Tok.. Tok..
"Kak Zetta.."
Cklek!
"Kenapa Al?"
"Om Aris nunggu kita di bawah" Zetta mengernyit bingung,
"Om Aris? Siapa?"
"Ck! Adik mama, kak" Timpal Alice sedikit kesal, Zetta membelalak kemudian berlari masuk ke dalam kamar. Mengambil gendongan tangannya dan berjalan kearah ruang tamu bersama Alice.
"Om Aris.."
Elcie yang telah berada disana menoleh dan tersenyum, Zetta membalas senyumannya kemudian mengalihkan pandangan pada tiga orang pria berjas formal yang terduduk disana.
"Zetta.."
"Om, apa kabar?" Tanpa di duga pria tersebut bangkit dan memeluk tubuh Zetta. Zetta terlihat kebingungan.
"Maafin om, om harusnya datang lebih cepat dan lindungin kalian" Ia melepas pelukannya dan tersenyum pada pria gagah tersebut.
"Gapapa om, gak perlu di bahas lagi.."
"Duduk om.." Si pria mengangguk kemudian menarik Zanetta duduk di sampingnya sementara Elcie dan Alice di sofa depan mereka.
"Zetta, Alice, Elcie ini om Arya dan om Bagas. Om Arya ini pengacara mama kalian sedangkan om Bagas ini manager di perusahaan papa kalian" Ketiga gadis tersebut mengangguk paham kemudian memberikan senyuman pada kedua pria disana.
"Harusnya ada 1 lagi, pengacara papa kalian. Tapi beliau gak bisa datang"
"Oke langsung saja, ada banyak hal yang ingin om sampaikan pada kalian tentang wasiat mama, kondisi papa dan tentang perusahaan papa kalian. Apa kalian siap mendengarnya?"
Zanetta melirik kedua adiknya yang terlihat sendu mengingat ibundanya, ia menatap tegas pada Aris kemudian mengangguk yakin.
"Singkatnya begini, sebelum mama kalian, Raya meninggal. Dia menghubungi om untuk membantunya menulis wasiat. Isinya, Raya ingin ketiga putrinya hidup dengan tenang dan saling menjaga. Raya minta om untuk membagi rata semua aset atasnamanya untuk kalian bertiga."
Aris menatap wajah ketiga gadis tersebut satu-persatu namun tak melihat ekspresi bahagia. Ketiganya menunduk dan terlihat sendu.
"Ikhlaskan mama, itu akan buat mama bahagia di sana.."
"Iya om"
"Nah, selanjutnya. Tentang papa kalian.." Kini Aris menangkap ekspresi wajah penuh kebencian dari kakak beradik disana.
"Om tau kalian membenci papa kalian."
"Bisa skip aja gak om bahas si iblis itu?!" Ujar Elcie penuh kekesalan,
"Elcie !!" Zanetta menegurnya membuat gadis itu membungkam mulutnya.
"Maaf tapi om harus sampaikan ini. Hah.. Haris di vonis hukuman seumur hidup!"
Deg!
Zanetta membelalak, meskipun pria itu telah membunuh sang ibu dan menyiksa mereka namun hati kecilnya masih bisa memaafkan pria tersebut. Berbeda dengan Alice yang tersenyum senang sedangkan Elcie nampak semakin murka.
"Harusnya dia di hukum mati, om!" Aris dan kedua pria tersebut menatap kaget kearah Elcie.
"Dia udah nyiksa mama, dia bunuh mama, bikin kak Zetta masuk rumah sakit dan bikin kita menderita!!"
"Tenang El.." Alice berusaha menenangkan kembarannya namun Elcie menolak.
"Gak Al, ini gak adil menurut gue! Kalo mereka gak bisa ngasih hukuman mati buat iblis itu, biar gue yang bunuh dia!!" Elcie bangkit dan berjalan cepat keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.