"Kalo lo fix bantuin kak Zetta, sekolah lo gimana?"
"Iya El, tanggung gak sih tinggal setengah semester lagi.." Elcie terdiam seraya menyantap nasi gorengnya, di hadapannya Fara dan Chika yang juga menyantap makanan mereka seraya menanti jawaban Elcie.
"Tinggal berhenti, gak usah ribet." Timpal Elcie santai, Fara dan Chika saling pandang dan menghela nafas jengah bersamaan.
"Santai banget cocot lo."
"Apa lo gak sayang? Anjirr bentar lagi dapet ijazah.."
"Heh, ijazah tuh cuma kertas, gak bisa menjamin apapun. Asal kalian tau, di kantor gue banyak yang lulusan terbaik dari universitas ternama tapi skill, etos kerja dan kelakuannya gak sebagus jas yang mereka pakai di foto ijazahnya." Jelas Elcie panjang lebar, Fara mengangguk setuju sementara Chika hanya diam.
"Iya juga sih, tempo hari juga Om Mathew manggil dukun beranak buat bersih-bersih perusahaan.."
"Bapak lo, bego!" Kesal Chika seraya mendorong kepala Fara dengan telunjuknya.
"Kok dukun beranak?" Bingung Elcie, Fara mengedikkan bahu acuh
"Setannya pada bunting kali, tau dah.."
"Kathafara Akihiro, nama lo bagus anjirr tapi kelakuan dan otak lo bikin gue Up kurang minat!" Cibir Chika, Elcie tertawa kemudian menunjuk Chika dengan sendok di tangannya.
"Fransisca Xaviar, nama lo juga artinya berlian sejagad malah kek pecahan beling lampu motor bebek."
"HAHAHAHA.."
"HAHAHA ANJING BURIK.."
Elcie dan Fara tertawa hingga terpingkal-pingkal bahkan sampai menggebrak-gebrak meja sementara Chika mendengus dan berkomat-kamit tak jelas, mengumpat pada kedua sahabatnya.
Tatapan aneh dari para murid yang tengah menyantap makanan mereka pun di hiraukan, ketiga gadis itu mendominasi dan enggan sadar diri.
Pulang sekolah, seperti biasa, Elcie membawa mobil mewahnya melaju menuju kantornya. Sebelumnya ia berhenti di sebuah mini market, membeli cemilan juga minuman dingin yang di pesan sang kakak. Gadis itu menghentikan mobil di area luas rubanah kantornya, berjalan santai menaiki lift dan terdiam seraya memainkan ponsel.
Ting!
Pintu lift terbuka, Elcie melirik kecil pada 4 orang pria berjas yang belum pernah ia lihat di sana. Gadis itu menggeser tubuhnya hingga ke sudut lift, masih dengan tatapan mengarah pada ponsel, sebelah alis Elcie terangkat karena tanpa sengaja mendengar obrolan ke-empat pria tersebut.
"Saya yakin bisa membuat CEO itu menandatangi kontrak kita."
"Dia hanya gadis kecil yang akan dengan mudah kita manupulasi, kontrak ini akan membawa keuntungan bagi kita."
"Belum lagi Bright Tech dan Future Vision, sekali mendayung sampan 2 pulau kita lewati haha.."
Elcie berdecih pelan dengan senyuman miringnya membuat pria di sebelahnya menoleh dan menatapnya bingung.
"Untuk apa anak sekolah berada di sini?" Ujarnya penuh tanya entah pada siapa.
"Paling hanya anak magang, atau pengantar makanan?" Timpal pria lainnya mengejek.
Elcie menghela nafas, ia menyibak rambutnya ke belakang dan menatap ke-empat pria itu dengan tatapan datar dan mengintimidasi, membuat mereka dengan cepat mengalihkan pandangan gugup.
Ting!
Pintu lift kembali terbuka di lantai 9, ke-empat pria itu keluar dari sana, Elcie masih menatap mereka dengan tajam, memperhatikan arah pergi para pria tak tahu diri itu dan kembali membuka ponsel saat pintu lift tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.