What If!
Universe Pacar masuk ke universe Lost You Again!Note : lanjutan epilog
**
Hangatnya matahari di pantai adalah satu dari banyak hal yang Hana sukai. Setelah meninggalkan kesibukan di resort Warm and Cold Resort Adelaide serta kesibukan ujian dan essai masuk Universitas Adelaide, Hana memutuskan untuk berlibur ke Miami.
Bukan sekedar berlibur melepas penat saja, Hana sekalian hendak membeli area pantai pribadi milik kenalan Daddynya yang hendak dijual. Area pantai pribadi itu adalah lokasi yang sama yang pernah didatangi anggota grup tujuhbelas ketika konser di Miami beberapa waktu lalu.
Si pemilik area pantai pribadi itu baru saja menjadi pemilik pulau indah di Bahama. Jadi, daripada tidak ada yang mengurus pantai pribadi di Miami, ia berniat menjualnya.
Hana datang bersama Om Kevin, tangan kanan Daddynya yang akan mengurus surat-surat pembelian.
Area pantai pribadi itu cukup luas, dengan bangunan satu lantai berada di tengah-tengah, dua gazebo di area depan dan belakang serta hamparan pemandangan pantai yang indah.
Selagi Om Kevin sibuk mengurus urusan jual beli, Hana melipir ke pantai. Menuju tepian dan membiarkan kakinya basah oleh ombak.
Hingga perhatiannya teralih pada seseorang yang terombang-ambing tak jauh dari posisinya.
Tanpa menunggu lebih lama, Hana mengambil pelampung yang terletak di gazebo belakang, memasangnya segera dan melompat ke laut.
Dia seorang pria, kakinya terlilit tali yang terhubung dengan kano yang menjadi tempatnya berpegangan.
Dia tampak pucat. Hana segera melepas pelampungnya dan menyelam ke dalam untuk melihat tali yang menjadi masalah dan ternyata tersangkut di batu karang.
Setelah melepaskan tali yang tersangkut itu, Hana mendorong pria tersebut beserta kanonya ke tepian.
"Terima kasih, aku sangat berterima kasih."
Hana tertegun. Pria itu tampak begitu mirip dengan seseorang yang sangat Hana kenal. Alis tebalnya, bibirnya yang penuh kini tampak pucat, garis rahangnya yang tajam dan dua mata bulat itu.
Dia mirip dengan Sastra. Tapi bukan Sastra. Ketika Hana melihat telinga pria itu memiliki banyak bekas tindik. Sebab, yang Hana tahu Sastra tidak akan pernah mau telinganya ditindik.
"Minum dulu." Hana mengulurkan sebotol air dari dalam tasnya yang langsung diteguk habis oleh pria itu.
Sekali lagi, dia mengucapkan terimakasih sembari menundukkan kepala.
Cara bicaranya agak canggung, sorot matanya tampak awas. Hana mengamati pria itu sekali lagi sebelum mencoba bicara dengan bahasa Korea.
Ternyata benar. Pria itu berasal dari Korea. Bicaranya fasih sekali. Kini, sorot matanya tampak lebih bersahabat.
Om Kevin lantas datang dan memberikan pakaian ganti pada pria itu. Hana juga perlu mengganti pakaiannya.
Sekilas Hana melihat ada rona merah di wajah pria itu sebeum ia berlalu ke kamar untuk mengganti pakaian, dia sontak menunduk dan melihat bagian depan bajunya yang menerawang.
"Maaf merepotkan." Pria itu berujar formal. Sudah berganti pakaian. Dia lantas ikut duduk di sofa di sebelah Hana.
"Gak papa Kak." Hana menatap pria itu, kembali tertegun karena rupanya yang sangat mirip dengan Sastra.
"Ada apa?" tanyanya. Tampak agak terganggu karena Hana menatapnya begitu lamat.
Hana kontan memutus tatap dan menggelengkan kepala. "Gak papa, Cuma Kakak kelihatan mirip sama seseorang yang aku kenal."
"Mirip? Seberapa mirip?"
"Sangat mirip, bedanya dia gak punya bekas tindik di telinga."
Pria itu refleks menyentuh daun telinganya sembari mengangguk-angguk.
"Ah iya maaf, perkenalkan namaku Choi Seungcheol. Aku tersesat, terbawa ombak hingga ke sini. Terimakasih sekali lagi telah menolongku."
Hana mengangguk. Sibuk dengan ponselnya mencari nama si pria dalam laman internet. Sekejap, Hana mendapati artikel tentang Choi Seungcheol dan grupnya yang bernama SEVENTEEN. Saat ini mereka sedang liburan di Miami, menurut artikel yang beredar.
"Kakak bisa pakai ponsel ini untuk menghubungi manajer Kakak." Hana memberikan ponsel miliknya secara cuma-cuma tanpa bertanya pada si pria bermarga Choi itu.
Choi Seungcheol mengerjap, bergantian menatap Hana dan ponsel gadis itu di atas meja.
"Kenapa? Pake aja Kak, aku juga pernah kerja jadi manajer artis, aku tau privasi itu penting, abis nelpon, kakak langsung hapus nomernya aja, lokasi kita ada di ...," Hana mengambil secari kertas dari dalam saku celananya, berisikan alamat lengkap lokasinya berada sekarang lantas memberikannya kepada si pria Choi. "... sini, itu alamat lengkapnya."
Setelahnya, Hana bangkit berdiri menuju pantry dan mengecek kulkas yang hanya berisi botol air mineral. Dia belum sempat berbelanja karena baru beberapa jam yang lalu dia sampai di Miami. Sayang sekali, dia tidak bisa menyambut tamu dengan layak.
Choi Seungcheol langsung menggunakan ponsel Hana dan menelpon seseorang. Panggilan telepon itu berlangsung cepat, tahu-tahu ponsel Hana sudah berada di atas meja sesaat Hana kembali membawa dua botol air mineral dari dapur dan meletakkannya di atas meja.
"Maaf Kak, aku cuma punya ini. Aku belum sempat belanja."
Om Kevin datang dari depan, membawa dua koper besar milik Hana.
"Mobil kita baru diantar, mau langsung pergi belanja atau makan dulu?"
"Kita tunggu tamu kita dijemput dulu deh Om, manajernya udah ditelpon."
"Loh, dia gak mau ikut kita aja?"
Hana menggeleng. "Dia gak akan nyaman Om, aku juga gak mau ada kejadian aneh karena bawa-bawa artis."
"Loh, dia artis?"
"Iya Om, dia artis dari Korea."
"Astaga!"
Setelah itu, Om Kevin memberondong tanya pada Choi Seungcheol berbagai macam hal dengan bahasa Korea yang patah-patah.
Untutngnya, jemputan pria choi itu sudah datang. Ia pamit pergi, sekali lagi mengucapkan terimakasih kepada Hana dan Om Kevin.
Selepas kepergian pria itu, Om Kevin tiba-tiba berceletuk.
"Dunia ini aneh ya, kenapa dari sekian banyak tempat kamu harus bertemu seseorang yang mirip dengan mantan pacarmu itu di sini?"
Hana terkekeh. Memilih diam saja dan tidak menanggapi. Kendati ia juga merasa aneh dengan kebetulan yang baru saja terjadi.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...