Lagi revisi ya!
Completed!
(Fiction about S.Coups)
Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan.
Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**
Hari berlalu begitu cepat. Tahu-tahu langit sudah gelap saja.
Aku melihat botol obat di atas nakas tempat tidurku. Akhirnya aku berhubungan lagi dengan benda itu, setelah sekian lama.
Kemudian, aku menatap langit-langit kamar selama beberapa saat, sebelum beranjak untuk duduk di tepi kasur.
Saat ini, perasaanku sudah cukup membaik. Namun, aku masih ingin menangis.
Kenangan sialan itu kembali datang, memporak-porandakan tembok pertahanan yang sudah lama aku bangun.
Meski dulu aku tidak bisa membela diri sendiri karena fitnah dari orang yang sama, tetapi orang-orang tidak membullyku, mereka hanya menjauhiku dan enggan bicara denganku. Hal itu semata-mata karena nama belakangku, Viz.
Tapi, hal tersebut tidak berlangsung lama saat kejadian penculikan yang menimpaku, seperti yang sudah aku ceritakan, aku down, harus bolak-balik ke psikiater.
Yah, sudah seperti yang kalian tebak, dokter psikologku adalah Tante Karin, istri CEO Agensi grup tujuhbelas.
Setelah kehebohan yang dibuat Naya kemarin, aku langsung dibawa Tante Karin ke tempat prakteknya. Aku hanya bisa menangis dan ketakutan tak berdasar yang melingkupiku.
Aku tidak boleh memeriksa ponsel, sampai sekarang pun ponselku masih dipegang Sarah.
Tante Karin memberi amanat kepada Sarah untuk menjagaku, ketika ia tidak ada.
Kini, sudah satu minggu sejak kejadian itu. Aksesku dengan dunia luar diputus begitu saja. Aku tinggal jauh di pinggir kota di sebuah vila mewah milik Tante Karin. Aku ditemani Sarah yang akan datang menjelang malam setelah pulang kerja. Sesekali, Tante Karin datang berkunjung dan mengajakku memasak dan makan bersama.
Hubunganku dengan dunia luar benar-benar diputus. Awalnya aku protes, tetapi sekarang aku malah bersyukur sebab pikiranku jadi lebih tenang.
Selain makan, tidur, minum obat teratur dan berolahraga ringan, aku menghabiskan hari dengan membaca buku.
Malam ini harusnya Sarah sudah pulang, tapi entah kenapa ketika jam menunjukkan pukul delapan malam, gadis itu belum muncul juga.
Tepat sedang memikirkannya, sebuah mobil melaju masuk ke area pekarangan. Itu mobil Sarah.
Aku memperhatikannya dari kaca jendela lantai dua kamarku. Aku melihat Sarah keluar dari pintu kemudi lalu berlari ke sisi pintu penumpang dan mengeluarkan banyak bungkusan.
Gadis itu tiba-tiba mendongak, seolah tahu kalau aku sedang memperhatikannya, ia lalu melambai, menyuruhku untuk turun. Agaknya, ia perlu bantuan untuk membawa bungkusan yang terlihat banyak.
Namun, aku tidak senaif itu. Aku tidak akan langsung turun begitu saja setelah mendapati pergerakan aneh dari jok belakang mobil Sarah.
Setidaknya, biarkan aku mempersiapkan diri. Aku langsung membuka lemari pakaian, mengambil satu blazer warna biru cerah dan mengenakannya menutupi gaun tidur putih selutut yang aku kenakan.
Aku juga merapikan rambut dan memakai pewarna bibir. Aku tahu betul Sarah pasti membawa Sastra.
Sebab semalam, obrolan Sarah mulai menyinggung soal Sastra yang kangen berat padaku.
Padahal, aku kira setelah melihat aku menampar seseorang di depan matanya, Sastra akan menjauhiku.
Namun, nyatanya tidak.
Lihatlah sekarang, cowok itu langsung memelukku sesaat aku membuka pintu depan villa.
"Kangen, gue kangen banget sama lo Kala." Suaranya yang serak membuatku ingin menangis.
Aku lantas balas memeluknya, mengusap punggungnya yang lebar.
"Udah tau ya kalau pacarnya mau dateng, makanya langsung dandan." Sarah berujar sambil mengerlingkan mata ke arahku.
Dari sisi pintu penumpang lainnya, Han muncul sambil mengedipkan mata kepadaku.
Aku lalu melirik Sarah yang balas nyengir. "Gue gak mau jadi obat nyamuk ya," ujarnya sambil lalu menarik Han masuk ke dalam vila.
**
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.