**
"Bunga sakura?"
"Iya, bunga sakura kecil yang udah diplastikin."
Sastra terlihat bingung. Aku rasa ia belum menemukan bunga sakura itu.
"Waktu kita kebetulan kita satu lift, aku liat ada bunga sakura di saku jaket kakak."
"Kapan? Gue gak inget."
Obrolan kami terinterupsi sejenak ketika pintu ruang latihan terbuka. Seorang gadis melangkah masuk agak menunduk, memakai masker dengan rambut panjang sepunggung.
Aku rasa ia salah satu back dancer.
Perhatianku kembali ke Sastra. Kali ini aku menangkap sorot matanya yang bersahabat.
Apa dia sudah memaafkanku?
"Aku denger Kak Vernon tiba-tiba nemu bunga sakura di saku jaketnya. Ini aneh karena sekarang lagi musim dingin. Makanya aku mau mastiin apa Kakak juga nemu bunga sakura yang sama kayak Kak Vernon."
"Gak ada tuh." Sastra menjawab cepat. Tanpa jeda.
"Syukurlah kalo gak ada. Semoga aja emang bunga sakura itu bukan pertanda buruk."
Aku mengintip ke balik bahu Sastra, ke arah gadis yang aku kira back dancer itu, ia sedang duduk bersila di sudut ruangan dan memainkan ponsel.
"Lo percaya pertanda-pertanda kayak gitu?"
"Iya, kalo itu masuk akal."
Aku melirik sekali lagi ke gadis itu, entah kenapa ada yang janggal dengannya.
Sastra berdecak pelan. Ia sepertinya memang lupa dengan bunga sakura itu atau mungkin saja bunga sakura tersebut terbuang saat ia ingin mengambil sesuatu di saku jaketnya.
"Kalau kakak inget sesuatu atau ngerasa ada yang janggal, kakak bisa kasih tau member yang lain, manajer atau ke aku. Aku harap kakak mau berbagi sama yang lain jangan dipendem sendiri," ujarku sengaja menyindir.
Sesaat, kami saling pandang. Lalu, ia buru-buru melarikan tatap dengan seringaian di wajahnya.
Apa-apaan gadis itu?
Pintu ruang latihan terbuka. Hasan dan Han masuk bersama. Keduanya menyapaku hangat seperti biasa.
Kami terlibat obrolan singkat, Han cerita kalau mesin minuman di lorong gedung tidak menjual minuman jenis baru kesukaannya.
Rencananya, aku dan Sarah ingin membeli satu mesin minuman lagi yang isinya semua minuman yang disuka sebagian besar orang kantor.
Makanya secara terselebung aku menanyakan perihal minuman yang mereka suka setiap kali bertemu.
Aku melirik lagi ke sudut ruangan. Gadis itu tidak ada.
Loh, kapan dia pergi?
"Kenapa Kala?" tanya Hasan. Dia masih memanggilku dengan nama itu. Sastra melirik kepo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomantizmLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...