#15

978 58 3
                                    

Zanetta menggenggam tangan Elcie yang terlihat gemetar, tubuh gadis itu pun menegang. Belum lagi wajahnya yang terlihat pasi. Ia mengusap lembut pundak sang adik berusaha menenangkannya. 

"Tenang, ada kakak disini" Bisiknya, Elcie menggigit bibir bawahnya. Tatapannya tertuju pada sebuah ruangan di depan sana.

Kriiiit!

Pintu terbuka, seorang pria berseragam polisi menatap mereka mempersilahkan masuk. Zanetta menggenggam tangan Elcie dan Alice kemudian melangkah maju.

"E-El gak bisa kak!" Elcie melepaskan tangan Zetta kemudian berlari pergi darisana.

"Elcie.." 

"Gapapa, Elcie butuh waktu" Alice menatap Zetta kemudian mengangguk dan melanjutkan langkahnya bersama sang kakak. 

Disana dia, seorang pria paruh baya tengah terduduk di sebuah kursi di tengah ruangan. Wajahnya nampak lusuh dan tak terurus, di tambah baju Tahanan yang nampak cocok di tubuhnya.

Pria tersebut tersenyum lebar seraya berdiri dan melebarkan kedua tangannya.

"Hai, gadis-gadis cantik papa.." 

Alice mengeratkan genggaman di tangan Zetta, Zetta memasang wajah tenang dan berjalan kearah meja. Kedua matanya dengan cepat memindai ruangan tersebut, sedikit tenang karena beberapa sipir terlihat berada di dekatnya.

"Loh, Elcie mana?" Keduanya bergeming, tak menghiraukan tanya pria tersebut. 

"Duduk, nanti kalian pegel.." Ia mendudukkan tubuhnya terlebih dahulu diikuti Zanetta kemudian Alice.

"Alice, ini papa. Kamu gak kangen sama papa?" 

"Zetta? kamu gak kangen sama papa?" Pria itu tersenyum miris karena tak mendapati jawaban dari kedua putrinya. Mereka hanya menatap si pria dengan tatapan was-was dan nampak asing.

"Maafkan papa, papa mengakui semua kesalahan papa pada kalian" 

"Papa sayang sama kalian"

"Hah? sayang?" Alice berdecih dan menatap tak percaya pada pria yang mengaku ayahnya tersebut.

"Papa sangat menyayangi kalian meskipun mungkin cara papa menyampaikannya salah.." 

"Ekspresi wajah kamu, mengingatkan papa pada Elcie. Gadis itu selalu patuh dan percaya tentang apa yang papa bicarakan, bahkan Elcie satu-satunya anak papa yang selalu meminta maaf jikapun itu bukan kesalahannya.." Ujarnya sendu seraya menundukkan wajah, Zetta mendengarkannya dengan seksama sedangkan Alice nampak malas, menganggap itu hanya bualan.

"Zanetta, Alice, mungkin sampai kemarin kalian belum tau perjanjian yang papa dan Elcie sepakati sejak kalian kecil.."

"Perjanjian apa?"  Tanya Zanetta mendesak.

"Sedari kecil setiap kalian membuat kesalahan, Elcie selalu datang menemui papa saat kalian tertidur. Elcie menceritakan semuanya dan dia juga menanggung semuanya seperti seorang ksatria.." Alice dan Zanetta membelalak mendengar cerita pria tersebut.

"Ampun pah.. Maaf Elcie salah.. Hukum Elcie saja pah.. lepasin mereka.. Kalimat-kalimat kecil itu hingga kini selalu terngiang di telinga papa. Tubuh yang gemetar dan mata yang terpejam erat saat papa memukuli punggungnya dengan rotan, selalu menjadi bayangan pertama yang papa lihat setiap kali papa menatap wajah kalian.." Tatapannya teralih pada Alice yang memang sangat mirip dengan Elcie.

"Hingga suatu hari Elcie melanggar janji untuk tak membuat keributan di luar sana dan dia tak mau menanggung akibatnya. Kalian lah yang jadi korban.."

The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang