"Cilukba.."
Alice terkekeuh, ia menggelengkan kepala melihat tingkah lawak Anara yang terlihat tengah berceloteh bersama bayinya. Ia tak habis pikir, mengapa gadis sesempurna Anara justru memiliki akal yang minim dan tingkah yang di luar prediksi pawang hujan.
"Kak, William baru 5 hari lahir loh.."
Anara menoleh, " Gue tau, kenapa?"
"Baby Will belum bisa diajak ngomong, tali pusarnya aja belum lepas!"
"Emang iya?" Tanya Anara tak percaya, Alice menggelengkan kepala dengan senyuman mencibir.
"Pantesan dari tadi gue ajak ngomong malah merem, gue kira suara gue yang kelewat merdu.."
Alice membekap wajahnya dengan bantal dan tertawa kencang, Anara meliriknya sesaat kemudian mengedikkan bahu dan kembali mengajak bayi tersebut berceloteh.
Namun tak lama seorang perawat masuk ke dalam ruangan, membuat aktivitas gila Anara terhenti.
"Ada apa sus?"
"Ini udah 4 jam dan bayinya harus diberikan susu.." Ujar si perawat seraya membuka sebuah kotak berisikan susu di dalam dot dan menyodorkannya ke depan bibir mungil William.
"Apa Asi nya belum keluar?" Tanya perawat pada Alice, si gadis menatap kearah payudaranya dan menggelengkan kepala dengan wajah polos.
"Saya gak tau sus, gimana cara ngecek nya?"
Ucapan Alice berhasil membuat Anara hampir tergelak jika ia tak segera membekap mulutnya begitupun si perawat yang tersenyum lebar.
"Lo remas aja gunung lo, keluar air atau enggak."
"Apa mau gue bantu?" Alice membelalak kemudian menggelengkan kepala seraya menyilangkan kedua lengan di depan dada.
"G-gak! Nanti aja Al ngeceknya!"
Anara tersenyum lebar, si perawat menggelengkan kepala dan kembali fokus pada si bayi yang terlihat asik menghisap nutrisinya.
Tanpa sepengetahuan mereka, Alice meremas pelan kedua payudaranya dan meringis merasakan ngilu pada bagian putingnya.Sore harinya, Alice memutuskan untuk menjenguk bayi perempuannya. Jika William sudah bisa keluar dari ruangan khusus dan bersentuhan langsung dengannya, berbeda dengan Willona yang masih harus berada di dalam tabung inkubator.
Bayi itu terlihat sehat dengan tubuh mungilnya, tak seperti William yang lahir dengan bobot 3 kilo gram, Willona lahir hanya dengan bobot 2,5 kilo gram saat itu dan sekarang bertambah menjadi 2,8 kilo gram. Sebuah pencapaian yang baik menurut dokter dengan kondisi lemah dan memperihatinkan, bayi tersebut bisa menunjukkan bahwa ia kuat.
"Hai bayi cantik mama, apa kabar?" Bisik Alice seraya menyentuh tangan mungil si bayi yang bergerak-gerak lucu.
"Kamu hebat sayang, kamu begitu kuat dan buat mama bangga.."
"Teruslah membaik, mama gak sabar buat gendong dan cium kamu"
Alice tersenyum lebar mendengar rengekan bayinya yang semakin kencang karena itu menandakan bahwa jantung si bayi semakin menguat dan akan semakin baik nantinya. Ia menoleh pada perawat yang datang membawa bayi laki-lakinya, tersenyum saat si perawat membaringkan William pada ranjang di sebelahnya.
"Suster, tangisan Willona makin kenceng.." Ujar Alice, si perawat melirik pada layar di sebelah inkubator dan tersenyum.
"Ini baik, jantungnya semakin kuat dan jika terus meningkat, Willona akan bisa keluar dari tabung ini dengan cepat" Jelas perawat, Alice tersenyum manis dan kembali menatap bayi mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.