Di sebuah ruangan di gedung perusahaan Oceanic Tera.
Zanetta terlihat fokus dengan pekerjaannya, kacamata minus bertengger di hidung mancungnya, tatapannya teralih bergantian pada lembaran berkas dan layar laptop yang menyala. Gadis itu bahkan menghiraukan gadis cantik di hadapannya yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan penuh cinta. Anara memang sengaja ikut ke kantor sang kekasih untuk mengawasinya.
Mengawasi?
Ya, mengawasi karena beberapa hari ini Anara sering kali melihat nomor baru yang mengirimi pesan dan menghubungi nomor pribadi gadisnya, padahal hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki nomor tersebut. Meski Zanetta bilang bahwa ia tak mengenal mereka, namun Anara tetaplah Anara, gadis cemburuan dan sering kali overthinking.
Di sela fokusnya, Zanetta tanpa sengaja melirik Anara dan terpaku pada tatapan si gadis yang menyiratkan rasa cinta juga em.. entahlah apa artinya namun mampu membuatnya seketika bergidik ngeri dengan bulu-bulu halus yang meremang pada sekujur tubuhnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Zanetta lembut, Anara masih menatapnya lamat.
"Gapapa, aku cuma lagi ngawasin kamu"
"Anara, aku lagi kerja loh.."
"Tau kok, lanjut aja. Aku gak ganggu, kan?" Zanetta menghela nafas
"Tapi tatapan kamu bikin aku gak nyaman"
"Oh kamu gak nyaman di liatin sama aku? Aku loh tunangan kamu" Nada bicara si gadis terkesan sinis membuat Zanetta dengan cepat menggelengkan kepala.
"Bukan gitu sayang, maksudnya—"
"Halaah ngeles mulu kek soang. Sana lanjut kerja!" Sela Anara tegas, Zanetta hanya menganggukkan kepala dengan pasrah dan berusaha kembali fokus pada pekerjaannya.
Beberapa menit terlewati, Anara masih saja memaku tatapnya pada wajah sang kekasih tanpa rasa bosan. Zanetta terlihat semakin tak nyaman, semakin ia berusaha menghiraukan semakin tajam pula tatap Anara yang menusuknya. Ia menghela nafas, bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah belakang Anara.
"Mau keman—"
Grep!
"Gak kemana-mana, aku cuma mau isi tenaga aku" Bisik Zanetta yang mengalungkan kedua lengan di leher Anara dan menaruh wajahnya di pundak sang kekasih.
"Lepas!"
"Hm? kenapa? kamu gak mau aku peluk?" Namun Anara malah menarik lepas kedua lengan Zanetta, bergegas bangkit dan berbalik memeluk tubuh gadisnya.
"Kek gini baru bener, aku juga butuh charger soalnya.." Gumam Anara mengeratkan pelukan di tubuh Zanetta membuat si gadis tersenyum, menghirup aroma tubuh Anara.
"Ahh~ Aroma tubuh kamu selalu bisa bikin aku nyaman"
"Iya kah?" Tanya Anara, Zanetta mengangguk dan menempelkan hidungnya di kulit leher sang kekasih.
"Jangan di gesekin, nanti kalo aku horny, gimana?" Zanetta terkekeuh ia meregangkan pelukan dan menggesekan hidungnya pada hidung Anara.
"Kamu gampang banget horny"
"Iya, kalo sama kamu tuh birahi terus bawaannya"
"Sama sih, aku juga gitu. Tapi, mending di rumah aja ya, lebih bebas.." Anara mengangguk lucu dengan wajah menggemaskan dan kembali memeluk Zanetta dengan erat.
"Tta, jangan pergi dari aku ya" Pinta Anara dengan nada bicara sendu.
"Aku malah takut kalo kamu yang bakal pergi dari aku"
Anara merenggangkan pelukan dan menggeleng tegas dengan bibir yang mengerucut menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.