J39

375 127 6
                                    


Hari hampir gelap tapi tidak sepenuhnya karena waktu belum terlalu malam, dan rombongan jaemin benar-benar berhenti di sebuah desa yang juga tak terlalu jauh dari pasar, renjun keluar dari kereta kuda tapi jaemin tidak karena renjun melarangnya.

"Nyonya kenapa tuan tidak keluar?" Ucap bomin.

"Tuan harus istirahat karena tangannya terluka lumayan parah. Aku akan ikut ke pasar bersama denganmu juga beberapa yang lainnya, karena harus membeli obat-obatan."

"Tapi nyonya? Apa tuan mengijinkan?" Ucap bomin karena dia takut kena marah sama jaemin.

"Hmm, suamiku juga sedang tidur, ayo, bukankah kita harus cepat."

"Ne." Ucap bomin lalu membawa beberapa pengawal dan renjun juga ikut bersama dengan hwall.

Di pasar.

Beberapa pengawal yang ikut akhirnya berpencar untuk membeli bahan yang habis, sedangkan hwall, renjun bersama dengan bomin, mereka bertiga pergi ke tempat penjual ramuan obat-obatan.

"Ada yang bisa dibantu nyonya?" Ucap sang penjual. Renjun hanya tersenyum lalu membeli berbagai ramuan obat-obatan yang sekiranya dibutuhkan.

"Kau sangat cantik nyonya. Pelayanmu juga."

"Terimakasih." Ucap renjun tersenyum lalu diapun memberikan pada sang penjual untuk dibungkus.

"Berapa tuan?"

"10 yang." Ucap sang penjual dan bomin pun membayarnya. Lalu mereka bertiga pun pergi dari sana, renjun juga membeli beberapa selimut juga hal yang menurutnya menarik karena dia punya uang yang belum dia gunakan sepenuhnya saat kabur.

Setelahnya mereka bertiga berjumpa lagi dengan beberapa pengawal yang telah selesai berbelanja dan berjalan menuju kereta kuda, tapi tiba-tiba renjun berhenti karena melihat sungai yang indah.

"Ada apa nyonya?" Ucap bomin.

"Kalian pergilah duluan, aku ingin melihat pemandangan di tepi sungai sebentar."

"Itu akan sangat berbahaya nyonya." Ucap bomin karena dia tak mau mengambil resiko sama sekali.

"Tidak akan, aku hanya sebentar. Aku akan pergi dengan hwall. Sekalian bawakan ini." Ucap renjun memberikan barang belanjaannya pada bomin. Lalu menarik hwall mendekat pada sungai. Bomin hanya menghela nafas beratnya dan berharap tak akan terjadi apapun sama sekali.

"Ayo kita segera ke kereta kuda, takutnya tuan mencari kita." Ucap bomin lalu diapun berjalan lebih dulu diikuti oleh beberapa pengawal itu.

At. Sungai.

"Wah, pemandangannya indah sekali bukan hwall?"

"Benar eonni." Ucap hwall takjub.

"Airnya juga sangat jernih sekali." Ucap renjun yang diangguki oleh hwall.

"Seharusnya kita lebih cepat sampai. Dengan begitu kita bisa mandi disini." Ucap hwall.

"Kau benar."Ucap renjun menyetujui. Beberapa menit keduanya bermain dengan air sungai yang dingin namanya juga sedang musim salju, untungnya salju tidak turun sore ini.

"Oeekk...oeekk...oeekkk..."

Renjun terdiam begitu pula dengan hwall, keduanya juga saling memandang saat ini.

"Apa kau mendengarnya juga hwall?"

"Iya." Angguk hwall. Renjunpun menyusuri semak-semak yang ada di sekitar sungai itu.

"Gege! Nanti kau bisa terluka." Ucap hwall

"Tidak akan, tenang saja." Ucap renjun hingga diapun melihat keranjang bayi dengan bayi merah didalamnya. Renjun yang kaget pun mengambil keranjang itu dan mendekat pada hwall.

"Bayi?!" Kaget hwall.

"Tega sekali orangtuanya membuangnya." Ucap renjun.

