65. Kue Tiramisu dan Segelas Wiski

102 18 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Sebagai seorang perempuan yang memiliki mood swing, suasana hatiku memburuk sepanjang hari. Tidak ada pekerjaan lagi yang bisa aku lakukan. Sarah dan Fay sudah pergi mengunjungi pasar malam yang buka di dekat pantai. Mereka tadi juga mengajakku, tetapi aku enggan beranjak dari kasur.

Namun, ketika malam makin larut, aku makin bosan saja hanya berdiam diri di kamar.

Terlebih lagi, Sarah dan Fay yang mengirimkan potret keseruan mereka di pasar malam, membuat aku iri saja.

Alhasil, aku bersiap keluar. Karena malam di sini cukup hangat, keluar dengan gaun selutut warna hitam rasanya pasti seru. Ini adalah gaun kesukaanku yang aku temukan di rumahku di London. Dulu, aku kerap memakainya dan punya beberapa warna dengan potongan gaun yang serupa. Meski warna hitam tetap menjadi yang favorit.

Area penginapan lengang begitu aku memijakkan kaki di loby. Agaknya beberapa orang sudah pergi keluar atau sedang beristirahat di kamar masing-masing.

Namun, tiba-tiba aku bertemu Vernon yang sedang asik duduk-duduk di teras penginapan.

"Loh Kala, mau kemana?" tanyanya yang lebih dulu menyadari keberadaanku.

Ia melepas headphone yang menyumpal telinganya dan dengan tatapannya yang khas, ia menaruh atensi penuh padaku.

"Mau keluar Kak," jawabku.

Vernon mangut-mangut saja setelahnya dan bersiap kembali memasang headphone, tetapi aku segera menahannya dengan tanya.

"Kak Sastra di mana Kak?"

"Bang Sastra lagi tidur sepuluh menit lalu pas gue cek di kamarnya."

**

Jalanan malam ini ramai oleh orang-orang yang berjalan kaki. Area pasar malam berada cukup dekat dari penginapan. Cukup sepuluh menit berjalan, keramain pasar malam sudah tersaji di depan mata.

Namun, tujuanku bukan ke sana. Aku melangkah dengan rasa penasaran saat mendapati papan nama toko yang berhiaskan lampu neon warna-warni. Ternyata itu toko kue yang terletak tepat di sebelah bar.

Keduanya tampak kontras bersisian. Kesan cerah ditampilkan oleh toko roti di sisi kiri, sedangkan kesan gelap tampak sesuram wajah penjaga di depan pintu bar di sebelah kanan.

Aku masuk ke dalam toko roti itu, memesan satu potong kue tiramisu yang dibungkus cantik oleh pegawai toko. Padahal tidak perlu dibungkus sedemikian rupa cantiknya, sebab akan menarik perhatian beberapa orang.

Benar saja, saat penjaga pintu bar melihatku lagi, ia menatap aneh bungkusan kue di tanganku.

Aku acuh saja memberikan kartu tanda pengenal padanya dan dibukakan pintu setelahnya.

Ketika aku masuk, aura gelap yang dipancarkan dari luar bar tidak seperti yang aku pikirkan. Ini bukan bar diskotik yang pengap dan ramai oleh pengunjung. Bar ini kesannya lebih mewah dan private. Aku langsung menuju meja di depan bartender, memesan segelas wiski dan membuka bungkusan kue tiramisu yang aku beli tadi.

"Wiski dengan tiramisu? Perpaduan yang menarik," ucap bartender sembari menaruh gelas wiskiku.

Aku hanya tersenyum tanpa komentar. Aku enggan berbicara lebih banyak sebab aku tahu ia juga sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Bartender itu seorang perempuan dengan pakaian seksi yakni tanktop ketat dan rok hitam mengkilap yang menampilkan setengah pahanya. Ia kembali sibuk mengurus sesuatu di balik komputer.

Sebelum menyantap kue, aku mengeluarkan bungkusan rokok dan korek pemantik dari saku gaun.

Mengambil satu batang lantas menyelipkannya di bibir, aku lalu membakar ujungnya dan mulai menghisap kuat-kuat.

Ada tiga lapisan di potongan kue tiramisu yang aku beli. Penampilan yang cantik untuk aku pandang lamat-lamat.

Sekilas aku teringat kejadian tadi siang. Andai saja Sastra tahu situasi, aku tidak akan menolak dan tidak akan memberinya tamparan.

Ah, aku merasa agak menyesal sekarang.

Denting gelas terdenger berirama saat si bartender seksi menyusunnya ke dalam lemari kaca.

Aku lantas mencicipi sesuap kue tiramisu dan menjentikkan jari ke asbak membiarkan abu rokok jatuh di sana.

Bersamaan dengan itu aku dikejutkan dengan sepasang mata seorang pria yang duduk berjarak dua bangku dari posisiku.

Ia tersenyum, menopang kepala dengan satu tangan yang bertumpu di meja bar.

"Wah, gadis nakal siapa ini?"

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 22 Agustus 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 22 Agustus 2023

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang