#60

487 34 0
                                    

Sebuah map berwarna hitam menjadi objek pandang utama bagi seorang gadis cantik yang terduduk tenang namun parasnya di penuhi raut kegelisahan. Hela nafas panjang ia torehkan di akhir lipatan kertas yang kemudian menutup sampul map tersebut. Jemari lentiknya terangkat, memijat pelipis yang terasa kian berdenyut dari tipis hingga pekat.

Ia kembali menegakkan tatap kala pintu ruang kerjanya terbuka, menampilkan seorang gadis cantik lainnya yang berjalan santai dengan seragam sekolah kearahnya. Gadis itu terduduk tepat pada sebuah kursi di depannya, maniknya menatap lekat raut kegelisahan tersebut.

"Apa lagi masalahnya?" 

"Kamu bisa bantu kakak?" 

"Tergantung.." 

Map bersampul hitam kini berpindah tangan, si gadis yang masih memakai seragam sekolah nampak memfokuskan pandangan pada deretan huruf juga angka disana. Sudut bibirnya perlahan tertarik ke atas, membentuk simpul keyakinan dibarengi anggukan ringan.

"Kak Zetta tenang aja, serahin semuanya sama Elcie.." 

"Yakin bisa?" 

"Apa salahnya di coba." Timpalnya santai seraya membawa map tersebut ke arah sofa di sebrang ruangan.

Zanetta menatap penuh minat pada gerakan santai sang adik yang kini meraih laptop yang berada di dalam lemari kaca dan membawanya terduduk di atas sofa.

Suara peraduan jemari dan tombol papan ketik terdengar bagai musik yang merdu dan menenangkan, membuat raut gelisah Zanetta perlahan memudar dari paras cantiknya.

"Udah makan siang?" Elcie melirik sekilas pada Zanetta dan menggelengkan kepala.

"Kakak beliin, ya?" 

"Hmm, makasih kak.." Timpal Elcie tanpa menatap sang kakak yang kini beranjak dari kursi panasnya dan berjalan keluar dari ruangan.

Elcie masih berkutat dengan laptop sesekali telunjuknya bergerak meraba permukaan kertas pada map, menyesuaikan dan merevisi beberapa kata atau kalimat yang ia anggap tak tepat. Wajah tenangnya tiba-tiba berubah, ia menangkap sebuah kejanggalan pada lembar berikutnya dari berkas tersebut. 

Gadis itu menegakkan tubuh, tangan kirinya menyilang di dada sementara tangan kanannya menggenggam berkas yang ia baca. Elcie melirik pada Zanetta yang baru saja kembali dengan sebuah bungkusan yang berisikan 2 porsi makanan juga minuman.

"Kenapa?" Tanya Zetta seraya terduduk di sebelah sang adik.

"Pak Bram, beliau Spv divisi keuangan cabang?" Zanetta mengernyit kemudian mengangguk pelan.

"Iya, apa ada masalah?" 

Elcie tak memberikan jawaban, gadis itu kembali membolak-balikkan berkas dan membandingkannya dengan beberapa berkas lain yang ada di laptopnya. Zanetta membuka bungkusan dan mengeluarkan isinya, ia menyodorkan sendok berisikan makanan tepat ke depan mulut Elcie, dengan senang hati si gadis meneriman suapannya.

Hal itu Zanetta lakukan karena Elcie tak akan mau meninggalkan pekerjaan sebelum ia menyelesaikannya, meskipun cacing di perutnya telah berteriak, gadis itu akan tetap pada apa yang tengah ia kerjakan.

"Gatcha!" Gumam Elcie dengan senyuman lebar, Zanetta menatapnya lekat.

"Nemuin sesuatu?" 

"Kak.." Tatap lekat Elcie pada manik sang kakak, Zanetta mengangkat sebelah alisnya menanti lanjutan kalimat sang adik.

Srett..

Gadis itu menggeser laptopnya ke depan Zanetta, menganggukkan kepala dan berusaha meyakinkan sang kakak untuk mempercayainya. Zanetta menaruh mangkuk yang ia genggam ke atas meja dan memfokuskan pandangan pada layar. Kedua matanya sontak melebar, telunjuknya bergulir cepat mengamati setiap data yang Elcie tunjukan.

The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang