#13

1K 67 10
                                    

Dua minggu berlalu.

Kini Zanetta telah kembali masuk sekolah meski dengan tangan kanan yang masih harus berada di gendongannya juga beberapa bekas luka di wajah yang belum hilang sepenuhnya.

Gadis itu merebahkan kepalanya di atas meja, beralaskan ransel milik Anara. Ia teramat lelah meladeni pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman sekelasnya ataupun beberapa guru disana.

Beruntung Anara selalu berada di dekatnya, gadis itu seketika menjelma menjadi juru bicara pribadi Zanetta.

"Sesi tanya jawab sudah habis. Silahkan kembali ke tempat wahai manusia-manusia kepo sialan!!" 

Zanetta terkekeh kecil mendengar ucapan Anara yang terdengar sangat kesal. Gadis itu membalikan wajah kearah Anara dan tersenyum padanya, masih dengan posisi sama.

"Capek?"

"Lo berharap apa?" Ketus Anara seraya mengipas wajahnya dengan sapu. Gak dong kocak!

"Punchline gue tuh!"

Anara memutar bola matanya, "Hrrrr.. pinjem!" 

 Zanetta masih betah menatap wajah cantik gadis tersebut, senyumannya pun masih betah tercetak di bibirnya. Anara meliriknya sesaat dan kembali menatap ke depan.

"Jangan liatin mulu! Tar lo jatuh cinta!"

"Udah!" Balas Zetta singkat, Anara menatapnya dengan tangan menutup sedikit bibirnya.

"Upss.. Sowry.." 

"Thanks ya, udah selalu ada buat gue Ra.." 

"Ck! Udah dibilang jangan bucin!" Decak Anara kesal, Zanetta gemas, ia mencubit paha si gadis membuatnya menatap Zetta dengan tajam.

"KDRT lo! bintang 1 !"

"Anara-ku.. Gue-"

"Wait-wait.. Apa?"  Anara menyela ucapan Zetta,

"Anara-ku.."  Ulang Zanetta, 

"Bajingan! jangan bucin, gak cocok!!" Gadis itu meringis seraya membalikkan tubuh membelakangi Zetta, yang sebenarnya ia tengah mendinginkan kedua pipinya yang tiba-tiba memanas.

Zanetta menegakkan tubuh, ia mendekatkan wajah kearah pundak Anara dan melanjutkan kalimatnya yang sempat tersela.

"Makasih udah selalu ada buat gue. Tanpa lo disamping gue, gue gak akan mungkin bertahan dan ada disini sekarang" 

Anara merasa kedua pipinya semakin memanas bahkan ia yakin wajahnya pun memerah. Gadis itu menggulirkan bola matanya berusaha tenang meski nyatanya salting brutal.

"Ternyata lo adalah 'sesuatu' yang Tuhan kasih saat gue dengan tulus meminta hidup dan bahagia. Gue sayang lo, Anara.."

Anara tak tahan, gadis itu berkaca-kaca dengan jantung yang berdetak kencang. Ungkapan Zetta, bisikannya juga kalimat cintanya membuat Anara ingin menelanjangi si gadis sekarang juga. Namun ia menghilangkan pikiran kotor tersebut dan berakhir dengan ia yang menjerit kencang seraya berlari keluar kelas.

"Ck..ck.. Nyesel gue sayang sama mahluk kek begitu randomnya!" Zanetta menggelengkan kepalanya namun kemudian tersenyum bodoh dan kembali merebahkan kepala diatas ransel milik Anara.



Waktu istirahat tiba, Alice, Elcie dan kedua temannya terlihat berdiri di sebuah pertigaan koridor, menunggu Zanetta dan Anara untuk menuju kanti bersama. 

Chika menatap Alice dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. Pasalnya kini, Alice terlihat seperti cabe-cabean centil di matanya.

Bagaimana tidak, di dalam kelas, di luar kelas, dimana pun Elcie berada Alice selalu bersamanya. Bergelayut manja pada tubuh kembarannya. Baginya itu sangat aneh, mengingat kedekatan mereka tak se-lengket itu.

