**
Alunan musik penyanyi kafe perlahan memelan seiring aku melangkah. Denting lonceng kecil di atas pintu kafe berbunyi ketika aku mendorong pintu dan keluar. Udara malam yang dingin menyambutku. Embun di gelas es americano membuat tanganku mati rasa.
Aku melangkah lagi menuju mobil yang aku parkir di pelataran kafe. Namun, langkahku terhenti saat seseorang memanggilku.
"Hana, maaf."
Aku melirik sekilas, di sana ada Sebby, disusul seorang perempuan cantik dengan pakaian seksi.
Dia tunangannya Sebby, mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Kabarnya, mereka bertunangan ketika gadis itu sudah berumur tujuh belas tahun. Hal ini sudah klise dilakukan oleh sebagian orang kaya, menjodohkan anak mereka dengan kolega yang setara adalah hal yang biasa.
"Kenapa malah minta maaf?"
Sebby memalingkan wajah. Enggan menatapku.
Aku lantas melarikan pandang pada gadis itu.
Di sana, ia berdiri sok cantik dengan ekspresi kaku, senyum pongah dan sorot mata sayu.
"Gue gak papa kok. Lagian lo gak salah apa-apa. Emang bener kan gue macarin artis gue sendiri."
Sebenarnya aku datang ingin membicarakan soal ucapan Sebby yang membuatku kepikiran setengah mati.
Sesampainya di sana, setelah memesan, aku diantar oleh salah satu pegawai menuju area outdoor kafe untuk menemui Sebby.
Kami malah mendapati adegan mesum Sebby dan tunangannya. Pegawai yang menemaniku terpekik yang membuat kedua orang itu sadar.
Dari banyak motel yang ada di kota, kenapa mereka malah melakukannya di tempat umum begini sih?
Aku lantas memburu mempertanyakan perihal ucapan Seb tersebut tanpa menunggu rasa malunya sirna.
Ia bengong mencerna ucapanku dan malah membuatku jengah karna si gadis tunangannya tersebut menggeliat dan menempelkan tubuhnya pada Sebby.
Nahas sekali mataku harus melihat pemandangan menjijikan begitu.
Itu sebabnya, aku langsung pergi tanpa menunggu Sebby bicara.
"Lo yakin gak papa?"
"Gue yakin."
"Oke, gue bakal nunggu lo putus sama dia."
"Apaan?" Aku terhenyak.
Bukannya membalas ucapanku, Sebby langsung melenggang pergi. Masuk kembali ke kafenya diikuti gadis itu.
**
Keesokan harinya, langit jingga perlahan menggelap sesaat aku mengalihkan tatap dari layar laptop.
Di depan layar proyektor, Sarah sedang sibuk menjelaskan alokasi dana untuk promosi dan konser grup tujuhbelas.
Ada empat belas negara yang penyelenggara eventnya sudah sepakat untuk mengadakan konser.
Negara-negara tersebut sudah pernah dikunjungi grup tujuhbelas dua tahun lalu. Jadi, lebih mudah untuk menjalin kerja sama.
Setelah rapat usai, aku masih stay di ruang rapat sembari termenung menatap langit gelap.
"Lo kebanyakan bengong deh akhir-akhir ini, kenapa? Si Seb bikin ulah lagi?" tanya Sarah.
Aku langsung teringat adegan mesum di outdoor kafe kemarin.
"Anjir, mereka hampir ninuninu tau di tempat umum!"
"Apa-apaan? Kek gak punya duit aja si Seb buat nyewa hotel, minimal ke toilet deh."
Aku tergelak.
"Pegawainya dia sampe mupeng anjir!"
Sarah tertawa lebih kencang.
"Gak ada otak emang! Sengaja banget tuh cewek mau bikin lo cemburu."
"Bukannya cemburu gue malah jijik. Lagian, hati gue udah diambil Sastra."
Sarah mengulum senyum, mulai memasang ekspresi mengejek.
"Loh Kak Sastra, mau peluuuukkkkkkkkkk!!" seru Sarah dengan tangan terulur ke depan, memperagakan seperti apa yang aku lakukan tempo hari.
Tidak ada yang tidak Sarah ketahui. Entah dari siapa Sarah mengetahui hal menggelikan tersebut.
Aku menepis tangannya dan memalingkan wajah, ada gelenyar hangat yang menjalar di kedua pipiku.
Seakan belum puas mengejek, Sarah malah bergerak-gerak tak jelas gencar menggodaku.
"Dasar jomblo!" seruku sepenuh hati bersamaan dengan ponsel Sarah yang berdering.
Ada panggilan masuk dengan nomor kontak bertanda hati.
Loh, Sarah sudah punya pacar ya?
**
Date : 21 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...