"Kamu yakin gak mau ikut?" Tanya Zanetta sebelum keluar dari mobil, Elcie menatapnya lekat.
"Tolong hargai keputusan Elcie, kak.." Zanetta menghela nafas dan menganggukkan kepala.
"Oke, tunggu disini, kakak janji gak akan lama.." Elcie menganggukkan kepala, Zanetta melepas seatbelt dan keluar dari mobil.
Elcie menatap nanar pada Alice, Anara, Zanetta dan kedua orang tua Anara juga kedua bayi kembarnya yang mulai memasuki sebuah gedung. Gadis itu menghela nafas dan memejamkan kedua mata dengan tubuh yang bersandar di pintu mobil.
Setelah beberapa hari ia memikirkan hal ini, Elcie akhirnya mengizinkan mereka membawa si kembar untuk menemui Haris, ayah kandung para gadis Lamoera setelah satu tahun lebih pria itu mendekam di balik jeruji besi. Namun Elcie tetap dengan penolakannya, ia hanya akan mengizinkan dan ikut namun tak ingin masuk untuk menemui si pria.
Elcie hanya berusaha menjaga akal sehatnya tetap bugar dan tak ingin kembali di bayang-bayangi oleh luka yang bathinnya rasakan tempo dulu. Dan lagi, ia belum bisa memaafkan perbuatan sang ayah yang telah merenggut nyawa ibu kandungnya dan menyakiti mereka.
Beralih pada Zanetta, Alice dan yang lainnya yang kini berada di sebuah ruangan luas yang akan mempertemukan mereka dengan Haris. Alice mengeratkan genggaman pada tangan Zanetta membuat Zetta menoleh dan mengusap punggung tangan sang adik, berusaha menenangkannya.
"Tenang ya, ada kakak disini.." Bisik Zetta, Alice mengangguk kemudian mengalihkan pandangan pada kedua buah hatinya yang berada dalam stroller di dekat Aurora dan Jonathan.
Krieeet..
Derit pintu besi yang terbuka begitu menggema, bersamanya masuk 2 orang sipir dan seorang pria berbaju tahanan oranye.
Nafas Zanetta tercekat melihat kini penampilan sang ayah yang teramat miris.Tak ada lagi Haris yang gagah dan kekar, tak ada lagi Haris yang terlihat berwibawa dan tampan. Haris di hadapan mereka nampak kacau dan tak terurus dengan rambut yang semakin panjang, wajah yang di tumbuhi janggut dan kumis tak rapi, tubuh yang kurus dan nampak lemah juga kedua mata yang memerah dan sayu.
Haris berdiri di hadapan mereka, menatap satu persatu manusia yang terduduk disana. Tatapannya menyayu dengan kedua mata yang berembun tebal, hingga ia terpaku tatap pada kedua putrinya, Alice dan Zanetta. Pria itu tersenyum pilu, membiarkan buliran kristal meluruh dari kelopaknya.
"A-Alice.. Zanetta.." Gumamnya lirih.
Brugh!
Haris menjatuhkan tubuhnya, bersimpuh di hadapan kedua putrinya dengan air mata yang mengalir semakin deras dan isakan pilunya. Zanetta dan Alice sontak bangkut, menghampiri sang ayah dan berjongkok di hadapannya, juga dengan air mata yang telah meluruh.
"Maafin papa sayang hiks.."
Perasaan rindu dan iba menjadi satu, hasrat ingin merengkuh pun begitu kuat namun mengapa raga nampaknya tak dapat bergerak?
Baik Alice dan Zanetta, keduanya hanya diam menyaksikan tangis kesakitan dari pria di hadapan mereka."T-tolong, peluk papa.. tolong.." Pinta Haris penuh harap, kedua lengannya melebar dengan tatapan semakin menyayat.
Beberapa saat berlalu namun kedua gadis itu masih enggan masuk ke dalam dekapannya, Haris menundukkan kepala, ia tahu bahwa kedua putrinya kini membencinya dan tak mungkin merindukan hadirnya. Kedua tangannya perlahan menurun namun belum sempat menyentuh lantai, Alice dan Zanetta menubruk tubuhnya dan memeluknya dengan erat.
"Hiks.. Rindu.. pada rin-du kalian.."
"Alice juga pah hiks.."
Zanetta membungkam mulutnya, membiarkan air mata yang menyampaikan perasaan rindunya pada sang ayah.
Anara memalingkan wajah kearah Jonathan, menyembunyikan air mata yang keluar dari manik indahnya, Jonathan mengusap punggung sang anak juga memeluk sang istri yang telah terlebih dahulu terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.