Beberapa hari berlalu dan teramat memuakkan bagi Elcie, pasalnya selama beberapa hari setelah para saudarinya mengunjungi Haris, Alice masih saja berusaha membujuknya untuk mengunjungi pria tersebut. Entah apa yang Alice maksudkan tentang itu yang jelas Elcie tak menyukainya dan memilih untuk menjaga jarak dengan Alice karena takut berbuat kasar dan berkata tak baik pada gadis yang sangat ia sayangi tersebut.
Seperti malam ini, Elcie tertidur di sofa ruang tengah, seperti 3 malam sebelumnya. Ia selalu menghindari Alice dan bahkan tak ingin tidur satu ranjang dengan si gadis karena ia tahu, Alice takkan melepaskannya dari pertanyaan, "Sampai kapan lo mau berperang sama diri lo sendiri?"
Setiap kali Alice melontarkan tanya seperti itu, Elcie selalu saja merasakan amarah yang memuncak, ia memang tersenyum namun malah menunjukkan cibiran dan berakhir akan meninggalkan kamar. Meski nyatanya mereka tak bisa jika tidur terpisah, namun apa boleh buat, Elcie berusaha menjaga perlakuannya.
"Hahh.."
Desahan berat terdengar dari bibir Elcie, gadis itu membuka mata dan menatap langit-langit tinggi rumah megahnya. Ia bangkit dan terduduk, melirik jam yang menunjukkan pukul 2 malam kemudian beranjak kearah dapur untuk membuat susu formula bagi kedua bayi kembarnya. Meski tak tidur satu kamar, Elcie selalu menyempatkan diri untuk memberikan susu bagi si kembar yang memang terbiasa merasa lapar di jam seperti sekarang.
2 botol susu formula di tangannya, perlahan ia membuka pintu kamar dan masuk. Alice tertidur lelap di atas ranjang meski terdengar jelas rengekan kedua bayi disana. Elcie memakluminya, ia membuka penutup dot dan memberikannya pada Willona dan William.
Grep!
Elcie tersentak kaget saat 2 buah lengan melingkar di perutnya, ia tahu itu Alice. Tak berusaha melepaskan karena kedua tangannya sibuk memegang dot susu si kembar.
"El.." Panggil Alice namun Elcie bungkam.
"Gue kangen, tidur sama gue ya.." Lirih Alice, namun Elcie tetap mengabaikannya.
"Elcie.. mau sampai kapan?"
"Stop Alice!"
"Gue lagi gak mau berantem!" Datar Elcie, Alice menggeleng pelan.
"Gue gak ngajakin lo berantem, gue cuma mau tidur di pelukan lo, apa itu bikin lo marah?"
"Tapi endingnya lo selalu buat gue muak dengan semua permintaan dan ucapan lo tentang pria itu!" Alice terdiam sesaat kemudian menghela nafas.
"Apa salah kalo gue pengen lo maafin papa?"
"Alice!" Elcie menggerakkan tubuhnya, berusaha membuat Alice melepaskan pelukan.
"Kenapa El?"
"Lo gak akan ngerti!"
"Tentang trauma lo?"
"Atau tentang dendam lo sama papa?" Elcie mengeratkan rahangnya dengan tatapan menajam, ia menyangga 2 botol susu tersebut dengan kain kemudian melepaskan pelukan Alice dengan paksa dan berbalik.
"Lo emang gak akan pernah paham, Al."
"Iya, tentang apa? Kenapa sulit buat lo maafin papa?" Elcie mencengkram kedua bahu Alice dengan keras membuat Alice meringis.
"Ini hidup gue, gue yang menjalani dan merasakan. Lo gak ikut andil dalam setiap luka yang gue dapetin dari pria brengsek itu. Kalo lo masih minta gue maafin dia, gue bakal pergi dari rumah ini!" Jelasnya dengan tatapan nyalang dan rahang yang mengeras, Alice menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.