72. Rencana Perpisahan

107 12 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Entah kenapa kalimat sekilas lalu dari Han semalam berefek hingga dua hari kemudian."Sastra bilang, lo minta putus dan pergi ninggalin dia."

Seolah apa yang Han bilang akan menjadi kenyataan. Seperti sebuah prediksi. Sayangnya, perkataan Han memberikanku ide.

Aku bahkan menimbang akan membuat skenario terbaik untuk mengatakan kalimat pisah pada Sastra mulai dari sekarang. Kisah yang berawal indah harus diakhiri dengan indah, bukan?

Jauh dari dalam lubuk hatiku, aku mengharapkan yang terbaik untuk Sastra. Tentunya pasangan yang berasal dari keluarga baik-baik, berpendidikan dan tentunya menyayangi cowok itu.

Bukan sepertiku yang problematik dan kerap dikejar oleh orang jahat. Aku tak ingin dia terluka dan khawatir setiap saat. Ia pasti akan mendapat gadis yang lebih baik. Itu harus.

Sarah sudah pulang lebih dulu. Pekerjaan menghitung gaji para pegawai menyita waktunya. Aku ikut membantu setiap pekerjaanku usai.

Aku hendak menceritakan kekhawatiranku sejak Naya, tunangan Seb mulai berulah. Gadis itu bagai ular yang diam-diam melata lalu tahu-tahu menancapkan bisa melalui taring yang dimilikinya.

Firasatku tak pernah meleset jika berkaitan dengan hal buruk. Itulah yang aku rasakan sejak Naya mulai berulah.

Mau apa pun hal buruk yang akan datang, aku harus siap menghadapinya. Yah, memang harus begitu bukan?

"Beli yang manis-manis yuk," ucap Sarah. Itu kalimat pertama yang keluar dari mulutnya sejak pagi dan kini langit senja mengantarkan mentari ke peraduan.

Separah itu memang, ketika Sarah bekerja serius. Sebab, hal yang berkaitan dengan uang harus diberi perlakuan lebih ekstra.

Kepalanya menyembul di celah pintu ruanganku. Tetap seperti itu untuk beberapa saat. Entah kenapa aku malah merasa ngeri dan membayangkan hantu kepala buntung.

"Ayo!" seruku segera.

Kami lantas pergi ke kafe di sebelah kantor. Bukan kafenya Seb. Omong-omong, kafe itu sudah tutup sejak tiga hari yang lalu.

Aroma kayu manis menyambut aku dan Sarah setibanya kami di kafe. Berbagai macam rupa kue tersaji di dalam etalase. Aku memilih dua di antaranya dan es americano. Sementara Sarah memilih pancake strawberry dengan es cream vanila.

"Gue mau curhat," ucapku setelah membiarkan Sarah menikmati hidangan manisnya.

Ia mendongak, mengalihkan sesaat perhatiannya dari pancake di hadapannya. "Curhat aja," ujarnya.

"Gimana caranya bikin perpisahan yang indah?"

"Perpisahan?" kening Sarah berkerut. "Maksud lo apa?"

"Gue mau udahan sama Kak Satra." Akhirnya aku mengutarakan hal yang akhir-akhir ini mengusikku.

"Loh? Kenapa? Sastra marah sama lo?"

"Bukan. Bukan tentang Sastra. Tapi gue Sar."

Sarah mengangkat tangannya ke udara, gesture memintaku untuk berhenti bicara.

"Stop dulu. Gue rasa lo mau bahas hal yang serius. Biarin gue habisin ini," ujarnya.

Aku mengangguk. Lantas, ikut menandaskan hidangan manis di hadapanku.

Barulah setelah piring-piring kosong, dan hanya menyisakan es americano setengah di dalam gelas, aku mulai bercerita.

Tentunya, aku menceritakan tentang dia kepada Sarah. Masa laluku dengan Seb yang aku simpan rapat-rapat dari Sarah. Semuanya terbongkar hari ini.

"Gue harap Kak Sastra bakal ketemu cewek dari kalangan baik-baik, gak problematik kayak gue."

"Lo gak problematik Hana." Sarah berujar tenang. "Situasi yang problematik."

Aku mencebik. "Sama aja dong."

Kekehan Sarah terdengar sebagai tanggapan. Setelah itu kami mengobrol hal lain lalu beranjak untuk kembali ke kantor.

"Gak ada perpisahan yang indah Han. Yang namanya perpisahan pasti sedih. Setelah denger cerita lo, gue mencoba ngerti gimana jadi lo. Meskipun gue gak rela kalian pisah karena gue tau banget lo sayang sama dia. Perpisahan ini bakal nyakitin lo lebih parah. Gue harap lo pertimbangin ini lagi. tapi ... kalau emang ini jalannya, gue akan dukung apa pun keputusan lo," ucap Sarah penuh haru hingga membuat kedua mataku basah dan aku terisak tanpa sadar.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 3 September 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 3 September 2023

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang