Zanetta keluar dari mobilnya, ia berjalan lemas memasuki rumah. Gadis itu mengedarkan pandangan dan menghela nafas lelah, terduduk di atas sofa dengan kedua mata yang terpejam.
Sunyi, tak ada suara siapapun disana, hanya dentingan jarumnya yang terdengar memekik menertawakannya.
Kesibukan mengurus perusahaan nampaknya membuat Zaneeta melupakan waktu, ia bergegas pergi di pagi hari bahkan sebelum para gadisnya terjaga dari mimpi dan pulang pada saat mereka telah menyambut mimpi, itulah kebiasaannya beberapa waktu terakhir.
Bukan tanpa sebab atau menghindar dari apapun, Zanetta justru merasa bahwa beban yang ia tanggung terlalu berat saat ini hingga ia kalang kabut sendiri dan memakasakan tubuhnya untuk terus tegak dan kuat menghadapi gempuran pekerjaan yang tiada henti.
Ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, gadis itu melirik jam pada dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. Zetta bangkit dan berjalan lunglai kearah kamar.
Cklek!
Perlahan ia membuka pintu kamar, melangkahkan kaki menuju ranjang dan tersenyum melihat wajah tenang kekasihnya yang tertidur nampak pulas. Gadis itu membungkuk, mencium kening Anara dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Anara terbangun mendengar suara pintu yang tertutup, gadis itu bangkit terduduk, ia tersenyum mendapati mantel milik sang kekasih. Anara turun dari ranjang, mengeluarkan piyama untuk Zetta, menaruhnya di atas ranjang kemudian keluar dari kamar, berniat membuatkan susu coklat hangat untuk kekasihnya.
Cklek!
"Hai sayang.."
"Darimana?" Tanya Zanetta yang ternyata telah selesai memakai piyama tidurnya.
"Bikinin ini, nih.." Balas Anara seraya menyodorkan segelas susu, Zetta tersenyum dan menerima gelas tersebut.
"Makasih" Ia mencium sekilas bibir Anara kemudian meneguk susu tersebut hingga habis.
Anara mengambil kembali gelas yang telah kosong, menaruhnya di atas nakas dan menarik Zetta untuk duduk di tepi ranjang.
"How was your day?" Tanya Anara seraya mengusap wajah lelah sang kekasih.
"Lelah.." Balas Zetta lirih, Anara tersenyum kemudian menariknya masuk dalam pelukan.
"Kalo lelah istirahat aja dulu."
"Tapi kerjaan aku masih banyak"
"Aku tau, tapi kesehatan kamu juga penting." Anara melepaskan pelukan dan menangkup wajah Zanetta.
"Sekarang aja badan kamu panas, pusing?" Zanetta mengangguk pelan dan kembali masuk ke dalam pelukan Anara, menaruh kepalanya di dada sang kekasih.
"Detakan jantung kamu bikin nyaman.." Gumam Zanetta dengan mata yang terpejam, Anara tersenyum manis.
"Kamu tunggu bentar, aku ambil dulu obat"
Zanetta menggeleng, "Aku mau peluk kamu.."
"Setelah minum obat, aku peluk lagi, oke?" Kini si gadis mengangguk dan melepaskan pelukan dengan pasrah.
Anara tersenyum, ia mencium pipi Zanetta kemudian bangkit dan berjalan kearah lemari, mengambil beberapa butir obat dan kembali dengan segelas air yang ia ambil dari atas nakas.
"Minum obatnya.."
Zanetta mengambil alih obat dari telapak Anara, memasukannya ke dalam mulut dan menelanya dengan bantuan air. Anara mengangguk kecil, ia menaruh kembali gelas tersebut, mengusap bibir basah kekasihnya dan menariknya untuk merebahkan tubuh di atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.