Zanetta, Alice dan Elcie berjalan santai masuk ke dalam rumah, ketiganya memutuskan untuk pulang karena waktu kini menunjukkan pukul 7 malam.
Cklek!
"Darimana kalian!!"
Deg!
Zanetta membatu mendengar suara menyeramkan dari seseorang yang ia kenali. Alice dan Elcie kini saling bergandengan tangan, tubuh mereka pun sama menegangnya.
"KALIAN DARIMANA?!"
"P-pah.. kita dari-.."
PLAKK!
Satu tamparan keras mendarat di wajah Alice yang berusaha menjawab tanya sang ayah. Elcie membawa tubuh Alice ke belakang tubuhnya, berniat melindungi sang kembaran.
Zanetta bergerak cepat kearah mereka."Pah, dengerin Zetta dulu."
Brugh!
"Akhhh!"
Zanetta terdorong keras hingga tubuhnya menabrak meja di ruangan tengah. Elcie menatap gemetar wajah menyeramkan pria yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri.
"Kalian berani melanggar aturan papa?!!"
"M-maaf pah,.."
Plakk!
Kini tamparan itu mendarat di pipi mulus Elcie, tamparan yang keras hingga membuat sudut bibir sang gadis sedikit robek. Si pria membalikkan tubuh dan meninggalkan ketiga gadis tersebut dengan tiba-tiba.
Zanetta dengan cepat bangkit dan menarik kedua adiknya berlari. Ia tahu pasti apa yang akan ayahnya lakukan setelah ini pada kedua adik kembarnya.
"BERHENTI DISITU!"
Ketiganya terdiam saat menaiki tangga. Zanetta menoleh ke belakang dan membelalak melihat sang ayah yang membawa sebuah tongkat baseball di genggamannya.
"K-kak.."
Ia menatap wajah kedua adiknya, mereka nampak ke takutan, ia pun sama takutnya dengan mereka. Zanetta memejamkan mata sesaat, menarik nafas panjang kemudian tersenyum pada kedua adiknya.
"ZANETTA, ALICE, ELCIE SINI !!" Lagi suara sang ayah membuat mereka gemetar.
"Masuk ke kamar dan kunci" Alice dan Elcie kompak menggelengkan kepala.
"Gak kak, kita kabur aja!" Alice menggenggam tangan sang kakak.
"Masuk ke kamar dan kunci. Kakak mohon, panggil polisi" Ia terpaksa mengucapkan kalimat tersebut dengan kedua mata yang berkaca-kaca agar kedua adiknya mau mendengar apa yang ia pinta.
"MAU KEMANA KALIAN?!!!"
"Cepet lari!" Zetta mendorong tubuh kedua adiknya saat terdengar derap langkah sang ayah yang menuju kearahnya.
Gadis itu berbalik dan menuruni tangga, mencoba mendorong tubuh kekar sang ayah yang akan menaiki tangga.
"Tinggalin mereka pah!!" Geramnya seraya masih mendorong tubuh ayahnya.
"SIALAN!"
"P-pah.. "
Lengannya di tarik paksa oleh sang ayah, ia membawa Zetta ke arah taman belakang. Menghempaskan tubuhnya keras hingga Zetta tersungkur.
Tatapan tajamnya menusuk manik Zanetta, ia mengangkat tongkatnya ke udara dan mengarahkannya tepat ke wajah Zetta.
BUGH!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.