33. Nasib Sial

160 22 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Aku menatap jerih layar ponselku yang retak hampir hancur, teronggok di kursi sebelah kemudi.

Jalanan lengang kendati aku tetap menginjak pedal rem ketika lampu lalu lintas berganti warna menjadi merah.

Aku mengatur detak jantungku yang bertalu kelewat cepat. Menatap kosong buku jari tangan yang memerah bekas darahku yang sudah kering.

Beberapa jam lalu, sesaat setelah panggilan video dengan Sastra.

Suasana restoran berubah horror.

Tiba-tiba saja sekelompok pria dengan topeng merangsek masuk.

Mengobrak-abrik seisi restoran. Menganggu para pelanggan, termasuk aku.

Aku meringkuk di bawah meja, meski akhirnya tanganku terinjak dan ponselku tewas.

Untungnya, polisi lalu lintas yang sedang patroli datang dengan cepat.

Meringkus beberapa pria, sementara yang lain lari tunggang langgang.

Aku mendapat info kalau kelompok pria tersebut adalah kelompok orang yang dibayar untuk membuat kerusuhan. Sebabnya karena tanah tempat restoran itu sedang dalam masa sengketa.

Sial sekali nasibku.

Untungnya dokumen dan iPad yang menyimpan file penting pekerjaan tersimpan aman di mobil. Aku sengaja parkir agak jauh dari restoran karena tempat parkir di depan restoran sudah penuh.

Beruntung sekali aku, sebab kendaraan yang terparkir di depan restoran tak luput jadi bahan bulan-bulanan sekelompok orang bayaran itu.

Aku segera meninggalkan tkp setelah mendaftarkan identitasku kepada polisi sebagai korban yang ikut dirugikan.

Gedung agensi tampak sepi dari luar ketika aku membelokkan setir, melaju masuk ke basement.

Kendati area luar yang sepi, di basement masih banyak mobil yang terparkir.

Aku melihat ada mobil Sarah dan Sebby yang parkir bersebelahan.

Tumben, mereka masih di kantor selarut ini.

Aku segera menuju lift, tiba-tiba jadi tidak sabar untuk melihat Sastra.

Mengingat senyum cowok itu yang muncul di kepala, rasa sakit dan horror di restoran tadi seketika lenyap.

Aku ingin cepat-cepat memeluknya dan merasakan hangat rengkuhannya.

Namun, semua itu hanya khayalanku saja.

Sebab, ketika membuka pintu ruang latihan, aura dingin dan sorot mata datar anggota grup tujuhbelas membuat aku mengkerut.

Ada apa?

Aku salah apa?

Aku refleks melangkah mundur. Lidahku tercekat. Tubuhku stagnan.

Tatapan mereka terlihat menakutkan. Apakah aku sudah membuat kesalahan?

Di ujung ruangan terlihat Sastra mendekat, wajahnya terlihat lelah.

"Keluar dulu yuk," ajaknya sembari menggenggam tanganku.

Aku hanya bisa diam. Merasakan hawa tidak enak.

Apa yang sudah terjadi saat aku tidak ada?

Kami menuju ujung lorong yang lengang, karena ini adalah jalur ke ruanganku.

Tak ada yang akan lewat kecuali memang hendak menuju ke ruanganku.

Aku masih diam hingga Sastra menghentikan langkahnya, ia melepas tanganku. Berganti memegang kedua bahuku.

"Maaf ya, gue rasa kita gak usah ketemu dulu."

"Hah? Maksud Kakak apa?"

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 3 Juli 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 3 Juli 2023

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang