#62

369 25 1
                                    

Menuju sore hari di kediaman megah Lamoera, Anara, Aurora dan ibu asisten rumah tangga tengah berkutat dengan peralatan masak di dapur rumah tersebut. Beberapa menu makanan telah tersaji di atas meja makan, dengan asap yang masih mengepul dari mangkuk-mangkuk besar berisikan makanan nikmat di sana.

Malam ini rencananya akan menjadi malam spesial sekaligus menegangkan bagi Zanetta dan Elcie. Pasalnya, Xaviar Dwipangga, pemilik Bright Tech akan bertamu sekaligus membicarakan proyek besar mereka. Bukan hanya Xaviar dan keluarga kecilnya, namun keluarga Saqhi, keluarga Mathew Akihiro yang tak lain keluarga Fara yang juga salah satu kolega bisnis perusahaan milik Zanetta akan hadir di malam ini.

Meski tanpa persiapan matang, Zanetta berharap jamuannya nanti malam akan meninggalkan kesan baik bagi para koleganya. Ia sendiri meminta langsung pada Aurora dan Anara untuk membantunya menyiapkan hidangan terbaik sementara ia dan Elcie mengurus beberapa berkas yang akan mereka persentasikan secara langsung di hadapan Xaviar dan Mathew yang mungkin saja akan membawa kesepakatan bagus di akhir acara nanti malam.

Alice dan Jonathan tengah bersantai di halaman belakang rumah megah tersebut, di pangkuan mereka, terdapat si kembar yang nampaknya juga menikmati suasana sore hari yang tenang dan menyejukkan. Jonathan, pria berkemeja putih itu menatap lekat wajah William di pangkuannya, senyuman hangat penuh kasih sayang ia sematkan di balik wajah penuh wibawanya.

Seperti dejavu, Jonathan merasakan sebuah perasaan yang sangat ia rindukan. Perasaan yang membawanya kembali pada 19 tahun kebelakang saat ia dan istrinya di karuniai seorang bayi perempuan istimewa yang mereka beri nama Anara, yang berarti anak perempuan yang memiliki hati seluas lautan lepas.

Alice tanpa sengaja melirik ke arah si pria, ia mengernyit melihat wajah putih Jonathan terlihat bersemu merah dengan bola mata yang sedikit bergetar. Tangan kanannya terangkat dan menyentuh pundak si pria membuat Jonathan menoleh.

"Om kenapa?" Jonathan tersenyum dan kembali menatap William.

"Om cuma ngerasa dejavu aja." Alice terdiam sesaat mencoba mengartikan ekspresi wajah dan ucapan Jonathan, ia tersenyum lebar memahami.

"Pasti om bahagia banget saat kak Nara lahir" 

"Lebih dari bahagia, Om ngerasa jadi pria yang paling sempurna dan menghabiskan semua keberuntungan di hari itu."

"Tapi ternyata, kelahiran Anara menjadi awal terbukanya pintu keberuntungan lain di hidup om juga tante. Dan om juga memiliki feeling yang kuat pada si kembar.." Ujar Jonathan menatap Alice dengan senyuman lebar.

"Terlepas dari keberuntungan apapun, sama seperti om, Alice juga merasa sangat beruntung saat Tuhan menggariskan takdir Alice dan menyematkan mereka diantara peliknya." Balas Alice menggebu, Jonathan mengangguk dan kembali menatap William yang kini mencengkram telunjuknya.

"Seseorang pernah berkata, 'Meskipun jalan yang dilalui cukup terjal, Takdir Tuhan akan terasa indah jika kita ikhlas menerimanya'."

"Alice setuju dengan kalimat tersebut, karena Alice kini menerima semuanya dengan ikhlas dan berdamai dengan setiap luka.."

"Teruslah seperti itu.." Alice mengangguki ucapan Jonathan dan kembali pada dunia mereka masing-masing.


Di dapur rumah tersebut, Anara tengah terdiam menatap ke dalam kulkas yang terbuka, ia berkacak pinggang dengan ekspresi wajah kebingungan. Aurora yang baru saja selesai mencuci tangan kemudian menghampiri sang anak dan mengikuti arah pandangnya.

"Cari apa?" Anara menoleh sesaat kemudian menunjuk ke dalam kulkas.

"Nara naro yoghurt di sini, kok gak ada?" 

The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang