**
"Daddy, aku mau pulang."
"Daddy sudah mendengar kabar dari David, pulanglah nak. Home sweet home."
"Tapi, aku gak mau ke London."
"Oke, Daddy masih punya banyak rumah di negara lain yang bisa kau tinggali."
"Thank you Daddy,"
"Everything for you baby girl."
Panggilan telepon itu aku tutup tepat sebelum pintu kamarku terbuka dua menit kemudian. Untungnya aku melakukan panggilan telepon barusan di balkon kamar. Aku harap Sarah tidak mendengarnya.
Sarah masuk dengan penampilan yang sudah rapi, gadis itu sudah siap pergi bekerja.
"Udah hampir dua minggu, lo bakal masuk kantor kapan?"
Aku berpikir, mengingat kalimat Tante Karin minggu lalu yang memperbolehkanku untuk kembali bertemu banyak orang.
Hari ini hari Sabtu, sepertinya aku bisa masuk kantor di hari Senin.
"Senin gue bakal masuk kantor lagi," jawabku.
Sarah mangut-mangut saja, kemudian ia pamit pergi.
Namun, apa yang sudah aku bilang ke Sarah barusan hanyalah omong kosong belaka.
Aku tidak akan pernah kembali ke kantor, kecuali mengantar surat pengunduran diri yang rencananya akan aku antar malam ini.
Seperti panggilan telepon yang aku lakukan dengan Daddy tadi, aku akan pergi dari Korea secepatnya.
Tante Karin tentunya sudah mengetahui tentang hal ini dan aku memintanya untuk bersandiwara soal aku yang sudah boleh kembali bekerja.
Sudah saatnya menjauh, aku bukanlah gadis baik untuk Sastra. Bukan juga teman setia bagi Sarah.
Semuanya harus aku akhiri sendiri. Aku yang memulai tentu aku yang harus mengakhiri.
Memangnya siapa yang mau bekerja dengan seorang pembunuh sepertiku?
Aku tahu betul kabar simpang siur yang kini beredar di kantor. Meski tak sampai terhendus oleh media. Hanya saja semua orang sedang asik membicarakan tentangku. Aku yang beginilah, aku yang begitulah.
Ketika sebuah tempat sudah tidak lagi menerimamu, untuk apa tetap bertahan di sana?
Selagi bisa pergi dan menjauh, apa salahnya? Toh dengan kepergianku, orang-orang tidak akan dibuat rugi.
Aku mulai mengemas barang-barangku. Baju, buku, sepatu, semuanya.
Menjelang sore, dua koper besar sudah aku susun rapi di sudut kamar.
Sekarang tinggal mengunjungi kantor dan memberikan surat pengunduran diri.
Langit perlahan menggelap sesaat aku melaju di jalanan penuh kendaraan. Saat ini sedang jam sibuk pulang kantor, sudah tak heran jika jalanan ramai. Mobil bergerak lambat kendati aku malah merasa senang karenanya. Sebab, perjalananku kembali ke kantor jadi lebih lama.
Logo agensi yang terpasang di puncak gedung mulai terlihat, aku memperlambat laju dan menghidupkan lampu sein kanan.
Tidak banyak kendaraan yang diparkir pada area luar gedung. Namun, aku agak trauma memarkirkannya di sana. Terakhir kali aku melakukannya malah membuatku harus cuti dua minggu.
Decitan ban mobil terdengar familiar ketika aku melajukan mobil masuk ke area basement.
Aku memposisikan mobil cukup dekat dengan lift basement agar aku bisa melihat siapa saja yang akan keluar dari sana.
Aku ingin memastikan tidak ada yang melihat kedatanganku selain kamera CCTV.
Aku memutuskan untuk menunggu selama sepuluh menit di dalam mobil sembari mengambil surat pengunduran diri yang telah lama aku tulis, aku membacanya sekali lagi, memastikan tidak ada kesalahan pengetikan.
Layar penunjuk nomor lantai di atas lift tiba-tiba menyala, pintu besi itu pun terbuka. Sekitar lima orang keluar dari dalam lift. Kelimanya adalah orang yang aku kenal, mereka adalah Han, Sastra, Jo, Fay dan Lingga.
Aku rasa mereka berlima hendak makan malam di luar, mengingat sekarang adalah waktu makan malam.
Aku tetap berada di mobil sampai kelimanya berjalan menjauh keluar basement. Padahal mereka bisa saja keluar di lobby, entah kenapa mereka malah memilih keluar lewat basement.
Setelah aku tidak mendengar suara obrolan kelima orang itu lagi, aku lalu turun dari mobil dan menekan tombol kunci pintu. Aku refleks berjengkit kaget karena suara yang dihasilkan oleh alarm kunci mobilku sendiri.
Lalu, aku menuju lift basement, menunggu pintu itu terbuka dan malah dikejutkan oleh langkah kaki tergesa seseorang dari belakang.
Sialan! Kenapa ada yang kembali sih?
Aku harap itu Fay atau paling tidak Lingga, aku bisa melakukan trik sederhana untuk membuat mereka pingsan.
Namun, nyatanya yang datang malah ....
"Loh, pacar gue?"
**
Date : 6 September 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...