#18

696 48 3
                                    

Seharusnya kami memulai hidup tenang dan bahagia. Tapi mengapa selalu ada masalah yang merentet setelah kami berhasil menyelesaikan satu masalah lain?

Apakah Tuhan meragukan ketabahan kami?
Atau mungkin justru ini timpalan yang kami terima atas hari-hari sebelum hari ini?.







Zanetta memicingkan mata melihat adik perempuannya berjalan menuju tangga yang mengarah kearah kelasnya. Gadis itu mengernyitkan dahi dan terdiam sesaat, menyembunyikan wajah di balik buku yang sedari tadi ia pegang kala terlihat sang gadis sampai di penghujung tangga dan berjalan kearah berlawanan dari tempatnya berada.

Buku yang ia gunakan untuk menutup wajah kini ia turunkan. Perlahan namun pasti, Zetta membawa langkahnya mengikuti langkah sang adik dengan jarak yang cukup jauh.

Beberapa ruang kelas berjejer di sana. Zetta menghentikkan langkah kala sang adik berhenti dan berdiri tepat di ambang sebuah pintu kelas.

Zetta tak tahu siapa yang di ajak bicara oleh gadis tersebut, pintu yang terbuka separuhnya itu menghalangi tubuh seseorang di depan adiknya.

Ia dengan cepat membalikkan tubuh dan menutup wajah dengan buku melihat adik perempuannya berjalan kearahnya dengan ekspresi wajah yang nampak kesal. 

"Elcie.." 

Panggil Zetta menghentikan langkah Elcie tepat saat melewatinya. Elcie tahu pasti itu suara sang kakak, gadis itu terlihat menarik nafas panjang dan menoleh dengan senyuman tipisnya.

"Kak Zetta? ngapain disini?"

"Harusnya kakak yang nanya, kamu ngapain disini?" 

"Ah hehe.. " Zetta menaikan sebelah alisnya, membuat Elcie menghentikan tawa kecilnya.

"Aku disuruh nyampein tugas dari bu Vera buat kelas 12-3 kak.." Jelasnya tenang seraya menunjuk kelas yang di maksud.

"Kamu gak bohong kan?" Selidik Zetta, Elcie menggeleng dengan wajah polos.

"Kakak bisa tanya bu Vera kalo gak percaya" 

"Hmm.. Udah kan? Sana balik kelas!" 

"Iya kak, dah.."  Zetta tersenyum seraya membalas lambaian tangan Elcie, ia berjalan kearah kelasnya sendiri.

Langkahnya terhenti tepat di puncak tangga, menatap Elcie yang masih berjalan turun hingga tak lagi terlihat.

"Tta.." Zanetta menoleh dan tersenyum kemudian bergegas mendekat pada Anara yang memanggilnya.

"Darimana?"

"Disini aja!" Anara memicingkan wajah kearah Zetta, gadis itu menahan tawa kemudian mengusap kasar wajah Anara.

"Jelek!"

"Gue? jelek?"Anara menunjuk wajahnya sendiri, Zetta mengangguk cepat.

"Perlu ngadain voting gak nih?" 

"Buat?"

"Memvalidasi 'Jelek' yang lo maksud itu gak tertuju buat gue!" 

"Repot banget lo!"

"Gak ikhlas aja gue lo sebut jelek. Secara gue bangun jam 5 pagi setiap harinya cuma buat merias diri biar tetep cantik di mata lo! Nyatanya?"  Jelas Anara panjang lebar dengan tatapan kesal kearah lain dan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Gak usah baperan Ra, lo tau gue becanda!" Timpal Zetta menggulirkan kedua bola matanya. Anara menatapnya sesaat kemudian pergi begitu saja meninggalkan Zetta.

The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang