**
"Kakak ganteng banget." Aku menatapnya lamat. Sastra baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Ada jejak basah di sisi wajahnya.
Ia mendekat lalu duduk di kursi sebelah ranjangku.
"Denger lo ngomong gitu gue jadi deja vu."
"Deja vu kenapa?"
"Seminggu yang lalu lo ngomong itu juga terus lo tiba-tiba ditusuk dan koma."
Aku meringis. Mendengarnya terasa ngilu.
Bekas jahitan di bagian bawah perutku ikut bereaksi. Berdenyut mengirim gelenyar tak nyaman.
Seperti yang Sastra bilang, aku ditusuk gadis gila yang ternyata dalang dari semuanya, dia adalah sasaeng yang mengincar Vernon dan Sastra. Dia yang merusak kamera CCTV. Dia bahkan meninggalkan kamera tersembunyi di tas Vernon.
Bunga sakura itu adalah sebentuk hadiah darinya untuk Vernon dan Sastra. Dia sengaja menyelipkannya di saku jaket yang sering mereka pakai.
Bekas tusukan itu cukup dalam, merobek ususku hingga perlu dijahit. Memakan waktu yang lama saat operasi.
Katanya, operasi hidup dan mati. Semua orang cemas. Bahkan Daddyku datang menunggu hingga operasi usai, lalu pergi setelah mendengar kalau operasiku berjalan lancar. Aku mengetahuinya dari surat yang Daddy tinggalkan bersamaan dengan bungkusan coklat kesukaanku.
Aku terlelap cukup lama. Satu minggu sejak kejadian.
Katanya aku beruntung masih hidup karena pisau itu tidak dicabut.
Gadis gila itu dijebloskan ke penjara. Hukuman seumur hidup. Atas tuduhan penguntit, tindakan yang merugikan, pembunuhan berencana dan kepemilikan obat terlarang.
"Hari ini Kak Sarah dateng ya?" tanya Sastra.
Aku mengernyit mendengarnya menyebut Kak sebelum nama Sarah.
Padahal aku dan Sarah seumuran. Sarah lebih muda empat tahun darinya.
Namun, semua orang seakan kompak memanggil Sarah dengan sebutan Kakak.
Yah, namanya juga berurusan dengan uang, tentunya harus lebih sopan bukan?
"Iya. Duduk di sini dong, deket-deket, aku masih kangen."
Aku bergeser, menyisakan banyak tempat untuk Sastra duduk di atas ranjang.
"Padahal semalem udah ditemenin tidur, masih aja kangen," sahutnya namun ia tetap bergerak dan duduk di sampingku.
Aku terkekeh. Segera melingkarkan lengan di perutnya. Menghirup dalam-dalam sisa parfum di tubuhnya. Dari sekian banyak orang yang tidak ku temui seminggu ini, hanya Sastra yang benar-benar aku rindukan.
Sastra balas memelukku. Mengusap helai rambut dengan jari jarinya yang besar.
"Makasih udah jadi orang pertama yang aku lihat pas bangun Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...