J20

1.4K 194 3
                                    

"Bagaimana kau bisa berpikiran seperti itu istriku?"

"Karena aku yakin, suamiku kau tahu saat itu kita datang untuk melihat anak kaisar Nakamoto yang lahir, aku melihat ada tanda lahir di tangan kanannya seperti lebam. Tapi bukan lebam, kau tahu kan?"

"Aku tahu sayang, lalu apa hubungannya dengan perawat Huang?"

"Perawat Huang punya tanda yang sama dengan tanda lahir anak dari kaisar Nakamoto."

"Mungkin itu hanya kebetulan sayang."

"Aku sangat yakin suamiku, kau tahu dia menggunakan nama Huang, itu adalah nama belakang bangsawan dari dinasti Ming, dan kita tahu kalau itu adalah nama belakang dari istri kaisar Nakamoto."

"Jadi, kau ingin aku bagaimana sayang?"

"Cari tahu kebenaran tentang siapa perawat Huang itu, karena aku yakin dia adalah anak dari kaisar Nakamoto."

"Lalu setelahnya apa?"

"Aku ingin kita meminang nya untuk pangeran jaemin, saat semuanga jelas. Sekarang biarkan aku membuat keduanya dekat."

"Maksudmu?"

"Aku menyuruh pangeran jaemin menjemput anak dari tabib Kim ke desa yang ada di Utara dan renjun sudah pernah melihat figura dari anak tabib Kim, aku berniat membuat mereka pergi bersama."

"Apa kau yakin? Lalu siapa yang akan memantau kesehatanmu sayang? Apalagi kesana bisa memakan waktu 3 hari di perjalanan."

"Kau memang benar, tapi aku tak akan kenapa-napa, apalagi tabib Kim akan pulang besok. Aku mohon perintahkan keduanya."

"Kau yakin sayang?"

"Hmm." Angguk taeyong dan jaehyun hanya bisa membuang nafas beratnya lalu diapun mengangguk untuk menyetujui perkataan istrinya itu. Agar istrinya bahagia karena kebahagiaan istrinya adalah kebahagiannya.



















Sementara itu, Yushi tengah berada di taman sendirian, tadinya dia bersama dengan suaminya hanya saja sang suami harus mengambil sesuatu ke kamar mereka hingga dia meninggalkan Yushi sendiri, walaupun tadi Yushi sempat tak mau tapi dia meyakinkan Yushi kalau tak akan ada hal yang terjadi.

Yushi memandang pemandangan indah taman istana yang membuatnya merasa cukup tenang saat ini. Tapi semuanya tak berlangsung lama karena sungchan mendekat membuat Yushi mendadak ketakutan seketika.

"Puteri Yushi? Bagaimana keadaanmu? Kenapa kau sendirian? Dimana pangeran sion?"

"Sion Hyung sedang mengambil sesuatu ke kamar." Ucap Yushi beranjak dari duduknya dan diapun mundur tapi sungchan maju terus untuk mendekat.

"Kenapa kau menjauh Puteri? Bukankah kita sudah lama tak bertemu?" Ucap sungchan membuat Yushi semakin ketakutan bahkan sampai berkeringat dingin. Sungchan lantas memegang tangan Yushi dan menariknya hingga jarak mereka sejengkal membuat Yushi semakin ketakutan dan memanggil nama sang suami didalam batinnya, berharap sang suami cepat datang.

"Aku harap kau tetap diam, kalau sampai semua orang tahu akulah penyebab Puteri Yeri tiada, maka kau akan tahu apa yang bisa aku lakukan." Bisiknya lalu mengecup telinga Yushi. Yushi lantas mendorong Sungchan dengan wajah ketakutan yang sangat kentara beruntung sion langsung datang dan diapun langsung menyembunyikan istrinya yang sangat ketakutan dibelakang tubuhnya.

"Apa hyung ada perlu denganku?" Ucap sion datar.

"Anio, aku hanya ingin melihat keadaan adik iparku. Apalagi Puteri Yushi terlihat masih belum terlalu sehat " Ucap sungchan.

"Terimakasih Hyung, tapi kurasa kau tak perlu mencemaskan keadaan istriku." Ucap sion datar.

"Baiklah, kau sangat posesif sekali. Aku pergi menunggang kuda dulu, kalau ada yang bertanya katakan saja begitu. Oke?" Ucap sungchan lalu pergi begitu saja tanpa repot menunggu jawaban sion. Sion lantas berbalik dan memegang bahu istrinya.

"Gwanchana?" Yushi lantas memeluk suaminya dengan erat tanda dia sangat ketakutan bahkan sampai menangis.

"Gwanchana, aku ada disini. Maafkan aku karena meninggalkanmu. Hmm?" Ucap sion sembari mengecupi kepala istrinya itu.



Sementara itu di depan pintu gerbang istana, Mark dan jeno bertemu karena baru pulang dari tugas masing-masing. Lalu keduanya masuk dengan menunggang kuda diikuti oleh pengawal yang ikut dengan keduanya. 

Setelah sampai, jeno lantas turun dari kudanya begitu pula dengan Mark.

"Bagaimana masalah yang kau tangani hyungnim?"

"Semuanya berjalan lancar "

"Hyungnim, apa kau yakin akan menikah? Bahkan kau tak mengenal anak dari tabib Kim."

"Aku tidak bisa egois. Aku melakukan ini untuk rakyat kita, bukan untuk kepentingan ku secara pribadi. Aku duluan, karena harus bertemu dengan ayah." Ucap Mark lalu diapun pergi membuat jeno membungkuk pada kakak pertamanya itu. Lalu jenopun baru akan berjalan tapi pelayan dari ibhnya mendadak berdiri di hadapannya dan membungkuk.

"Ada apa pelayan Yoon?"

"Yang mulia ratu memanggil pangeran jeno ke kamarnya."

"Baiklah." Ucap jeno mengerti lalu diqpun langsung pergi menuju kamar sang ibu.




Di kamar jaeyong.

Jeno masuk dan melihat Taeyong yang menyambutnya dengan senyuman.

"Ada apa ibu? Apa ada yang ibu butuhkan dariku?"

"Tidak jen, hanya ibu ingin kau berbicara dengan pangeran jaemin."

"Maksud ibu?"

"Sepertinya pangeran jaemin akan tinggal lebih lama dari perkiraannya sendiri." Ucap taeyong membuat jeno menatap bingung ibunya itu pasalnya dia sangat mengenal kembarannya itu, dia tak akan mudah berubah pikiran sama sekali.

"Sepertinya dia sedang menyelidiki sesuatu, ibu harap kau bisa tahu sesuatu karena ibu tak mau jaemin kenapa-napa. Apa bisa pangeran jeno?"

"Baik ibu, aku akan mencaritahu." Ucap jeno membuat sang ibu lega dan tak banyak berpikir demi kesehatan sang ibu.

Setelah keluar dari kamar sang ibu, jenopun berjalan menuju lantai kamar jaemin berada tapi sepertinya memang jeno sedang beruntung dia bertemu dengan jaemin seketika. Sepertinya jaemin ingin ke perpustakaan istana.

"Jaemin?" Sang empu lantas berhenti dan menatap datar kembarannya itu.

"Apa kau akan tinggal lama di istana?"

"Ya." Datarnya.

"Kenapa? Apa ada yang kau selidiki?" Ucap jeno membuat jaemin hanya menatapnya datar tanpa niat untuk menjawab sama sekali.


































😘😘😘

"Prince J" (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang