Zanetta terlihat fokus pada layar komputernya, ia tersenyum mendapati hasil yang memuaskan dari kinerja sang adik, Elcie.
Gadis itu memang tak main-main dalam pekerjaannya, bahkan Elcie telah berhasil mengungkap beberapa kasus kecil di perusahaan tersebut dan juga memecat beberapa pegawai senior yang terlibat.Ia melirik Elcie yang terlihat menyandarkan tubuh dengan mata terpejam di sofa ruang kerjanya, beberapa berkas dan laptop berada di hadapan si gadis. Zetta bangkit dari kursi kebesarannya, berjalan santai kearah Elcie kemudian terduduk di sebelahnya.
Pandangannya tertuju pada beberapa berkas yang ia yakini telah Elcie kerjakan, Zetta tersenyum dan kembali menatap sang adik.
Ia menarik lengan Elcie dengan cepat merebahkan kepala si gadis di pangkuannya, Elcie terperanjat hendak bangkit namun Zanetta menahannya."Istirahat dulu, kakak tau kamu cape.." Lembutnya seraya mengusap kepala sang adik, memberikan kenyamanan.
Tanpa penolakan, Elcie tersenyum dan mengangguk kemudian memejamkan kedua matanya, usapan lembut tangan Zanetta membuatnya nyaman dan terbuai hingga tanpa sadar tertidur.
"Maafin kak Zetta ya, harusnya kakak gak biarin kamu kelelahan kek gini.." Bisiknya dengan tatapan lamat pada wajah lelah sang adik.
"Makasih udah tumbuh menjadi gadis yang baik dan cerdas, kakak bangga punya kamu dan Alice." Ia membungkukkan tubuh dan mendaratkan kecupan di kening Elcie, membuat gadis itu terusik.
Elcie memiringkan tubuh kearah perut sang kakak dan tangannya memeluk pinggang Zanetta.
Zanetta melirik jam pada dinding yang menujukkan pukul 4 sore, ia pun tak perlu cemas karena sebagian pekerjaannya telah selesai, gadis itu menyandarkan kepala di sandaran sofa dan ikut memejamkan mata.
Drtt.. Drttt..
Zanetta mengerjap mendengar suara ponsel di atas meja kerjanya, ia melirk jam dinding yang kini menunjukkan pukul 6 petang, gadis itu melirik Elcie yang masih tertidur pulas kemudian menepuk dan mengusap pipi sang adik.
"El, bangun yuk.."
"Hm?" Gumam Elcie tanpa membuka matanya.
"Udah jam 6, ayo pulang" Perlahan Elcie membuka kedua mata, mengusapnya dan bangkit terduduk membenahi rambut yang sedikit berantakan.
"Masih ngantuk ya?" Tanya Zetta membantu menyisir rambut panjang sang adik, Elcie mengangguk.
"Nanti setelah makan, langsung tidur ya.."
"Iya kak.." Timpal Elcie dengan suara paraunya, Zanetta menyodorkan segelas air kemudian bangkit dan membenahi meja kerjanya.
Begitupun Elcie yang juga membereskan beberapa berkas di atas meja, mematikan laptop dan menaruhnya pada rak yang berada di sudut ruangan Zanetta.
"Udah?"
"Udah, kak. Yuk.."
Keduanya keluar dari ruangan, berjalan bersamaan menyusuri lorong-lorong kantor yang kini telah sepi. Memasuki lift dan turun ke basement, memasuki mobil masing-masing.
"Jangan ngebut!" Ujar Zanetta dengan wajah serius dan acungan telunjuknya, menutup kembali kaca jendela saat mendapatkan anggukan kepala dari sang adik.
Zetta terdiam, menunggu Elcie melajukan mobilnya kemudian mengikutinya dari belakang. Separuh perjalanan terlewati dengan mulus meski jalanan tak semulus harapan, namun Zanetta dan Elcie nampak sabar mengemudikan mobil mewah mereka.
Namun di sebuah tikungan, Zanetta dengan tergesa menginjak pedal rem dan melebarkan mata. Gadis itu keluar dari mobil dan berlari kearah mobil sang adik yang tiba-tiba saja bertabrakan dengan kendaraan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.