**
Rasanya seperti pulang kampung. Aroma udara London memang berbeda.
Setibanya di London, aku langsung mengurus beberapa hal. Membeli makan siang dan mengobrol dengan beberapa staff.
Aku jadi kebagian tugas mengurus makanan untuk semua orang.
Sebab, aku mengenal beberapa restoran enak dan sehat serta aman.
Aku dan beberapa staff lebih dulu tiba di London daripada anggota grup tujuhbelas.
Sarah sibuk bercerita tentang keseruan konser di New York dan bilang kalau ia bertemu cowok ganteng panitia konser.
"Gantengan mana dari Kak Han?" tanyaku, membandingkan.
"Hmm, gantengan Kak Han sih kemana-mana," jawab Sarah malu-malu.
Meski tak jujur kepadaku tentang isi hatinya, tetapi aku jelas tahu kalau Sarah menyukai Kak Han.
Kami sedang mengantri di depan gerobak makanan yang menjual hot dog. Fay memberitahu lewat pesan chat kalau rombongan member tujuhbelas beserta para manajer sebentar lagi akan datang. Mereka menginginkan hot dog.
"Ada kejadian aneh gak selama gue gak ada?" tanyaku sembari menerima bungkusan besar hot dog.
Kami mendapat bonus dua hot dog dari penjual karena sudah membeli dalam porsi besar. Bonus tersebut untukku dan Sarah.
"Apanya? Cowok lo?"
Aku refleks mengulum senyum mendengar ucapan Sarah.
Sarah berdecak pelan. "Gak ada yang aneh ya, Cuma dia suka nanyain kapan lo dateng ke gue. Setelah sekian lama akhirnya gue ngeliat lo mesem-mesem lagi karna cowok."
Aku tergelak. Kami masuk ke dalam gang kecil menuju lapangan parkir luas. Aku menaruh mobilku di sana.
Saat sampai di London tadi, aku langsung menuju rumahku. Menyapa sebentar nenekku yang asyik merajut dan pergi setelah mengambil kunci mobil.
Daddyku sedang tidak ada di London, kali ini ia sedang berlibur di pantai Dewata Bali, Indonesia. Entah memang berlibur atau ada maksud lain.
"Lo gak seneng emangnya liat gue kasmaran lagi setelah sekian lama?"
Sarah meminta kunci mobilku. Ia akan menyetir menuju penginapan tujuhbelas.
"Seneng. Gue seneng banget. Senyum lo gak lagi palsu dan lo gak jadi cewek ngenes liat mantan udah punya gandengan."
Aku berdecih, memasang sabuk pengaman dan mulai menikmati suapan pertama hot dog. Aku juga menyuapi hot dog bagian Sarah, karena ia sedang fokus menyetir.
"Gue udah bilang semuanya ke Seb, Sar."
Sarah melirikku sekilas, sebelum menatap jalanan kembali.
"Lo gak papa kan?"
Aku menggeleng. Meski awalnya terasa sakit sebab luka lama yang kembali muncul kepermukaan.
Namun, setelahnya aku lega. Lega karena mendapati ekspresi tidak percaya dari Sebby. Lega sudah membuka fakta yang selama ini tersimpan rapat-rapat.
Serta lega karena telah meluruskan kesalahpahaman.
"Kenapa gak dari dulu aja ya gue jujur soal ini."
"Karena lo dulu belum berdamai sama hati lo sendiri."
"Jadi, sekarang gue udah berdamai sama hati gue ya?" Aku mengulum senyum geli.
Sarah terkekeh. "Itu buktinya lo bucin mampus sama Sastra."
Mobil yang dikendarai Sarah memasuki gerbang penginapan.
Aku membuka kaca bagian kiri dan memperlihatkan wajahku pada penjaga gerbang.
Besi penghalang pun dibuka, mobil bergerak maju masuk ke area parkir.
"Serem banget penjaga di sana," komen Sarah sambil membantuku membawa satu dari dua bungkusan besar hot dog.
"Kalau gak serem mereka gak bakal diterima jadi penjaga Sar."
"Kalaaaaaaaaa! Hot dog dataaaaaang!" seru Yuma, ia berlari mendekat seperti anak kecil.
Mengambil alih bungkusan besar hot dog dari tanganku dan membagikannya pada yang lain.
Aku menoleh ke kanan dan kiri, mencari sosok Sastra.
"Bang Sastra lagi berenang di kolam," sahut Vernon tanpa kutanya.
Riak air terdengar sesaat aku membuka pintu menuju kolam renang dalam ruangan.
Benar yang Vernon bilang, Sastra sedang berenang di sini. Sendirian.
Aku mendekat, melihat sosoknya, punggung telanjangnya bergerak di bawah air. Aku lalu berjongkok di tepi kolam.
"Kak Sastra, aku di sini," panggilku.
Kepala Sastra langsung menyembul keluar dari dalam air. Ia membuka kaca mata renangnya dan tersenyum lebar ke arahku.
**
Date : 8 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...