Kediaman megah Lamoera's terlihat sepi, tak ada mobil-mobil mewah yang biasanya berjejer di depan garasi rumah. Namun di salah satu kamar, pekikan dan tangisan kedua bayi nampak membuat sang ibu meringis kebingungan. Alice, sedari tadi berusaha menenangkan kedua anaknya yang menangis kencang.
Ia memberikan mereka susu namun keduanya menolak dan malah mengencangkan tangisannya. Terlebih saat melihat wajah Willona yang semakin memerah dan bergerak tak seperti biasanya, Alice semakin ketakutan. Ia meraih tubuh Willona, mengayunkan tubuhnya dengan kalimat-kalimat penenang yang ia bisikan.
"Sayang.. Cantiknya mama kenapa hm?"
"Cup.. cup.. Will, jangan nangis ya sstt.."
Namun usahanya sia-sia, Alice merasa ingin menangis di hadapkan dengan situasi seperti ini sendirian. Elcie dan kedua kakaknya tengah di sibukan dengan urusan mereka di luaran sana, bahkan berulang kali ia mencoba menghubungi mereka, tak ada yang menjawab panggilannya.
"Hiks.. Will.. Lona udah dong hiks.."
"Mama harus gimana?"
Alice benar-benar menangis frustasi, masih mencoba menenangkan si kembar. Ia melirik ponselnya di atas nakas kemudian dengan cepat mengangkat panggilan masuk di sana.
"H-halo hiks.. Tante.."
....
"Gak tau hiks.. Tolong Alice bingung"
....
"Iya Tante, Alice tunggu"
Tut.. Tut..
Gadis itu melempar ponselnya ka atas ranjang dan kembali mengayunkan tubuh Willona dan sebelah tangannya menepuk-nepuk tubuh William. Alice menaruh kembali Willona di atas ranjang, mencoba memberikan ASI pada keduanya namun bukan itu yang kedua bayi tersebut inginkan saat ini.
Cklek!
"Alice.."
"Tante Rora hiks.." Aurora berjalan cepat menghampiri si gadis. Ia memeluk tubuh Alice sesaat kemudian mengalihkan pandangan pada si kembar.
"Kenapa jadi gini?" Tanya Aurora, Alice menggeleng tanda tak mengerti dan masih terisak.
"Kita harus bawa mereka ke rumah sakit, badan Lona panas."
"P-panas?" Gumam Alice yang memang tak menyadari.
Aurora dengan cepat menggendong Willona dan Alice membawa William, keduanya masuk ke dalam mobil. Beruntung Aurora datang di antar oleh supir pribadinya, jadi ia bisa terduduk di belakang berusaha menenangkan si bayi.
Di lain tempat, Anara tengah menanti kedatangan kekasihnya yang berniat menjemputnya pulang. Ponselnya mati dan ia lupa tak membawa charger dan hanya bisa terduduk di koridor utama gedung seraya menoleh ke arah gerbang.
Grep!
Anara menggulirkan kedua matanya malas, ia tahu pasti lengan siapa yang tak mempunyai sopan santun dan tak berizin merangkul pundaknya. Gadis itu menoleh dan menatap tajam pada si tengil Rega dan kawan-kawannya.
"Nungguin gue, ya?"
"Cih! Siapa lo?" Decih Anara seraya menghempaskan lengan Rega.
"Calon masa depan lo.." Balas Rega percaya diri kemudian mencolek dagu Anara.
"Ck! Diem!"
"Gak mau, mending lo ikut sama gue, kita makan siang di resto bintang 5.." Anara tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.