Zanetta baru saja akan memasuki rumahnya namun terhenti kala mendengar suara gaduh dan tangisan dari dalam rumah tersebut.
Telinganya menajam dengan detakan jantung yang terasa sangat memilukan."Ampun pah ampun hiks.."
Gadis itu membelalak, dengan cepat masuk ke dalam rumah kala mendengar suara tangis dari kedua adik perempuannya.
"Kalian benar-benar membuat papa marah!"
PLAK!
"PAPA STOP!!"
Zetta berteriak kencang saat sang ayah kembali melayangkan tamparan keras pada pipi Elcie. Ia berlari kearah mereka dan berdiri tegap di hadapan sang ayah yang menatapnya nyalang.
Menutupi tubuh Alice dan Elcie yang menangis ketakutan disana."Minggir Zetta!"
"Gak! papa keterlaluan!"
"MINGGIR!" Zetta memejamkan matanya mendapatkan bentakan dari sang ayah. Kedua adiknya pun semakin gemetar dan terisak.
Zetta melirik kearah Alice dan menatapnya dengan senyuman menenangkan.
"Bawa Elcie ke kamar, kunci pintunya.." Bisik Zetta yang masih bisa terdengar.
"T-tapi kak-"
"Cepet Alice!" Alice mengangguk, ia mencengkram tangan Elcie dan menariknya berlari kencang kearah kamar mereka.
Sang ayah yang melihat itu kemudian berteriak dan berusaha mengejar kedua anaknya namun Zetta dengan cepat juga menghalanginya.
"Cukup pah!"
"Minggir kamu!"
"Jangan sakiti mereka, Zetta mohon.." Pintanya dengan suara yang lembut dan mata yang mulai berkaca-kaca.
Namun amarah sang ayah nampaknya begitu membara. Ia tak menghiraukan tatapan sendu sang anak dan mendorong kencang tubuh Zetta hingga ia tersungkur.
Brugh!
"Pah, cukup. Zetta mohon!" Gadis itu memeluk sebelah kaki ayahnya yang hendak melanjutkan langkah mengejar si kembar.
Dugh!
"Akhhh!"
Tendangan keras mendarat di seluruh tubuh Zetta, membuatnya merintih kesakitan. Namun ia tak akan melepaskan pelukannya, ia takut jika sang ayah semakin menggila dan melakukan hal buruk pada kedua adiknya.
"Kamu dan wanita itu sama saja! MATI KALIAN!!"
Zanetta memejamkan kedua matanya, darah segar mulai mengalir dari hidung dan ujung bibirnya. Pria itu menggila dan tak menghiraukan jeritan dari anaknya.
Beruntungnya Zetta saat dua orang pria berpakaian hitam masuk dan menarik tubuh sang ayah menjauh darinya.
"N-non Zetta.."
Seorang wanita paruh baya menarik tubuh lemah Zetta dan memeluknya dengan air mata yang mengalir deras. Zetta mengusap darah yang masih mengalir dari hidungnya, ia berusaha menegakkan tubuhnya di bantu wanita tersebut.
"K-kita ke rumah sakit ya non?"
"Gak usah bu, ibu mau bantu Zetta obatin ini kan?"
"Tentu, ayo non.." Zetta tersenyum kemudian bangkit perlahan, si wanita memapah Zetta menuju sofa di ruang tengah.
Mendudukkan tubuh Zetta kemudian berlari cepat mengambil kotak p3k juga air hangat untuk membersihkan luka-luka di tubuh gadis malang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.