45. Perkara Nginep

154 25 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Angin dingin membuatku sesekali bergidik.

Aku bersandar pada badan mobilku yang terparkir di belakang area konser. Aku menunggu Sastra dengan sabar.

Meski aku ingin memukul tengkuk Dino yang seenaknya menyampaikan pesanku dengan seruan keras hingga semua orang tahu. Namun, aku harus tetap berterimakasih padanya.

"Kenapa gak nunggu di mobil aja?" tanya Sastra yang benar-benar datang.

Riasan di wajahnya sudah di hapus, ia tampak lebih tampan tanpa riasan mata tebal itu.

"Aku kira Kakak gak bakal datang."

Sastra berdecak. "Jadi, lo maunya gue gak dateng?"

"Bukan gitu. Soalnya tadi aku denger Dino ngomong kenceng banget. Dia teriak kali ya ... makanya aku gak yakin Kakak bakal mau nemuin aku."

Sastra mengerang. Ia memalingkan wajah sesaat. Lalu menoleh ke kanan dan kiri sebelum tiba-tiba merunduk dan meraup bibirku.

Ia melakukan hal itu begitu cepat. Aku sampai takjub menyadari bagaimana bibirnya mendarat sempurna di bibirku. Padahal di sekitar kami cukup gelap hanya ada cahaya remang-remang dari lampu besar yang berada di tengah-tengah tempat parkir.

Sesaat aku tercenung, hingga tak menyadari pagutan tersebut dilepas sepihak oleh Sastra.

"Sorry, kalau bikin lo kaget. Tapi ... sumpah, gue kangen banget sama lo."

Aku menatapnya tak percaya. Nyatanya Sastra punya perasaan yang sama. Sejenak mataku malah mengabur karena air mata.

"Kakak ...."

"Hgh?"

Aku menarik jaket Sastra agar ia lebih merunduk.

"Aku boleh minta sesuatu gak?"

"Boleh. Apa?" Sastra berujar tanpa ragu.

Namun, aku yang jadi ragu.

"Aku ... aku mau Kakak ... hgh ...."

Satu kepala tiba-tiba muncul di sisi lain mobilku. "BAAA!!"

Ternyata itu Jo, ia dengan jahil mengejutkan aku dan Sastra. Lalu langsung berlari menjauh setelah melakukan tingkah usilnya itu.

"Jo kampret!" umpat Sastra pelan.

Aku menelan saliva. Rasa gugup kembali menyerangku.

Apa aku akan terdengar seperti wanita murahan jika meminta Sastra untuk menginap di apartemenku?

Sungguh. Aku sedang ingin bersamanya hari ini. Berdua saja.

Aku benar-benar merindukannya.

"Lo tadi mau ngomong apa?" Sastra menyentuh pelan permukaan pipiku.

Aku tersentak, merasa bodoh karena sudah termenung tanpa alasan.

"Aku mau ... hgh gak jadi deh." Sungguh, aku terlalu malu untuk mengatakannya.

"Beneran nih gak jadi?"

Aku menatap Sastra lagi. cowok itu tampak sabar menungguku bicara.

Ah, sudahlah! Persetan dengan rasa gengsiku itu. Biarkan saja jika Sastra akan mengangapku wanita murahan.

Aku memberanikan diri, lantas menutup mata rapat-rapat dan berujar, "Aku mau Kakak nginep di apartemen aku."

"Oh, oke," jawabnya. Kelewat santai. Seakan semuanya berjalan begitu mudah. Ketika aku harus berusaha setengah mati untuk mengatakannya.

Sastra kemudian berlari menjauh. Menuju mobil van hitam yang berada di tengah-tengah tempat parkir.

Cowok itu mengetuk kaca pintu kemudi dan bicara sebentar dengan Lingga.

Aku memperhatikan mereka. Lalu, Lingga mengacungkan ibu jari padaku dan kaca mobil tersebut tertutup. Mobil pun melaju pergi dan meninggalkan Sastra sendiri.

"Yuk, pulang!" ajak cowok itu setelah kembali di dekatku.

"Loh? Kok gampang banget?"

"Apanya?"

"Kakak. Langsung oke oke aja. Padahal aku harus mikir keras cara ngomongnya biar gak kelihatan murahan."

Tangan Sastra yang bersiap menghidupkan mesin mobil terhenti, cowok itu menoleh ke arahku.

"Kenapa harus mikir keras buat minta gue nginep di apart lo? Ngomong aja langsung."

"Tapi ... aku takut kakak mikir aku cewek liar yang agresif minta pacarnya nginep di apartemennya."

"Kalau konteks nginep yang lo maksud itu dalam tanda kutip as tidur bareng, itu baru namanya agresif. Tapi, kan lo cuma bilang nginep doang, toh gue tahu kalau apart lo punya dua kamar kosong. Gue bisa tidur di sana kan."

Aku menelan saliva sendiri. Merasa bodoh untuk hal tak berguna yang sudah aku lakukan.

Benar juga yang Sastra bilang.

Toh, aku kan memang memintanya untuk menginap bukan tidur bareng.

Eh, tidur bareng?

Aku kontan menoleh, lalu mendapati rona merah di pipi Sastra.

Sialan!

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 25 Juli 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 25 Juli 2023

Kayak yang biasa-biasanya, yuk rajin ngevote biar aku double up^^

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang