadi beda?" Aku memalingkan wajah keluar jendela.

Menatap satu dua truk makanan yang ramai oleh antrian, lampu-lampu jalan tampak cantik dan papan reklame di depan toko-toko dengan lampu warna-warni memperindah suasana.

"Beda gimana?" Sastra melirikku sekilas, lalu kembali menatap lurus jalanan.

"Beda, jadi lebih seksi gitu."

Sastra sontak batuk-batuk, heboh sekali.

Aku meliriknya sekilas, hanya berani menatapnya sebentar lewat sudut mata sebelum kembali melarikan tatap ke arah jalanan.

Aku melihat ada rona merah di pipi Sastra. Aku jadi gemas ingin menciumnya.

"Kakak kayak mau ngajak aku ke hotel."

Kali ini Sastra tersedak. Cowok itu kembali batuk-batuk. Seluruh wajahnya memerah.

Aku langsung membuka kaca, membiarkan angin masuk menerpa wajahku yang panas. Sialnya wajahku juga ikut merah.

Astaga, mulutku memang nakal.

"Pikiran lo liar juga ya, hotel bukan tempat yang aman. Gue tau tempat yang lebih aman."

Tempat yang lebih aman ya? Di mana lagi kalau bukan di apartemenku.

Sastra menekan sederet angka di kunci pintu otomatis. Setelahnya, ia membuka pintu kemudian masuk lebih dulu dan mempersilahkan aku masuk. Seolah ini adalah apartemen miliknya.

Aku berdecak pelan, menggeleng kepala tak habis pikir.

"Besok gue berangkat jam dua siang. Malam ini bisa gue pake buat berduaan sama lo," ujarnya seraya melepas tas selempangku.

Ia lalu menggenggam tanganku dan membawaku ke sofa.

"Kalimat Kakak bikin aku merinding," sahutku sembari menatapnya takut-takut.

Tak mengindahkan kalimatku, Sastra lantas meraih tanganku dan satu tangannya mengusap kulit pinggangku yang terekspose karena aku memakai crop top seperti biasa.

Ia lalu mendekat. Menarikku hingga menabrak dadanya. Tubuhku diangkat hingga duduk di atas pahanya.

"Kenapa kamu jadi frontal gini Kala?" tanyanya dengan suara serak sembari mengecup telingaku.

Aku mengigit pipi bagian dalam merasakan sensasi aneh ketika tangan Sastra mulai menggerayangi tubuhku.

"Bukannya Kakak ya?"

"Hgh, aku? Aku kenapa?"

"Kelakuan Kakak yang frontal ... kayak gini." Wajahku panas, aku meremas bahu Sastra menyalurkan rasa aneh yang aku rasakan.

Sastra menyeringai, cowok itu lalu menyambut bibirku dengan miliknya.

Melumatnya penuh perasaan hingga aku terbuai dan tanpa sadar sudah berada di bawah kungkungannya.

Ia berada di atasku, sedangkan aku terbaring di sofa.

"Kakak mau ngapain?" aku memberanikan diri bertanya setelah ciuman Sastra terlepas.

Cowok itu terengah, menatapku lamat.

"Kamu maunya kita ngapain?"

Aku terkekeh pelan. Merasa lucu dan aneh menghadapi situasi sekarang ini.

"Kak tetep kayak gini ya, pake aku kamu jadi berasa pacarannya."

Sastra tergelak. Ia lalu mengecup pelipisku dan mengusapnya lembut.

"As you wish Baby."

Setelah itu, Sastra kembali melanjutkan aksinya. Meninggalkan jejak merah di permukaan kulitku. Menyesap, menggigit, mengecup dan menjilat.

Ia tak bisa diam, melakukannya tanpa ampun. Asik menorehkan jejak di kulitku.

Aku jadi gemas bukan main melihat ekspresinya, penuh nafsu dengan kedua mata sayu.

"Mau pindah ke kamar aja gak?" Aku memberi penawaran.

Tanpa diduga, Sastra tergelak. Terdengar mengejek. Ia kembali menghujani wajahku dengan kecupan.

"Mau langsung aja ya?"

"Langsung gimana?"

Aku menyentuh alur urat tangan Sastra yang menonjol dengan ujung jari.

"Langsung ... buka-bukaan."

Sastra tergelak lagi. Kali ini lebih lepas. Ia bahkan menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku. Tertawa di sana.

"Kamu bener-bener mesum ya Kala," ujarnya sambil menatapku yang berada di bawahnya.

"Kakak yang mulai loh padahal."

Sastra terkekeh. "Emang boleh?" tanyanya. Ia memainkan tali crop topku.

"Menurut Kakak aja, aku udah pasrah begini pake ditanya segala."

Sastra tertawa lagi.

Cowok itu lalu menarikku hingga terduduk kembali di pangkuannya. Ia memelukku erat.

"Gak sekarang ya, gue gak siap."

"Loh? Bisa gitu ya?"

Sastra terkekeh pelan.

"Bisa. Gue gak mau nyakitin lo."

"Kok pake lo gue lagi?"

"Maaf, gue belum kebiasa."

Aku berdecak pelan, enggan berdebat dengannya.

Sastra terasa begitu hangat dan ... wangi.

Aku mengusapkan pipi ke ceruk lehernya, meninggalkan kecup di sana.

"Sayang Kak Sastra."

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 31 Juli 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 31 Juli 2023

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang