66. Tiga Batang Rokok dan Obrolan Masa Lalu

111 17 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Kevan tampak menawan malam ini. Cowok itu mengenakan kemeja hitam lengan panjang yang digulung sampai siku. Rambut gondrongnya di ikat dengan gaya ponytail. Ia juga harum dengan aroma mint yang kuat.

Cowok yang menyebutku gadis nakal tadi adalah Kevan.

Ternyata pemilik bar ini ialah salah satu pelatih surving grup tujuhbelas tadi siang. Bartender perempuan dengan pakaian seksi itu adalah istrinya. Setelah diperkenalkan oleh Kevan kalau aku adalah temannya, bartender itu memberiku segelas wiski gratis.

"Kenapa gak ajak cowok lo ke sini?" tanya Kevan setelah mencomot satu suap kue tiramisuku.

Aku menggesernya ke tengah di antara kami. Agar Kevan mudah memakannya.

"Cowok gue?" aku membeo.

"Iya, cowok yang mukanya jutek itu kan cowok lo."

Aku tergelak. Rasanya puas sekali mendengar Kevan mengejek Sastra.

"Namanya Sastra. Kok lo bisa bilang kalau dia cowok gue?"

"Dia yang paling kepo nanyain soal lo setelah gue ngenalin diri sebagai teman lo. Tapi ujung-ujungnya gue dijutekin."

Aku nyengir. "Emang lo cerita apa aja sih?"

Kevan terkekeh sebelum menjawab. "Gue bilang kalau kita dulu hampir pacaran."

Oh, pantas saja Sastra jadi jutek.

Namun, fakta itu memang benar. Awalnya aku dekat dengan Kevan yang notabenenya adalah sahabat Sebby. Semasa SMA, Kevan adalah ketua tim basket, dia jago semua olahraga dan merupakan cowok populer. Kami sempat dekat tetapi perhatianku diambil alih oleh Sebby.

"Gue seneng akhirnya bisa ketemu lo lagi Hana. Di kelas dua kan lo tiba-tiba keluar sekolah. Gue denger-denger lo lanjut home schooling ya?" Aku mengangguk, membenarkan.

Cerita jadi mengalir begitu saja. Tentang masa lalu yang ingin sekali aku ubah. Andai saja aku tetap dekat dengan Kevan, mungkin jalan hidupku tidak akan seperti sekarang.

"Gue juga seneng bisa ketemu lo lagi Kev."

Aku menatap matanya lamat. Kevan juga melakukan hal yang sama.

Kalau diingat-ingat, tempat favorit kami adalah perpustakaan. Awal kami dekat juga di perpustakaan. Kevan yang kesehariannya berada di lapangan basket tiba-tiba saja sering ditemukan berada di perpustakaan bersamaku. Sejak saat itu tersiar kabar kalau kami pacaran. Padahal Kevan tidak pernah menyatakan perasaanya padaku dan aku juga demikian.

Kue tiramisu yang aku beli sudah habis. Aku meneguk sisa wiski dalam gelas dan menikmati pahitnya di ujung lidah.

Kemudian, aku menekan ujung rokok yang terbakar ke permukaan asbak. Ada tiga batang rokok bekas di dalam asbak itu. Tiga-tiganya adalah milikku.

Kami lalu beranjak keluar dari bar. Kevan bilang akan mengantarku kembali ke penginapan.

Jalan pulang ke penginapan melewati keramaian di pasar malam yang tak kunjung surut, malah tampak semakin padat saja.

Kevan tiba-tiba mengulurkan permen lemon padaku.

"Makasih."

"Sama-sama Hana. Gue gak tau apa yang lagi lo pikirin sampai habis ngerokok tiga batang. Lo gak secandu itu kan?"

Aku tertawa lantas menggeleng. "Enggak. Gue masih sayang paru-paru gue. Tapi ada masanya gue perlu ngerokok."

Kevan mangut-mangut saja. "Its okey, gue ngerti. Omong-omong lo sekarang makin jago minum ya," pujinya. Tiba-tiba sekali.

Tadi, setelah mendapat satu gelas wiski gratis, aku kembali memesan dua gelas lagi. Totalnya aku meneguk genap empat gelas wiski.

"Kan lo yang ngajarin dulu."

Kali ini gantian, Kevan yang tergelak.

"Sini liat ke gue dulu," ujar Kevan saat kami sudah berada di depan penginapan.

Kevan memegang kedua bahuku, lalu memutar tubuhku untuk menghadap ke arahnya.

Ia agak menunduk karena tingginya yang menjulang. Kemudian ia mengusap-usap puncak kepalaku.

"Lo cantik banget malem ini, jujur aja gue sampai pangling. Tapi, sayang banget udah punya pacar." Kevan menjeda kalimatnya seraya tertawa. "Padahal kemaren pas kita ketemu di pantai gue kira lo abis diputusin atau semacamnya. Maaf kalau gue malah ngira yang enggak-enggak. Gue selalu berdoa buat kebahagian lo Hana. Jaga diri lo selalu ya, semoga nanti kalo kita ketemu lagi gue harap lo udah jomblo."

Kevan tertawa setelahnya. Cowok itu menegakkan punggung, lalu mengusap kepalaku sekali lagi sebelum berbalik pergi sembari melambaikan tangan.

Aku lantas masuk ke dalam penginapan. Sontak dibuat kaget bukan main karena seseorang yang bersidekap dada menatap lurus ke arahku.

Siapa lagi kalau bukan Sastra.

"Udah selesai ngedatenya?"

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 24 Agustus 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 24 Agustus 2023

Lost You Again! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang