**
"
Maaf, maafkan kami."
Aku mengangguk pelan. Menerima bungkusan coklat dari ibu muda yang sedang hamil besar. Anak laki-laki kecil itu menatapku, tetapi ketika aku menatapnya ia malah melarikan pandangan.
"Cepat minta maaf Fero," suruh Ayahnya.
Anak laki-laki kecil itu bernama Fero, beringsut maju selangkah lalu membungkuk meminta maaf.
"Maafkan aku Kakak cantik. Aku kira mobil pamanku yang datang, aku hendak mengejutkannya."
Aku menghela napas pelan. Menerima permintaan maaf dari keluarga kecil itu, lalu kembali masuk ke dalam mobil.
Namun, sungguh. Tadi itu benar-benar mengejutkan. Untungnya aku melajukan mobil dalam kecepatan sedang, karena kondisi jalan yang kecil dan ada belokan.
Lantas, tiba-tiba saja sebuah benda putih panjang melayang dan mendarat di atas kap mobilku yang ternyata adalah sebuah boneka .
Aku langsung menginjak rem dan karenanya membuat ponselku jatuh ke kolong mobil. Benda kotak itu langsung mati.
Kemudian anak kecil muncul sambil tertawa, tetapi tawanya hilang saat melihat mobilku yang tak ia kenal.
Ia langsung berlari ke dalam rumah yang jaraknya tak begitu jauh. Seorang wanita hamil keluar lebih dulu diikuti seorang pria yang aku yakini adalah kedua orang tuanya.
Mereka lantas meminta maaf atas keisengan anak mereka dan memberiku bungkusan besar coklat yang merupakan camilan kesukaan anak laki-laki itu.
Dia memang suka iseng mengejutkan pamannya yang sering berkunjung. Jalanan itu memang terkenal lengang saat malam. Hanya kendaraan yang menuju rumah di sekitar jalanan itu saja yang lewat.
Dipikir-pikir, aku sial sekali hari ini. Sudah dimarahi lalu jadi korban keisengan bocah kecil.
Aku kembali menyetir dengan kecepatan sedang menuju rumah.
Memarkirkan mobil dan mendapati rumah yang lengang. Nenekku sudah tidur.
Aku langsung ke kamarku, mengecas ponsel dan menghidupkan benda tersebut. Panggilan masuk dari Sarah muncul sesaat ponselku menyala. Aku langsung menggeser tombol hijau dan mendengar pekikan Sarah.
"HANAAAAAAAAAAAAAAA!"
"Suara lo tolong, nenek gue ntar kebangun!" Aku balas berseru.
"Sorry, lo udah nyampe rumah ya."
"Iya. Sorry juga tadi hape gue mati, jatoh soalnya."
"Syukurlah, gue kira lo kenapa-napa, abisnya hape lo langsung mati gitu aja."
Aku berdecak pelan. Menghidupkan pengeras suara dan menaruhnya di atas meja rias.
Kamarku berada di lantai dua. Sementara kamar neneku ada di lantai satu. Aku berbohong jika nenekku bisa mendengar suara pekikan Sarah. Lagipula nenekku itu tidur dengan alunan musik klasik dari mesin vinil pemutar piringan hitam.
"Aneh kalo gue kanapa-napa di kampung gue sendiri. Tadi tuh ada yang tiba-tiba jatoh di kap mobil gue, gue kaget langsung injek rem dan hp gue jatoh ke lantai mobil."
Aku mengambil kapas dan micelar water dan mulai membersihkan make up di wajah.
Di seberang sana Sarah mendengus. Terdengar suara bisikan seseorang, seolah menyuruh Sarah untuk bertanya lebih jauh. "Sombong banget mentang-mentang di kampung halaman. Tapi apaan yang jatoh ke kap mobil lo?"
"Boneka, panjang warna putih lagi."
"Loh, kok bisa?"
"Panjang ceritanya, besok deh gue ceritain. Tapi, tumbenan lo kepo."
Sarah mendengus lagi.
"Mood lo lagi jelek terakhir gue liat lo. Terus lo tiba-tiba ilang gak pamit ke gue dan cuma ngomong ke Fay. Wajar kalau gue khawatir."
Aku ber-oh panjang saja. Enggan menanggapi lebih jauh.
Seakan mengerti aku tidak mau diganggu, Sarah menutup panggilan dengan omelan panjang pendeknya yang khas.
Setelahnya aku mandi dan akhirnya bisa merebahkan diri di kasur.
Ah, rasanya menyenangkan. Sebelum benar-benar terlelap, aku berharap esok aku bisa bertemu dengan Sastra dan mencium cowok itu. Hanya itu yang aku inginkan.
**
Date : 10 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You Again! (REVISI)
RomanceLagi revisi ya! Completed! (Fiction about S.Coups) Menjadi korban taruhan memang tidak enak. Aku terpaksa bekerja sebagai manajer grup tujuhbelas demi membuang lintah darat di perusahaan. Namun, aku malah jatuh hati dengan Sastra yang dengan tulus...