"Al.."
"Alice.."
Alice terkesiap, ia membalikkan tubuh dan tersenyum melihat gadis yang memiliki wajah identik dengannya tengah menatap kearahnya. Elcie terduduk di tepi ranjang, menatap Alice yang berdiri di balkon kamar mereka, ia perlahan bangkit bermaksud ingin menghampiri kakak kembarnya.
"El.." Alice hendak membantunya namun Elcie menggeleng dan tersenyum padanya, menolak bantuan si gadis dengah dalih tak ingin lagi duduk di kursi roda dan menggerakkan kakinya.
Alice hanya mengangguk mengiyakan pinta sang adik, meski nyatanya tatapannya terlihat cemas kala Elcie berjalan tertatih dengan raut wajah yang meringis ke arahnya. Hingga akhirnya jarak mereka hanya terpaut 1 langkah dan Alice dengan cepat menahan tubuh Elcie yang sedikit terhuyung.
"Sakit, ya?" Cemas Alice seraya mengalungkan lengan kiri Elcie di pundaknya.
"Gak sesakit sebelumnya kok.."
"Maksain banget!" Ujar Alice nampak sedikit kesal kemudian membawa Elcie terduduk di kursi santai mereka.
Elcie tak menanggapi, gadis itu malah asik menatap wajah kakak kembarnya dengan senyuman teramat manis dari bibirnya. Alice masih tak menyadari hal tersebut, ia masih asik menatap pergelangan kaki Elcie yang juga masih memakai gips. Hingga akhirnya Alice menoleh saat Elcie menggenggam tangannya dengan lembut.
"Kenapa?" Tanya Alice namun Elcie tak menjawab dan masih menatapnya dengan senyuman.
"Lo kenapa deh?"
"Gue sayang sama lo" Ujar Elcie tiba-tiba membuat Alice sedikit kaget. Ia menatap lamat wajah berseri Elcie dan tersenyum.
"Kenapa tiba-tiba banget sih?"
"Emang salah?" Elcie menaikkan sebelah alisnya, Alice menggeleng dan mengalihkan pandangan pada langit gelap di hadapan mereka.
Elcie menunggu, menanti balasan dari apa yang ia sampaikan dengan tulus pada gadis tersayangnya. Kedua manik hitamnya menelusuri setiap lekukan wajah Alice yang terlihat sempurna meski dari samping. Ia kembali menggenggam tangan Alice yang sempat terlepas namun Alice tak kunjung memberikan balasan.
"Apa yang lo takutin?" Suara lembut Elcie terdengar bergetar membuat Alice menarik nafas panjang sebelum menjawab.
"Dunia!"
"Dunia baik-baik saja, Alice.." Alice menggeleng lemah.
"Sejak saat itu, dunia gue gak baik-baik aja, El. Dunia gue rutuh dan kini semakin lantak!"
"Meskipun gue selalu ada buat lo?"
"El, gue rasa sekarang saatnya buat lo, jauhin gue.." Lirih Alice seraya mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Elcie. Elcie membulatkan kedua matanya.
"Apa?"
"Gue kotor El, gue gak pantes buat lo!"
"Alice, gue sayang sama lo bukan sekedar karena ikatan darah kita. Dan anak dalam kandungan lo, itu anak gue juga!"
Flashback On
Anara, Zanetta, Alice, Elcie, Fara dan Chika terduduk tenang menikmati makan malam mereka yang Anara siapkan. Keenam gadis itu sesekali melemparkan tanya dan candaan riang di sela kunyahan mereka, seakan tak memiliki beban dan berusaha melupakan kejadian pahit yang menimpa si kembar beberapa waktu lalu.
Namun salah satu di antara mereka tiba-tiba saja terdiam, ia nampak pucat dengan perut yang terasa mual. Chika yang terduduk di hadapannya pun menyadari perubahan si gadis, ia menatap lekat wajah pucatnya dan bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.