**
Pagi ini luka tusuk diperutku kembali diobati. Diganti perbannya. Selang infus dicabut. Serta diberi beberapa jenis obat-obatan untuk aku konsumsi selama dua minggu ke depan.
Aku sudah boleh pulang. Dua minggu lagi, aku harus kembali untuk mengecek luka di perutku.
Luka di perutku mencakup jahitan luar dan dalam. Bagian usus besarku robek.
"Jangan melompat, jangan berlari, jangan menaiki tangga," kata Dokter yang merawatku.
Aku mengangguk penuh khidmat dan berterimakasih sekali lagi sebelum Dokter dan perawat pergi meninggalkanku.
Setelahnya, aku mulai berkemas. Mandi dan bersiap untuk pulang.
Ketika membuka pintu kamar mandi, sosok Sebby sudah berada di ruang rawatku.
Cowok itu tersenyum begitu lebar, merentangkan tangannya dan memberikan pelukan hangat.
Mana bisa aku menolak?
Untungnya, pagi ini Sastra tidak ada.
"Mau makan dulu, baru pulang atau pulang dulu baru makan?"
"Emang lo bawa makanan?"
Sebby menggeleng. "Nanti kita mampir dulu di tempat makan sebelum pulang."
"Gue ngikut lo aja."
Sebby membantuku membawakan beberapa barang dan menunggui proses administrasi serta pengambilan obat selesai.
Kami lalu singgah sebentar di kedai sup pangsit di daerah apartemenku.
Sup yang hangat membuat tubuhku melelah. Udara pagi yang dingin sangat cocok menikmati makanan hangat.
"Jadi, kapan lo mau ajak gue ke tempat kerja lo?"
"Besok?"
"Boleh."
Aku mengangguk. Lantas menjelaskan apa yang nanti harus Sebby lakukan, semacam kontrak persetujuan investasi dan sebagainya.
Aku menghabiskan hari bersama Sebby, kami melakukan banyak hal. Mengobrol panjang lebar. Banyak cerita yang terlewat setelah dua tahun tidak bersua.
"Lo bakal tetep stay di sini setelah dua tahun?" tanya Sebby ketika aku menceritakan asal mula aku berakhir di sini.
Aku mangut-mangut. "Kontraknya dua tahun, gue gak mau memperpanjang kontrak, karena lo tau kan bidang ini bukan bidang yang gue mau."
Dibilang terpaksa juga tidak. Aku menerima dengan sukarela meski jadi bahan taruhan Daddy dan temannya, CEO Agensi tempatku bekerja.
Daddy hanya berharap aku bisa meneruskan jejaknya, dan meminta padaku untuk mencoba menjadi seorang manajemen.
Meski bidang impianku adalah memiliki sebuah perusahaan IT besar, permintaan Daddy tak bisa aku tolak.
Daddy juga tak memaksa dan memberikanku kebebasan setelah kontrak kerjaku berakhir nantinya.
"Balik ke London lagi atau mau stay di sini?" tanya Sebby lagi.
Aku menggeleng. Hal tersebut belum aku pikirkan.
Sebby tak bertanya lagi, cowok itu membawaku pulang ke apartemenku.
Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu dengan kasur. Aku langsung menghempaskan diri di atas kasur dan membuat Sebby mengomel panjang pendek.
"Gimana kalau jahitan lo lepas?" Sebby mendorong tubuhku hingga terlentang.
Aku tertawa mendapati wajah panik Sebby lantas beranjak duduk di atas kasur.
"Kayak emak-emak deh lo, bawel." Aku mencibir.
Sebby hanya berdecak, lantas ia berlalu keluar kamar.
Aku menatap ke sekeliling kamarku, senang sekali akhirnya bisa kembali ke rumah.
Mulai besok, aku harus kembali ke kantor dan bekerja. Mengurus ini itu dan mencuri kesempatan untuk pacaran dengan Sastra.
Terdengar menarik bukan?
Tiba-tiba pintu depan diketuk, disusul dengan suara bel.
Aku bisa mendengar pintu dibuka, pasti Sebby yang melakukannya.
Namun, tak ada suara setelah itu.
Aneh.
Beberapa detik kemudian .... "Mana Kala?"
Suara berat yang khas itu terdengar. Gawat! Itu suara Sastra.
**
Date : 6 Juni 2023
Yeay, aku double up karena Lost You Again! Udah 200+ votes😭❤🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...