𝓝𝓸𝓪𝓱 | 52

81 4 0
                                    


     TAP

     TAP

   Laju sepasang mata hazel itu menangkap bunyi tersebut. Terkaku tubuhnya saat melihat kesemua ahli keluarganya sedang menatapnya dengan satu pisau belati yang dilumuri darah merah pekat.

   Darah itu laju menuruni bucu pisau tersebut sehingga mengakibatkan lantai putih itu dibasahi dengan darah.

  " Menyusahkan! "

  " Pembelot "

  " Pembunuh "

   " Penipu "

    " Kau tak layak hidup "

   " Hanya mati yang sesuai untuk kau! "

  Kemudian, kesemua mereka menghalakan pisau belati mereka tepat pada wajah Aadyan. Dan Aadyan...hanya mampu merelakan atas apa yang akan jadi nanti.

  Turun naik nafas Aadyan Noah. Tanpa sedar air mata turut mengiringinya. Mimpi itu, sangat mengerikan.

  Selepas nafasnya teratur, Aadyan hanya menatap siling di atas. Kemudian, perlahan mata memandang pergelangan tangannya yang masih tidak pulih.

  Aadyan bangun. Iris matanya kini menangkap pisau kecil yang khas untuk memotong epal yang berada di atas kabinet sebelah katil Aadyan.

   Lambat-lambat Aadyan mencapai pisau tersebut. Tanpa amaran, Aadyan meletakkan mata pisau tersebut di atas luka yang masih belum sembuh di pergelangan tangannya.

   KAK

  Langkah Luthfan terus terhenti sesaat apabila melihat gerak geri Aadyan.

  " Noah! " bergema suara Luthfan di dalan wad persendirian itu.

  Laju kakinya melangkah ke arah Aadyan lalu pisau yang dipegang Aadhan ditepis kasar. Berdentum kuat bunyi pisau itu saat ia bertemu dengan lantai.

  " Kau gila ke?! " Kata-kata Luthfan dibiarkan tidak berbalas.

  Zayyan dan Harith yang berada di luar wad terus masuk ke dalam saat mendengar Luthfan memarahi Aadyan. Mereka terkebil-kebil saat melihat situasi sekarang. Namun, mereka hanya memilih untuk berdiam diri.

  " Kau boleh mati tahu kalau aku tak sampai tadi " perlahan nada Luthfan bertutur.

  " A...aku mimpi " mata hazel itu bertemu dengan mata coklat cair Luthfan.

  " Diorang nak aku mati Luth. Diorang benci aku " hampir sahaja Aadyan menangis di hadapan Luthfan. Aadyan kembali menunduk apabila Luthfan tak mampu berkata apa.

  " Sorry " mereka kembali memandang Aadyan yang masih menunduk itu.

  " Aku minta maaf juga. Aku terkasar dengan kau " rasa bersalah menyerang diri Luthfan.

  " Jangan bahayakan diri lagi tahu " pesan Harith apabila suasana sunyi.

   Aadyan mengangguk kecil. Tadi, dia terlalu mengikut perasaan. Langsung tak fikirkan tentang Delisha.

  " Kalau kau dah ok... Kitorang nak tanya sesuatu. Boleh? " tanya Luthfan.

  " Apa? " tanya Aadyan.

  Mereka bertiga kini menatap pergelangan lengan kanan Aadyan Noah. Aadyan turut memandang. Sebaik sahaja menyedari, Aadyan cepat-cepat menekupnya dengan tangan kiri.

  Terlupa pula akan baju hospital ini yang berlengan pendek. Sudahnya, luka yang dirahsiakan terbongkar.

  " Dari mana kau dapat? It still new " soal Harith Karl.

𝑯𝒊𝒔 𝑺𝒕𝒐𝒓𝒚 | ℂWhere stories live. Discover now