"Hai sayang.."
"Hai mah, pah.."
"Loh, Nara.. Anara.." Panggil Aurora saat melihat sang anak berlalu begitu saja melewatinya dan sang suami yang tengah bersantai di ruang tengah.
Keduanya saling pandang bingung dengan tingkah sang anak yang tiba-tiba saja pulang dengan wajah yang tak bersahabat. Jonathan memberikan kode untuk Aurora menyusul putrinya, wanita itu mengangguk dan hendak melangkah namun suara seseorang mengalihkan perhatian mereka.
"Zetta.."
"Kalian lagi berantem?" Tanya Aurora to the point, Zanetta berjalan masuk dan mencium sopan tangan keduanya.
"Iya tante.."
"Kenapa?"
"Aku juga gak tau, Nara tiba-tiba marah dan pulang duluan pake taksi.." Jelas Zanetta, Jonathan nampak menghela nafas kemudian meminta Zetta duduk di sebelahnya.
"Coba ceritain sama om.."
Zanetta awalnya bingung ingin bercerita dari mana namun tatapan kedua orang tua Anara membuatnya terpaksa menceritakan tentang percakapannya bersama sang kekasih tadi hingga akhirnya Anara bungkam.
"Astaga.."
"Gak salah sih, tapi Anara juga gak salah kalo marah sama kamu."
"Jadi aku yang salah?" Tanya Zetta, Aurora tersenyum.
"Ternyata kamu gak peka ya hehe.."
"Tante tau kalo kamu bahkan belum berpikiran buat menikah tapi setidaknya jawaban kamu jangan ambigu. Tante yakin kalo Anara salah paham dan mikir kamu gak mau nikah sama dia nantinya." Zetta tertegun, ia berusaha mengingat bagaimana cara bicaranya dengan sang kekasih tadi.
"Atau mungkin emang kamu cuma mau main-main sama anak om?" Zanetta menoleh cepat dan menggelengkan kepala
"Gak om, tante. Zetta beneran sayang sama Nara, Zetta serius.."
"Kamu tau kan Nara itu jarang banget marah, tapi sekalinya marah, pasti lama.."
"Terus Zetta harus gimana?" Rengek Zanetta, sepasang suami istri itu saling pandang dan terdiam membantu Zanetta memikirkan cara yang tepat untuk membujuk anak gadis mereka.
Di dalam kamar, Anara tengah berguling-guling resah di atas ranjangnya. Gadis itu masih dalam mood yang tak baik mengenai ujian tadi pagi di tambah Zanetta yang menjawab pertanyaannya dengan kalimat seolah ia tak ingin menikahinya. Ah, bukankah gadis itu terlalu jauh pemikirannya?
Entahlah, yang jelas Anara marah dan kesal pada kekasihnya yang malah tak sadar akan kesalahannya sendiri.
"Zetta bajingan! nyebelin banget sih!" Geramnya seraya menggigit ujung bantal.
"Gue ngarep banget dia jawab 'Iya, nanti aku pasti nikahin kamu'. Bukan malah jawaban kek gitu!"
"Argh.. Tau ah kesel!" Ia meninju-ninju bantal kemudian terdiam dengan nafas terengah dan ekspresi wajah yang masih nampak kesal.
Tok.. Tok..
"Sayang.."
Anara melirik malas kearah pintu kamar yang diketuk oleh sang ibu, gadis itu bangkit terduduk namun tak berniat membukakan pintu.
"Nara sayang, buka yuk.."
"Nara lagi sibuk, mah!" Timpalnya berteriak,
"Sibuk apasih? Nangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.