"Kita akan apakan sekarang ge? Kalau pangeran tahu dia mungkin tak akan mengijinkannya untuk ikut" Ucap hwall pelan.

"Kita juga tak mungkin meninggalkannya. Sudahlah, dia sepertinya sangat kedinginan. Ayo kita kembali."

"Tapi dia—

"Aku yang akan mengatasinya." Ucap renjun mengangkat keranjang itu kembali.

"Kakimu terluka eonni."

"Ini hanya luka kecil, ayo." Ucap renjun berjalan lebih dulu diikuti oleh hwall yang merasa takut untuk menghadapi amarah jaemin.

Di tempat pemberhentian.

"Kenapa kau membiarkan hanya mereka berdua saja? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada istriku?" Marah jaemin pada bomin.

"Maaf tuan, saya akan menyusul nyonya." Ucap bomin.

"Tidak perlu, aku sudah kembali." Ucap renjun dan itu membuat semuanya bingung pasalnya renjun membawa keranjang juga ada tangisan bayi berasal dari dalam sana. Jaemin juga melihat renjun kaget.

"Bayi dari mana itu?"

"Aku menemukannya di semak-semak dekat dengan sungai, kasihan sekali karena dia dibuang orangtuanya. Akan sangat menyedihkan jika meninggalkan nya, dia bisa mati disana." Ucap renjun.

"Tapi kita tak mungkin membawanya nyonya. Kita juga tak tahu asal-usul nya." Ucap bomin.

"Dia akan jadi tanggung jawabku, aku tidak tega pada bayi mungil ini, tolong ijinkan aku pangeran." Ucap renjun melihat jaemin dan jaemin pun hanya bisa melihat renjun juga bayi didalam keranjang itu dan melihat kaki renjun yang tergores mungkin karena mengambil bayi itu.

"Baiklah."

"Tapi pangeran?" Pelan bomin.

"Kita akan sangat berdosa jika meninggalkan bayi gak bersalah ini dan melihatnya merenggang nyawa. Dia ikut dengan kita dan jadi tanggung jawab ku." Ucap jaemin dan bomin hanya bisa menuruti perintah begitu pula dengan pengawal yang lainnya.

"Kita harus membelikannya pakaian hangat, ah, maksudku bedung juga tempat mandinya dan beberapa keperluan bayi. Aku akan pergi membeli."

"Tidak. Kakimu sudah tergores begitu, kau tetap disini, hwall dan bomin akan pergi membeli semua keperluannya bersama dua pengawal yang lainnya."

"Aku saja, tidak masalah."

"Ini perintah ku! Pergilah dan beli semuanya termasuk susu yang lumayan banyak. Bayi umur segini hanya meminum susu sebagai makanannya. Beli yang cukup sampai kita kembali ke istana begitu pula semua yang dia butuhkan. Karena sekarang sedang musim dingin. Dan juga tempat tidur lembur dari sutra." Ucap jaemin memberikan uang yang sangat cukup pada bomin.

"Baiklah kami pergi dulu tuan." Ucap bomin lalu diapun pergi bersama hwall dan dua pengawal.

Renjun langsung mengambil bayi itu dari keranjang yang sudah tak layak itu dan menggendongnya agar diam juga tetap hangat.

"Buang itu." Ucap jaemin pada salah satu pengawal lalu diapun membawa renjun duduk.

"Kakimu?"

"Hanya luka kecil tak masalah, nanti setelah bayi ini tenang aku akan mengobati luka milikku juga luka dilenganmu." Ucap renjun.

"Harusnya kau hanya memikirkan dirimu sendiri."

"Aku tak bisa melakukan itu pangeran, aku tidak pernah hidup kesepian tapi bayi ini? Bahkan dia dibuang dengan teganya. Aku tak bisa jika harus menulikan telingaku saat mendengar tangisannya." Ucap renjun sembari melihat bayi yang telah diam di gendongannya itu. Sedangkan jaemin hanya diam saja melihat renjun juga bayi yang ada didalam gendongan renjun itu.




























😘😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Prince J" (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang