4. Hutan, Hujan dan Pelukan Sastra

224 30 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Pemandangan di kiri dan kanan jalan benar-benar cantik. Aku sungguh terpesona.

Udara semakin dingin seiring bus memasuki daerah pegunungan. Aku memutuskan untuk menutup jendela dan memakai jaket.

Namun...

"Gak usah pake jaket lo, pake punya gue aja," ujar Sastra lalu menyelimuti jaketnya ditubuhku.

Tidak sampai di situ. Ia lalu menyandarkan kepalanya dibahuku.

Cowok itu menutup matanya dan tertidur.

Kalau sudah seperti ini, aku bisa apa?

Tak butuh waktu lama, aku pun tertidur.

Aku adalah tipe orang yang mudah terjaga. Namun, lambat membuka mata.

Jadi, saat suara obrolan terdengar cukup dekat dan membawa-bawa namaku, aku sudah sepenuhnya terjaga.

Tapi, mataku terlalu lengket untuk dibuka.

"Bang lo apain Kala?"

Itu suara Dino.

"Gak gue apa-apain. Dia cuma tidur. Terus gue selimutin pake jaket."

"Kalau demen mah tembak aja," sahut suara lain yang aku tebak adalah suara Han.

Apa mereka tidak sadar kalau orang yang sedang mereka bicarakan ada di sini?

Mereka melakukannya seolah-olah aku tertidur pulas hingga tidak sadar dengan pembicaraan mereka.

"Kalau ditembak, mati dong."

Kalau ini suaranya Joshua.

"Kenapa sih kalian jadi ribet, yang ngejalaninnya kan gue sama Kala."

Ngejalanin apa anjir?

"Udah sana-sana, Kala lagi tidur! Ganggu aja deh," usir Sastra.

Sesaat, suara obrolan itu terdengar menjauh. Aku membuka mataku sedikit dan menoleh ke kursi samping. Tidak ada Sastra di sana.

Sepertinya cowok itu sedang sibuk bermain di bagian belakang bus. Suara tawanya terdengar sampai sini.

Kantukku jadi hilang.

Aku tak berniat tidur lagi.

Namun, saat Sastra datang aku buru-buru menutup mata lagi.

"Gue tau lo udah bangun Kala," ujarnya sambil memainkan anak rambutku.

Ah, aku ketahuan.

Aku membuka satu mata. Melihat Sastra yang tersenyum tengil.

Aku lantas menepis tangannya.

"Suka banget ngeberantakin rambut orang," ujarku dan menyambung di dalam hati. "Sama ngeberantakin hati orang."

Dia hanya tertawa saja.

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang