**
Aku memulai hari dengan lambat pagi ini. Tidak ada pekerjaan mendesak yang menanti di kantor. Jadi, aku pergi agak telat dan sampai di kantor pada pukul sepuluh.
Biasanya, aku memakirkan mobil di tempat parkir basement karena aku akan lama berada di kantor. Hal itu karena memarkirkan mobil di ruang terbuka akan membuat mobilku panas ketika hendak digunakan. Namun, pagi ini aku mendapati lahan parkir di bawah rindangnya pohon sedang kosong. Maka dari itu, aku meninggalkan mobilku diparkir di sana.
Setelahnya aku memeriksa ponsel, mengecek grup chat dan melihat laporan dari anggota manajer bahwa mereka semua sudah kembali ke Korea. Tepatnya pukul sebelas malam tadi.
Aku menunduk memerhatikan ponsel sambil sesekali melihat jalanan di depanku menuju gedung agensi. Aku akan mampir sebentar ke kafe di lobby untuk membeli kopi.
Akan tetapi, baru melangkah masuk melewati pintu kaca gedung agensi, aku dikejutkan dengan keramaian di area lobby.
Setengah area loby penuh oleh orang-orang yang berdiri melingkar, seolah sedang menonton sesuatu yang menarik.
Aku penasaran, lalu berjinjit untuk melihat apa gerangan yang dikerumuni orang-orang itu.
Hingga aku dikejutkan oleh sosok Naya. Ia dengan wajah sembab dan penampilan kusut berada di tengah-tengah kerumunan.
Loh? Bukannya gadis itu sudah dibawa pulang oleh Seb? Kenapa ia ada di sini sepagi ini?
Mata kami bertemu dan setelahnya kekacauan yang lebih besar terjadi.
"ITU PEMBUNUH! DIA WANITA JAHAT YANG MEMBUNUH ANAKNYA SENDIRI. JANGAN PERCAYA DENGAN PENAMPILANNYA YANG LUGU, DIA ADALAH WANITA SOK YANG MEREBUT KEBAHAGIAANKU! PEMBUNUH KEJI." Cecarnya dengan suara nyaring seraya mengarahkan telunjuk ke arahku.
Sontak saja semua mata tertuju kepadaku. Sementara aku hanya bisa melongo tidak mengerti dengan tuduhan tak berdasar dari gadis tak waras itu.
Sarah lalu muncul, menyibak kerumunan orang-orang dengan wajah pucat pasi. Ia memegang kedua lenganku, menarikku menjauh dari kerumunan itu.
Saat itulah, anggota grup tujuhbelas datang. Tidak semuanya, hanya lima orang dan Sastra ada di antara mereka.
Naya kembali beraksi. Ia maju ke depan, ke arahku, lalu menunjuk Sastra dengan sepenuh emosi.
"JANGAN MEREBUT KEBAHAGIAAN ORANG LAIN! CUKUP AKU SAJA. AKU MOHON KAU TINGGALKAN SAJA WANITA INI!" serunya lagi.
Aku semakin tidak mengerti, aku lantas mendorong bahunya agar ia menghadap ke arahku.
"Apa maksud kau membuat keributan di sini?" tanyaku seraya menahan diri untuk tidak menjambak rambutnya.
Aku mulai mengerti sedikit. Alasan si tak waras ini ke sini. Ia ingin menjelek-jelekkanku. Seperti yang ia lakukan dulu. Persis sama. Namun, dulu aku tak bisa membela diri sendiri. Tapi kini, aku tak akan gentar.
"SEBBY! Ia meninggalkanku setelah mengetahui fakta sebenarnya," ujarnya dengan suara tercekat.
"Hah? Baguslah, itu artinya dia sadar kalau kau hanya gadis penjilat."
"Sialan!" Tangannya melayang ke arahku, tetapi segera aku tepis dan hal itu membuatnya meringis.
"Cepat pergi dari sini! Atau aku akan menelpon polisi dan memenjarakanmu. Aku menahan diri selama ini untuk tak melakukannya. Namun, aku bisa saja berubah pikiran setelah tahu Seb meninggalkanmu."
Setelahnya gadis itu terpekik nyaring. Menangis bagai orang gila. Terduduk di lantai meraung-ruang. Jadi bahan tontonan semua orang. Heboh sekali. Tak lama, ia kembali berdiri, menghapus kasar wajahnya yang basah dan menatap nyalang ke arahku.
Ia berjalan mendekat, Sarah sigap menahannya dengan kedua lengan di rentangkan di depan tubuhku.
Naya melirik Sarah sekilas lalu berdecih. "Kau memang wanita jalang. Dengan semua kebahagiaan yang kau punya, kenapa kau masih mengharapkan Seb?"
"Aku tidak mengharapkannya, dia milikmu, tunanganmu, bukan urusanku sama sekali."
Naya lalu tertawa, agaknya gadis itu benar-benar sudah gila. "Dia, dia bilang akan memulangkanku dan menyuruhku untuk tidak berbuat macam-macam. Itu semua karena kau, karena anak sialan yang kau bunuh itu."
Tanpa sadar, aku melayangkan tamparan ke wajahnya. Dia boleh saja mencercaku, tapi tidak dengan dia.
Tamparan itu cukup keras hingga suara napas tersendat dari semua orang terdengar jelas. Gadis itu terhuyung jatuh ke lantai, aku bisa melihat sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Sekali lagi kau menyebutnya seperti itu, leher kau akan ku buat patah dasar jalang!"
Sarah langsung memelukku, aku bisa mendengar isakannya, entah kenapa Sarah menangis aku pun tak tahu alasannya.
Setelah itu, dengung suara obrolan orang-orang terdengar, dua pria keamanan berbadan besar menyeret paksa Naya keluar. Gadis itu meronta-ronta, menunjuk-nunjukku dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya. Meski aku sudah membuat sudut bibirnya robek, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi umpatan yang keluar dari mulutnya.
Bersamaan dengan itu CEO Agensi datang, dengan istrinya, Tante Karin. Keduanya berjalan mendekat ke arahku dengan wajah khawatir. Tante Karin mengenakan jas putih praktek tempatnya bekerja dengan name tag di saku kirinya.
Ia menghambur memelukku erat. Lalu mengusap-usap kepalaku, suaranya yang lembut dan menenangkan membuat ototku lemas. Sesuatu yang aku tahan sejak tadi tanpa sadar keluar begitu saja. Aku terisak begitu hebat.
**
Date : 4 September 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
Roman d'amourLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...