"Ck! Al, gue gumoh liat lo geledotan gitu ke si El!"  Ujar Chika bergidik,

"Lo cosplay jadi bayi koala?" Timpal Fara menahan tawanya. Alice menatap keduanya datar dan berkacak pinggang.

"Jatah traktir mingguan BATAL!!" 

Kedua gadis tersebut sontak membelalakan mata, "A-Al, canda doang gue mah!"

"Hooh, baperan banget. Sana tempelin si Elcie!" Chika menarik kedua tangan Alice dan kembali menaruhnya di pundak Elcie tak lupa menepelkan tubuh mereka.

Elcie hanya tertawa melihat tingkah Alice dan teman-temannya, gadis itu menoleh kearah kelas Zanetta dan tersenyum lebar melihat kedatangan kedua gadis yang mereka tunggu.

"Lama banget kak, El laper" 

"Iya, kita juga.."  Timpal Far dan Chika sendu, Anara mengacungkan kepalan tangan kearah kedua gadis tersebut.

"Nih makan bogem gue!"  Ia melirik Zetta kemudian mengalungkan tangan di lengan kiri si gadis.

"Cuss sayang.." 

"Gasin, El.."  Alice mendorong punggung Elcie menyusul Zetta dan Anara yang berjalan terlebih dahulu.

"Ngeri-ngeri sedaaaap!" Fara bergidik kemudian menyusul mereka.

"Yang penting traktir aja gue mah, hah.."  Pasrah Chika dengan langkah lemasnya menuju kantin.



Bugh!

"Upss.. sorry.."  

Keenam gadis tersebut menatap tajam pada seorang gadis yang mereka yakini sengaja menyenggol tangan kiri Zetta yang tengah berusaha menyuapkan makanannya.

Anara dan Elcie terlihat paling kesal, keduanya bangkit bersamaan dari tempat duduknya namun terhenti saat Zanetta mengeluarkan suaranya.

"Ra, El.. gue gapapa!"

"Ishh anjir! Kesel gue sama lo, Tta!" Kesal Anara kembali duduk dan melanjutkan makan.

Alice mengusap tangan Elcie dan menariknya untuk kembali duduk, Elcie mendengus namun menurutinya.

"Gue tau kalian kesel, tapi tahan dulu ya, disini rame!"

"Betul kata kak Zetta!"  Timpal Chika dan Fara berbarengan.

"Gue cuma gak mau kalian dan kita malah double apesnya!"

"Betul kata kak Zetta!" Lagi kedua gadis tersebut menimpali berbarengan.

"Nanti kalo mereka udah bener-bener kelewatan, kita bales mereka sampe mereka jera!"

"Bet- "

"BETAL-BETUL MULU, GUE BAPTIS LO PADA!!"  Anara jengah dan membentak kedua gadis tersebut. Membuatnya kini menjadi pusat perhatian seantero kantin.

Zanetta memejamkan matanya, Chika dan Fara menunduk takut sementara Alice dan Elcie menahan tawa mereka. 

"Hah.. aus gue, beliin minum!" Ujar Anara yang menatap gelas air nya kosong.

"S-siap kak!"  Far dan Chika kembali menjawab serempak dan berdiri berbarengan.

"Gue aja Far" Chika mendorong Fara untuk kembali duduk, 

"Gak Chik, gue aja!" Fara menggeleng ia bangkit kemudian mendorong Chika duduk.

"Gue, Far!"

"Gue-"

BRAKK!

"LO BERDUA BELI SANA!" Anara menggebrak meja dan kembali berteriak pada kedua gadis tersebut.

"SIAP GRAK!" Keduanya bergegas pergi darisana sebelum menjadi santapan macam haus.

"Astaga, capek banget hah.." 

Anara mengipas wajahnya yang memerah, ia mengedarkan pandangan kemudian mengacungkan jari tengah pada beberapa murid yang tertangkap basah tengah menatapnya.

Alice dan Elcie tertawa sedangkan Zanetta kembali memejamkan mata dan menghela nafas lelah karena tingkah gadisnya.

"Kebantu cantik dan gue sayang sih untungnya.."  Gumam Zanetta teramat pelan.
























The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang