**
Seolah memang sudah ditakdirkan, semua pekerjaan yang perlu diketik di komputer sudah rampung kemarin.
Fay dan Sarah bahkan mengajukan diri untuk membantuku kalau-kalau memang ada pekerjaan yang kelewat banyak.
Tak hanya itu, Joshua dan Han bahkan memesan cake tiramisu dan mengajakku makan bersama di ruanganku. Mereka mengajakku mengobrol dan kami berakhir mengenang masa-masa ketika aku masih menjadi manajer mereka.
Dino dan Wanza juga datang mengajakku makan siang bersama, serta Wira yang mengirimkan es boba oreo yang diantar Fay.
Ada sticky note dengan tulisan tangan Wira yang aku kenal.
Dear Hana/Kala
Maaf, karena gue gak bisa kasih ini langsung buat lo. Maaf malam itu gue cuma bisa diam, karena situasinya lagi jelek banget. Cepat sembuh tangan lo ya, nanti gue traktir es krim"Baik banget," aku terharu sudah menerima semua kebaikan hati mereka. Rasanya ingin menangis saja.
Waktu berlalu cepat hingga tau-tau sudah malam saja. Aku meninggalkan ruangan sembari membalas pesan dari Sarah.
Ia sudah memesan makan malam untukku di restoran sebelah kantor.
Aku akan segera menyusul ke sana setelah menemui Fay dan Lingga.
Aku rasa keduanya sedang berada di ruang latihan.
Sesaat sampai di depan ruang latihan, aku dibuat meringis, menatap pintu itu sebab teringat bagaimana sorot mata member tujuhbelas yang datar dan sukses membuatku takut.
Refleks, tubuhku agak membungkuk berusaha sesopan mungkin dan mengetuk pintu itu, "permisi."
Saat pintu kubuka, beberapa back dancer mengangguk ke arahku, Lingga yang ada di sudut ruangan kontan nyengir.
"Anjir, sopan banget lu," ledeknya sambil tertawa.
Aku mencebik, lantas meneliti situasi di sekelilingku.
Beberapa member tujuhbelas sedang latihan di tengah-tengah ruangan, sementar yang lain tampak beristirahat di sudut.
Aku buru-buru mengalihkan tatap ketika hampir mendapati wajah Sastra yang menatap ke arahku.
Aku langsung mengulurkan tiket pesawat itu ke Lingga.
"Ini, buat lusa, temenin gue ke Kanada buat ngurus persiapan konser, karena lo tau sendiri kondisi gue sekarang gimana. Terserah mau lo yang pergi atau Fay, atau manajer yang lain. Gue gak bisa sendirian, semua biaya udah gue koordinasi sama Sarah jadi tinggal pergi aja."
"Wihhh, mantep nih!" seru Lingga heboh meski suaranya teredam karena musik yang keras. Ia menggoyangkan tiket itu sambil menatap Fay yang sibuk dengan kamera untuk bagian behind the scene yang akan diupload pada kanal internet.
Fay bergegas mendekat setelah menitipkan kamera ke salah satu back dancer.
"Apaan tuh?" tanyanya kepo.
Lingga lantas menjelaskan seperti yang aku ucap sebelumnya.
Saat itulah, aku mencuri tatap pada Sastra dari balik bahu Lingga.
Cowok itu masih di posisi yang sama, duduk bersandar menselonjorkan kaki. Arah tatapnya juga masih sama, ke arahku.
Aku lalu memberanikan diri membalas tatapnya ketika Fay dan Lingga asik berdebat untuk memilih siapa yang akan pergi menemaniku.
Ada gelenyar aneh yang membuat dadaku hangat.
Sorot mata itu persis sama. Hangat dan tampak menghipnotis agar aku mendekat ke arahnya dan jatuh dalam rengkuhannya.
Sialan sekali aku baru berani menatapnya sekarang, ketika tiba-tiba Han menutup pandanganku dengan duduk di depan Sastra.
"YES GUE YANG PERGI!" seru Fay girang.
Mengagetkanku, sukses mengalihkan atensiku dari Sastra.
Aku melihat Lingga yang mengaduh karena Fay memukul-mukul bahunya kesenangan. Meskipun begitu, ia tampak pasrah saja seraya menatap Fay lamat.
Sorot matanya aneh, membuatku ingin meledeknya.
Ternyata Fay menang suit lima kali melawan Lingga. Jadinya, Fay yang akan menemaniku lusa ke Kanada.
**
Date : 11 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomantizmLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...