Pagi hari yang cerah namun tak sedikitpun menularkan ceria pada ketiga gadis yang tengah menyantap sarapan mereka dalam keheningan. Zetta, Alice dan Elcie nampak berdiam khidmat dengan makanan di hadapan mereka.
Tak ada oranglain selain mereka, setelah kepergian sang ibunda beberapa bulan lalu membuat suasana rumah megah tersebut begitu dingin dan sepi. Juga Zetta yang malah semakin menutup diri, gadis itu memang pendiam namun semakin diam saat ibunda nya tak ada lagi di dunia.
SRETT!
Alice dan Elcie mendongak, menatap sang kakak yang menyudahi sarapannya dan bangkit dari kursi.
"Gue tunggu di mobil!" Ujarnya datar tanpa menatap kedua adiknya.
Si kembar hanya menatap nanar punggung sang kakak kemudian bergegas menghabiskan makanan mereka.
"El, abisin susunya!" Elcie menoleh dan mengangguk seraya meneguk habis susu hangatnya.
"Udah? yuk.."
Keduanya berjalan cepat kearah mobil. Membuka pintu belakang mobil dan masuk bersamaan dari pintu di kanan dan kirinya.
Zetta melirik kedua adiknya dari spion di atas kepalanya, merasa telah siap ia kemudian membawa mobilnya melaju menuju sekolah.
30 menit kemudian, mobil hitam milik Zanetta memasuki area parkir sekolah. Zetta memarkirkan mobilnya asal, ia keluar dari mobil kemudian menyerahkan kunci mobilnya pada seorang pria yang telah berdiri di sampingnya.
Gadis itu menoleh ke belakang dimana Alice dan Elcie sudah berada tepat di belakangnya. Ia kembali berjalan memasuki koridor sekolah dengan si kembar yang berjalan beriringan dengannya.
Zetta menghentikan langkah tepat di sebuah pertigaan koridor dan mengeluarkan ponselnya.
"Kak, Al sama El masuk kelas ya.."
"Hmm.." Timpalnya tanpa menatap kedua adiknya. Alice dan Elcie berbalik kemudian berjalan menjauhi sang kakak.
Zetta menoleh kearah perginya si kembar, menatap lekat keduanya hingga akhirnya mereka masuk ke dalam salah satu ruangan kelas, ia memasukkan ponsel ke saku seragamnya kemudian melanjutkan langkah menuju kelasnya sendiri.
"Pagi Zanetta.." Sapa seorang gadis cantik berambut panjang saat Zetta baru saja mendudukkan tubuh di kursinya.
"Pagi.."
"Udah sarapan?"
"Hm.."
"Tidurnya nyenyak?" Zetta mengangguk pelan namun tatapannya terfokus pada ponselnya.
"Si kembar gimana?"
"Baik.."
Grep!
Zetta menghela nafas, dengan terpaksa menatap gadis cantik di sampingnya yang merebut paksa ponsel dalam genggamannya.
"Nah gitu dong, kalo ngobrol liat gue.."
"Gak ada yang ngobrol, lo ngomong sendiri dari tadi!"
"Ohya? buktinya lo jawab semua pertanyaan gue"
"Serah, balikin hp gue!"
"Gak!"
"Balikin!"
"No!"
"Anara!!" Zetta menatapnya tajam, nada bicaranya datar namun mampu membuat gadis bernama Anara itu tersenyum canggung.
"Nih.. monggo!"
"Thanks.." Ujar Zetta setelah menerima kembali ponselnya kemudian mengalihkan pandangan dari Anara.
Anara masih di posisinya, menatap lekat wajah cantik Zanetta yang membuatnya terpesona, senyuman tipis terbit dari bibir tipisnya.
Zetta yang merasa di awasi kemudian menoleh kearah Anara, mengernyitkan dahi atas ekspresi wajah gadis tersebut kemudian,
Ctak!
"Aww.. ihhh Zetta sakit bego!" Ringisnya seraya mengusap kening yang terkena sentilan keras dari jemari Zanetta.
Zetta menahan tawanya, ekspresi wajah Anara begitu menggemaskan di matanya. Ia melirik kening sang gadis dan sedikit kaget karena ternyata sentilan jarinya meninggalkan bekas kemerahan.
"Sakit?" Tanya nya seraya mengusap lembut kening Anara, gadis itu mengangguk dan semakin menunjukkan wajah memelas.
"Sorry!"
"Gampang banget ya bilang sorry!" Timpalnya dengan senyuman remeh.
"Hm? terus gimana?"
"Kecup"
"Hah?"
"Ini, kecup!" Anara membawa wajahnya sedikit mendekat pada Zanetta.
"Gila!" Zetta sedikit mendorong kepala Anara dan kembali mengacuhkan gadis tersebut.
Anara terkekeh karena berhasil menjahili Zanetta dan membuat pipi gadis itu merona.
Di kelas lainnya, Alice dan Elcie tengah berbincang ringan bersama beberapa temannya. Keduanya nampak terfokus pada seorang gadis yang bercerita dengan wajah penuh kekesalan.
"Tapi lo gapapa?"
"Nih liat, tangan gue biru-biru gini.." Tunjuknya pada beberapa luka lebam di lengannya. Elcie membelalak, menarik lengan temannya.
"Anjir parah banget, sakit ga?"
"Lo pikir? hiks.. "
"Gak bisa di biarin sih inimah, mereka harus di kasih pelajaran!" Geram Elcie, gadis itu hendak bangkit dari tempat duduknya namun Alice dengan cepat menahannya.
"Jangan macem-macem, Elcie!"
"Ck! lo gak liat tangan Chika lebam gitu! mereka kelewatan Al.."
"Elcie bener, kita harus kasih mereka pelajaran!" Timpal gadis lainnya diangguki setuju oleh Elcie dan Chika.
Alice menghela nafas, "Hah.. kalian mau kena masalah lagi?"
"Ck! gue gak takut!" Ketiganya menoleh pada Fara yang kini bersidekap dada dengan angkuh.
"Serah deh, gue gak ikutan!"
Final, Alice mengalihkan pandangan pada ponselnya, tak ingin lagi menanggapi ketiga gadis keras kepala di hadapannya yang kembali merencanakan aksi balas dendam yang menurutnya terlalu kekanakan dan beresiko.
Ia menatap lekat wajah saudari kembarnya yang mulai memerah menahan amarah. Gadis itu bangkit dan menarik Elcie keluar dari kelas.
"Lo apa-apaan sih?" Kesal Elcie menghempaskan tangan Alice yang menggenggamnya.
"Lo yakin mau bales mereka dengan kekerasan?"
"Iya, mereka gak bisa di biarin. Kita selama ini udah diem padahal.."
"Gak ada cara lain emang?"
"Kekerasan harus di balas dengan kekerasan!" Kekeh Elcie, Alice menghela nafas kasar.
"Jadi lo mau liat kak Zetta babak belur lagi?"
"Gimana maksud lo?" Bingung Elcie dengan kening berkerut.
"Hah.. udah lah percuma juga gue ngomong sama lo"
"Percuma apanya sih Al? coba jelasin!"
KRINGGG~
"Pikirin baik-baik sebelum lo bertindak Elcie!"
Setelahnya Alice kembali masuk ke dalam kelas, bel masuk berbunyi. Elcie masih di tempatnya, menatap saudari kembarnya yang kini terduduk di bangku mereka sesaat kemudian tersenyum tipis dan menyusulnya masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.