Dentingan sendok dan garpu menjadi nada yang mengerikan bagi ketiga gadis Lamoera yang kini tengah menikmati makan malam di kediaman keluarga Saqhi. Ketiganya terlihat menundukkan wajah dan hanya terfokus pada piring, enggan menegakkan pandangan karena Emma sedari tadi melirik kearah mereka dengan tatapan datarnya yang terasa mengoyak.
Anara menggelengkan kepala dengan tawa kecil pada para gadis sedangkan Jonathan dan Aurora hanya diam dan memaklumi. Hingga beberapa saat berlalu, mereka telah menyelesaikan aktivitas dan kini berada di ruang keluarga Saqhi.
Alice membencinya, membenci waktu ini karena bisa saja Emma bertanya atau berbicara tentang hal yang membuatnya terluka.
Jonathan, Aurora, Anara dan Zanetta telah terlibat percakapan kecil bersama Emma. Membuat si wanita paruh baya tersenyum, lain hanyal dengan si kembar yang terlihat tak nyaman dan duduk dengan gusar.
"Alice, Elcie.." Keduanya terperanjat dan menatap pada Jonathan.
"I-iya, om.." Balas keduanya bersamaan dengan gugup, Alice menatap pada Emma yang juga tengah menatapnya datar.
Gadis itu menundukkan wajah dengan kedua tangan bertautar resah di atas pangkuannya. Emma tanpa di duga menggenggam tangan Alice membuat si gadis kaget dan menatapnya.
"Kamu kenapa? Gak nyaman sama oma?" Tanya Emma lembut dengan senyuman dan usapan lembut di punggung tangan Alice.
"B-bukan, oma. Maaf, Alice gapapa kok.."
"Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting, kasian bayi kamu"
"Iya oma.."
"Sini, duduk dekat oma.." Emma menarik tangan Alice untuk duduk di sebelahnya. Tangan Emma mengusap lembut perut Alice dengan penuh kasih sayang.
"Bayi nya laki-laki atau perempuan?" Tanya Emma, Alice menggeleng kecil.
"Belum tau oma, A-Alice belum periksa lagi.."
"Nathan.." Panggil Emma seraya melirik sang anak.
"Iya, kenapa bu?"
"Atur jadwal untuk pemeriksaan kandungan Alice sama dokter Wilma besok, Oma mau anter Alice." Alice membelalak begitupun para manusia disana yang kaget dengan permintaan si wanita paruh baya.
"G-gak perlu oma, Alice bisa bareng Elcie kok nanti.."
"18 tahun lalu, terakhir kali oma ikut mengantarkan Aurora memeriksa kandungan. Oma ingin sekali merasakan kebahagiaan itu lagi." Jelasnya seraya masih mengusap perut Alice dan tersenyum hangat pada Alice.
"O-oma.."
"Boleh ya?"
"Boleh oma, terimakasih.." Balas Alice dengan senyuman haru.
Memuai sudah semua ketakutan yang Alice tahan sedari tadi, Emma ternyata setulus dan sebaik ini padanya. Ia dapat merasakan bagaimana kasih sayang Emma padanya hanya lewat usapan lembut di perutnya. Zanetta dan Elcie pun sama, merasa lega karena pemikiran buruk mereka tak sedikitpun terbukti tentang Emma.
Obrolan kembali berlanjut, tiada lagi kecanggungan dari ara gadis Lamoera, Emma nampaknya menerima kehadiran mereka dan menyambut dengan baik.
Zanetta terlihat paling aktif disana, berbincang mengenai politik yang sedikit besarnya ia ketahui dari berbagai sumber yang pernah ia baca dan dengar.
Anara menatap sang kekasih dengan penuh rasa bangga, Zanetta yang memang memiliki pemikiran yang intelek nampak mampu menyeimbangi sang nenek yang memang cerdas. Membuat Emma dengan ikhlas memuji pemikiran dan kecakapan bicara si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.