Prolog - Peti Kemas yang Brutal

718 41 3
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Selarik cahaya terlihat melalui celah-celah dinding peti kemas.

Aku kira akan merasa pengap berada di dalam sini. Namun, nyatanya tidak.

Aku melirik ke kanan. Mendapati Sastra yang sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Alisnya yang tebal bagai ulat bulu berkerut. Bibirnya yang merah bak ceri ranum ikut mengkerut lucu.

Ah, sialan aku malah jadi gerah.

"Di sini jaringan internetnya jelek. Gue udah coba chat semua member dan bilang kalau kita ke kunci di peti kemas. Doain aja ya mereka cepet liat chatnya gue."

Aku mengangguk. Mengerti.

Dalam cahaya remang di peti kemas, sosok Sastra masih terlihat tampan seperti biasa.

Tanpa sadar aku menatapnya cukup lama.

Senyum Sastra terkembang bersamaan dengan jarak yang semakin sempit di antara kami.

Sastra mendekat. Menatapku lurus-lurus.

"Maaf ya gara-gara nyariin cincin gue yang hilang lo jadi ikut kejebak di sini."

"Gapapa Kak, ntar kalau sendirian Kakak malah takut lagi."

Sastra mencibir.

"Gue bukan penakut," elaknya.

Aku balas mencibir.

"Bohong banget, waktu syuting gotu (going tujuhbelas) kamu ngejerit kenceng banget sampai ngomong kasar pas liat hantu boongan."

Sastra berdecak. "Itu gue kaget tau!" serunya sebal.

Aku tergelak. Ekspresinya tampak menggemaskan di saat sedang sebal seperti ini.

"Ketawa aja terus. Ntar gue cium lu."

"Halah, ampas banget ancemannya," ujarku sembari beringsut mundur.

Tapi, aku kalah cepat. Sastra sudah lebih dulu memegang pinganggku.

Aku meringis saat merasakan remasan tangan Sastra di sana.

Lalu, tanpa aba-aba ia menciumku. Melumat tanpa ampun.

"Wah kamu bener-bener udah gila ya!" seruku kalap sembari memukul dadanya.

Sebisa mungkin aku meraup oksigen, memenuhi paru-paru. Ciuman Sastra barusan benar-benar brutal.

"Makanya jangan sok nantangin jadi orang."

"Ya tapi kan gak harus sampai segitunya juga."

Aku menyentuh bibirku, merasakan bengkak di sana.

"Kamu brutal banget."

Sastra tersenyum miring. "Mau lagi?"

Aku menggeleng cepat sembari menutup mulut dengan kedua tangan.

Tawa Sastra pecah.

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang