𝓝𝓸𝓪𝓱 | 49

86 5 0
                                    


  
    Aadyan Noah menyikat rambut panjang Delisha dengan penuh kasih sayang. Selepas itu, getah rambut diambil lalu rambut panjang Delisha diikat tocang.

  Delisha tersenyum suka sambil menepuk tangannya.

  " Pandai baba ikat rambut Isha! Macam papa " suara Delisha mengendur pada ayat terakhir. Tiba-tiba rindu akan insan yang bergelar bapa kepadanya.

  Aadyan tersenyum hambar.
" Dear rindu papa ke? " tanya Aadyan Noah. Delisha mengangguk sambil memandang tunak anak mata hazel Aadyan.

  Aadyan diam. Jika nak bawa Delisha ke kubur Aqil, boleh sahaja. Tapi dia tak tahu keberadaan kubur Aqil walaupun kubur Aqil berada di Malaysia. Jika bertanya, dia tak tahu pula mahu bertanya kepada siapa.

  Kasyaf? Mungkin dia tahu. Tak mengapalah, nanti sahajalah tanya si jejaka ais antartika itu.

  " Nanti baba bawak dear melawat papa ya? " kata Aadyan lembut.

  Delisha tersenyum suka sambil mengangguk laju.
  " Caaayang baba! " tubuh Aadyan dipeluk tangan kecil itu.

   " Kita turun ya dear? Mungkin dah ramai orang dekat bawah " kata Aadyan Noah sambil mendukung Delisha.

  Tubuh kecil Delisha didukung sambil kakinya kelaur dari bilik tetamu rumah Kasyaf. Ya. Sekarang mereka berada di rumah Kasyaf.

  Katanya Kasyaf dan Medina mengadakan jamuan makan-makan untuk meraika  kehadiran malaikat kecil mereka yang baru berusia beberapa minggu.

  Saat menuruni tangga, ruang tamu rumah Kasyaf sudah dipenuhi dengan tetamu. Kakinya berhenti seketika saat melihat satu keluarga yang di tak jangka akan hadir juga.

  Jantung berdegup kencang saat melihat Tengku Adrian dan Melur Razqya yang ceria berborak dengan Syaqil, Khalif, Amy dan Qistina.

  Teringat kembali akan kata-kata Melur dan Adrian, hatinya kembali sakit.

  " Baba? Baba ocey? " soal Delisha saat melihat perubahan reaksi Aadyan.

  Aadyan senyum paksa.
" Okey sayang " balas Aadyan sambil kembali menuruni tangga.

  Saat berada di anak tangga terakhir, Aadyan menurunkan Delisha saat Delisha tersenyum manis melihat Medina dan Khalisha. Laju kaki kecilnya berlari ke arah dua wanita itu.

  Aadyan tersenyum kecil. Saat merasakan dirinya ditatap, Aadyan menoleh. Terkejut dirinya saat bertentang mata dengan Melur Razqya.

  " Dia pun ada juga? " soal Melur kasar.

" Ya Melur. Noah kana kawan Kasy. Kami pun anggap dia macam anak kami. Kenapa? " soal Qistina walaupun dia tahu sebabnya.

  " Tak adalah. Saya tak terfikir pula Kasy akan jemput pembunuh macam dia " sinis Melur.

  Aadyan pantas berlalu ke arah dapur dengan alasan dahaga. Walaupun hakikatnya dia hanya mahu melarikan diri.

  " Isha. Baba Isha bad mood lah. Pergilah pujuk " kata Khalisha perlahan. Dia dengar semuanya. Jelas.

 " Ocey!! "  Delisha pantas berlari ke arah dapur.

  Saat tiba di dapur, kakinya berhenti di sisi Aadyan. Mata Delisha sedih memandang Aadyan yang mengesat air matanya apabila menyedari kehadiran Delisha.

  " Baba nangis ke? Baba sad ke? " soal Delisha sambil memegang hujung baju Aadyan.

  Aadyan menoleh ke bawah sebelum menggeleng kecil. Tangan naik mendukung tubuh kecil itu.

  " Mana ada baba nangis "

  " Baba tipu! Cakap dekat Isha, siapa buat baba macam ni? Nanti Isha babab dia! " Aadyan tergelak kecil sebelum menggeleng.

  " Dah nak start lah dear. Lain kali ok? " Aadyan terus membawa Delisha keluar dari dapur.

  Delisha diturunkan dari dukungan. Kemudian, Delisha berlari meninggalkan Aadyan. Dia berhenti ke arah Medina dan Khalisha.

  " Jemput makan semua! " kata Qistina kepada semua yang hadir.

 

   " Noah. Careful. CCTV kena godam. Act like nothing happens " bisik Luthfan saat mendekati Aadyan. Aadyan mengangguk kecil.

  Dia mengerling sekilas CCTV rumah milik Kasyaf yang merakam setiap gerak geri mereka.

  Aadyan mendekati Black Dragon's yang duduk di sofa sambil berbual.

   " Aku ada plan " kata Aadyan dengan nada berbisik.

  Terus mata-mata disitu memandang Aadyan.
" They are targetting me. So, why not I use it? Right? " Aadyan tersenyum licik.

  " Jangan buat kerja gila Noah " dingin Kasyaf berkata. Dia tak mahu apa-apa yang buruk terjadi pada Aadyan.

  " Just follow my plan. Kalau aku serah diri, maybe kita akan dapat lokasi tempat persembunyian Ghost... kan? " teka Aadyan.

  Mereka diam. Ada betulnya juga.

  " Kalau tak berjaya? Nyawa kau akan melayang Noah " bantah Zayyan tak setuju.

  Aadyan menjungkit bahu.
  " Nyawa aku tak penting... Lagipun, aku dah letak alat pengesan dekat kereta mereka " ujar Aadyan.

  Bila masa? Ariq yang menolongnya. Beberapa saat lalu, Ariq yang meninjau dan selepas kereta dijumpai, Ariq letakkan alat pengesan kecil di pintu bonet kereta tersebut.
 
  Aadyan beredar tanpa mendengar bantahan rakan-rakannya. Kaki berhenti di hadapan Delisha yang sedang menikmati kek strawberi. Ada Medina dan Qistina yang menemani si gadis.

  Aadyan tersenyum kecil saat bersabung mata dengan Qistina dan Medina. Mereka berdua beredar seketika untuk memberi ruang kepada Aadyan bercakap dengan Delisha.

  " Baba! Nak kek tak? Cedap!! " ceria Delisha menyoal debaik matanya menangkap kelibat Aadyan.

  Aadyan menggeleng.
" Dear. Baba nak keluar sekejap tahu? Dengar cakap aunty Sofia dengan tok mama. Faham, little sun? "

  Delisha mengangguk faham.
" Good girl " Aadyan mengusap lembut kepala Delisha. Aadyan tersenyum suka.

  " Baba pergi dulu "

  " Ocey! Take care baba! Lobe you!! " Delisha menghadiahkan sebuah ciuman di pipi kanan Aadyan. Aadyan tersenyum nipis.

  Aadyan mencium perlahan dahi suci Delisha sebelum beredar.

  Dia memberi isyarat kepada Black Dragon's bahawa dia akan memulakan rancangan.

  Tak kisahlah nyawanya yang menjadi taruhan, asalkan maklumat tentang Ghost mereka dapat.

 
𖧷𑁍᪥

الهم صل على سيدنا محمد، وعلى ال سيدنا محمد

𝑯𝒊𝒔 𝑺𝒕𝒐𝒓𝒚 | ℂWhere stories live. Discover now