Tik.. Tik..
Dentingan alat pendeteksi jantung terdengar menusuk gendang telinga sampai pada dinding hati yang teremas. Alice menarik nafas panjang dan berjalan perlahan memasuki ruangan khusus dimana si bayi perempuan terbaring lemah dengan berbagai kabel yang menempel di tubuh polosnya.
Kedua matanya memanas begitu langkahnya terhenti di samping ranjang besar tersebut, ia memejamkan mata bersamaan dengan setetes air mata yang meluncur cepat dari ambang pelupuknya. Alice kembali membuka mata saat lengan Elcie melingkar di pundaknya.
"L-Lona, Mama sama Mommy disini sayang.." Gumam Elcie seraya menyentuh jemari mungil sang anak.
Alice menggeser tubuhnya, membiarkan Elcie kini membungkuk dan berceloteh dengan sang anak yang nyatanya tak menimpali bahkan kedua matanya terpejam erat saat ini. Ia mendongakkan kepala, mengharap keajaiban Tuhan dan kasih sayang Illahi untuk buah hatinya.
"Ku mohon, berikan anakku kesembuhan. Tukarlah posisiku dengannya, ia terlalu mungil dan suci untuk merasakan kesakitan ini, Tuhan"
Alice kembali menatap pada Elcie yang terdengar menahan isakannya, tangannya mengusap punggung Elcie dan tersenyum tipis saat Elcie menoleh padanya.
Zanetta dan Anara menatap mereka dengan raut wajah kesedihan dari kaca luar ruangan. Bagaimana bisa Tuhan memberikan kesakitan seperti ini pada perempuan mungil mereka. Bukankah bayi itu terlahir dengan kesucian? Namun mengapa di hadiahkan dengan kesakitan?
"Jika bisa bertukar, aku mau bertukar posisi sama Willona.." Anara menoleh pada kekasihnya.
"Jikapun bisa, aku juga akan melakukannya." Balasnya, Zanetta mengangguk membuat Anara kembali menatap ke arah dalam ruangan.
Aurora dan Jonathan berjalan menghampiri mereka, berdiri di sebelah kedua gadis tersebut dan menatap ke dalam ruangan dengan tatapan tak kalah sendu.
"Mah, Pah, gimana?" Tanya Anara, Jonathan menoleh.
"Lebih baik kita bicara di tempat lain, Papa butuh kopi" Mereka mengangguk kemudian berlalu darisana meninggalkan Elcie dan Alice yang masih asik meratapi kesakitan anak tercinta mereka.
Keempat manusia berbeda generasi itu kini berada si sebuah Coffee Shop yang tak jauh dari rumah sakit. Mereka masih bungkam, menanti pesanan datang. Hingga tak lama pesanan datang, Jonathan terlebih dahulu menyeruput kopinya dan menatap pada sang anak.
"Jadi gimana? Apa Lona bisa melakukan operasi?" Tanya Anara tak sabar.
"Untuk saat ini belum bisa sayang"
"Kenapa?" Tanya Zanetta
"Kondisi Willona masih terlalu lemah dan masih dalam tahap observasi" Jelas Jonathan di angguki sang istri.
"Jika dalam kurun waktu 3 hari kondisi Willona membaik dan Bank Jantung telah menyetujui tindakan. Operasi akan di lakukan.."
"Tapi, jika Bank Jantung tak kunjung menyetujui karena usia Lona yang masih di bawah 8 bulan. Papa akan bawa Lona ke London."
"London?"
"Benar, Papa punya kenalan dokter hebat disana dan papa udah konsultasi, beliau setuju untuk membantu." Jelas Jonathan panjang lebar membuat Zanetta dan Anara saling pandang kemudian tersenyum.
"Om, Tante.. Terimakasih banyak atas semuanya" Tulus Zanetta, Aurora mengusap lengan sang gadis.
"Tidak perlu berterimakasih, kita ini keluarga dan Willona juga William itu cucu kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.