**
"Kak Sastra ganteng banget," gumamku pelan.
Dino menyenggol lenganku sembari tertawa. Aku balas nyengir.
Sungguh. Melihat Sastra đengan celana olahraga hitam, t-shirt hitam serta topi hitam, kegantengannya semakin bertambah saja.
Sastra terlihat tidak peduli. Cowok itu memasukkan koin ke dalam mesin minuman.
Aku melirik jam di tanganku, sudah pukul setengah dua belas malam. Namun, ruang latihan masih ramai berbeda jauh dengan area ruanganku yang begitu lengang.
"Gerakan kita harus sinkron. Latihan sampai pagi mah udah biasa," kata Dino ketika aku tanya.
Setelah minuman Sastra keluar, cowok itu menjauhi mesin minuman. Aku meliriknya, tak ingin kehilangan kesempatan untuk bisa melihatnya.
Dino meminta pendapatku memilih minuman mana yang enak. Dari sepuluh jenis minuman, aku memilih yang paling ujung.
Kemudian, Dino memasukkan dua koin, ia akan membelikanku satu.
Saat itulah dari sisi kiri Sastra, gadis aneh back dancer itu muncul. Langkahnya begitu cepat, seolah ia memiliki kaki seringan kapas.
Sorot matanya lurus ke arah Sastra, tampak aneh dan menyeramkan. Penuh obsesi dan kekaguman yang berlebihan.
"Kak Sastra," panggilku.
Sastra menoleh, gadis aneh itu memiringkan kepalanya menatapku.
"Apa?" tanya Sastra karena aku hanya diam.
Gadis aneh itu tiba-tiba sudah berada di sebelah Sastra. Agaknya, Sastra belum sadar dengan keberadaannya.
Detak jantungku menggila. Berdetak tidak karuan. Bunyi dengung mesin minuman menjadi backsound yang terasa aneh.
Ketika Dino menunduk mengambil minuman kaleng di bagian bawah mesin, aku melangkah ke dekat Sastra, saat itulah kilau tajamnya pisau terlihat.
Cengiran gadis itu melebar, seolah menanti aku mendekat.
Tapi, aku segera menarik Sastra ke sisi kananku. Ia agak tersentak. Tubuhku refleks ikut terseret karena berat badan Sastra yang lebih berat dariku.
Kamera CCTV yang ada di dinding tampak berkedip dengan lampu merah kecilnya. Aku mendongak dan memastikan kamera CCTV itu menangkap wajah si gadis.
Lantas, seperti dalam adegan film horror, ketika hantu berlari ke arah penonton untuk memberikan kesan jumpscare, gadis aneh itu berlari mendekat dengan pisau ditangannya ke arahku.
Sesaat kemudian suasana seketika berubah.
Rasa sakit luar biasa terasa di bagian kanan bawah perutku. Raut wajah Sastra dan Dino yang terlihat panik. Bagian rokku yang lembab karena darah yang keluar dari celah tusukan pisau. Kakiku yang lemas tak mampu menopang tubuh.
Aku terduduk. Memegang pisau sekuat tenaga yang aku punya agar tak masuk lebih dalam. Namun, gadis aneh itu malah memutar tangannya.
Sialan!
Sekejap, semuanya berputar dalam keadaan lambat.
Sastra langsung mendorongnya menjauh. Ia terdorong hingga menabrak dinding.
Aku kira ia akan pingsan atau bagaimana. Namun, ia langsung berdiri dan kembali mendekat.
Kali ini Dino yang menahannya agar tak mendekatiku lagi.
Gadis itu berteriak. Memberontak hendak melepaskan diri yang membuat pakaian Dino jadi merah karna darahku yang menempel di tangan gadis aneh itu.
Ah, bukan gadis aneh lagi tapi dia gadis gila.
"Kala tahan sebentar ya."
Itu suara Sastra. Wajahnya pias, ia mengeluarkan handuk kecil dari saku celananya dan menekan luka di perutku.
Aku mengerang. Rasanya ingin mati saja.
"Tolong! Kala ditusuk! Tolong!"
Itu teriakan Dino.
Langkah kaki terdengar mendekat. Kepalaku rasanya berat. Semua yang ku lihat ketika membuka mata tampak ganda. Berbayang. Tak jelas.
Namun, aku masih bisa mendengar suara Sastra yang terdengar lirih ia memelukku. Meminta aku untuk bertahan.
Aku ingin balas memeluknya namun tanganku lunglai jatuh begitu saja.
Gadis gila itu masih di sana. Ia masih memberontak. Keliatannya heboh sekali. Saat itulah aku melihat sesuatu keluar dari saku celananya.
Berhamburan begitu saja jatuh ke lantai. Tak dipedulikan orang-orang. Seolah bukan apa-apa.
Aku memaksakan diri untuk melihat lebih jelas. Dengan sisa tenaga yang ada. Aku melihat bunga sakura kecil di lantai. Tak hanya satu tapi banyak ... bahkan ada yang tercampur dengan darahku. Warnanya bukan pink lagi tapi merah.
Lalu, telingaku berdenging nyaring. Seketika semuanya gelap.
Rasanya seperti melayang. Kelopak mataku terasa begitu berat.
Sekilas aku melihat lampu di langit-langit.
Sekejap lagi wajah sembab Sarah dengan maskara yang luntur.
Sesaat kemudian raut khawatir Sastra.
Apa dia sudah memaafkanku?
**
Date : 25 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...