Anara dan Zanetta terlihat tengah sibuk dengan aktivitas masing-masing di dalam kamar, merias wajah mereka dengan riasan yang tak terlalu menor namun terkesan anggun dan mewah. Tak lupa dengan pakaian yang mereka kenakan, berwarna senada namun dengan motif berbeda.
(Style Zanetta)
cr. Pin(Style Anara)
cr. Pin
Zanetta menoleh pada Anara yang terlihat masih sibuk menata rambut panjangnya, gadis itu berjalan ke arah sang kekasih dan menatapnya dari pantulan cermin."Cantik banget Anara-ku.."
"Kamu juga cantik banget, Zanetta-ku" Balas Anara tak mau kalah, Zanetta terzenyum dan membantu merapikan gaun kekasihnya.
"Oh ya, Papa sama Mama jadi dateng?" Tanya Zanetta, Anara meliriknya sesaat.
"Jadi kok, Oma juga ikut keknya"
"Emang gak sibuk?"
"Aku gak tau tapi mungkin emang meluangkan waktu. Secara Oma pengen banget nyaksiin langsung perkembangan perusahaan di bawah kepemimpinan kamu." Penuturan Anara membuat senyuman manis terbit di bibir merah Zanetta.
"Nah, perfect.." Puji Zetta setelah memaskitan penampilan sang kekasih.
"Kamu bangga gak sama aku? pencapaian aku?" Anara menaruh sisir di atas meja rias kemudian membalikkan tubuh menghadap sempurna pada Zanetta dan mengalungkan kedua lengan di pundaknya.
"Luar biasa bangga, aku gak nyangka kamu bisa di posisi sekarang. Ya meskipun kamu gadis yang cerdas tapi kamu buta akan dunia bisnis, persaingan di sekolah dan dunia luar berbeda" Zanetta mengangguki ucapan Anara.
"Kamu berhasil membuat rasa cemasku hilang, bukan cuma aku, kita semua bangga atas apa yang kamu raih saat ini."
"Mau tau alasan terbesar aku untuk sampai di fase ini?" Tanya Zanetta, Anara menaikkan sebelah alis dan mengangguk.
"Selain si kembar, ada kamu yang bikin aku jadi se-ambis ini. Aku gak mau kamu di milikin orang lain, gak akan sanggup bayangin hidup tanpa kamu. Itu alasan terbesar aku berjuang, karena menginginkan kehidupan yang sempurna sma kamu, Anara."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.