#26

703 41 9
                                    

Deburan ombak yang menabrak bebatuan terdengar beriak namun tenang, langit gelap nampak mencekam, angin pun berhembus sedikit kencang. Disana, terduduk seorang gadis berambut panjang dengan raut wajah yang terlihat gusar. Ia terduduk di atas pasir putih dengan kedua kaki yang ia peluk erat. Hembusan nafas berat berulangkali terdengar sesekali tangannya terangkat, mengusap setitik air mata yang menetes keluar dengan lancang. 

"Kalian saudara kembar, tolong jangan seperti ini. Kalian bikin kakak kecewa!"

Elcie menundukkan kepalanya semakin dalam, ucapan sang kakak dengan wajah yang bergelimang air mata masih merajai pikirannya. Tentang hubungan intimnya dengan Alice yang telah diketahui oleh Zanetta, yang kini meminta mereka untuk mengakhirinya. 

Bukan karena mereka sama-sama perempuan. Namun karena kedua gadis itu memiliki ikatan persaudaraan, hal itu membuat Zanetta sulit memaklumi hubungan kedua adiknya. 

Air mata kembali mengalir deras, Elcie membiarkannya. Gadis itu hanya menumpahkan amarah yang ia tahan, terlebih mengingat bagaimana Alice terisak perih di pelukannya sedari sore tadi.

Waktu menunjukkan pukul 12 tengah malam dan Elcie masih berada disana seorang diri. 

Tanpa ia sadari, 2 orang pria berjalan ke arahnya dengan seringai iblis mereka. Gadis itu menoleh menyadari ada yang berdiri di belakang tubuhnya. 

Elcie bangkit dengan ekspresi wajah yang di buat tenang, ia tak ingin menunjukkan ketakutan pada kedua pria asing di depannya. Gadis itu melangkahkan kaki dan hendak pergi dari sana. 

"Buru-buru amat, mau kemana?" Tanya salah satu pria dengan senyuman lebar. 

"Maaf!" Timpalnya seraya kembali mencoba melangkah namun kini si pria mencengkram tangannya. 

"Lepas!" 

"TOLONG!!" Elcie berteriak karena kedua pria tersebut malah semakin mengeratkan cengkramannya dan mendekap tubuhnya. 

"TOLONG!"

"HMPHHH!!"

Elcie semakin berontak, berusaha melepaskan diri dari tubuh si pria namun nahas pria satunya membekap wajah Elcie dengan sapu tangan yang telah di beri obat bius membut Elcie seketika lemas dan tak sadarkan diri.






Di dalam kamar hotel, Alice tiba-tiba saja tebangun dengan nafas terengah, peluh bercucuran di wajahnya. Gadis itu mengedarkan pandangan namun tak menemukan adik kembarnya disana. 

"El.. Elcie.. "

Alice keluar dari kamar hotel setelah memastikan Elcie tak berada di setiap sudut kamarnya. Gadis itu berjalan cepat seraya mengedarkan pandangan, entah mengapa ia mempunyai perasaan yang tak baik tentang Elcie. 

Suasana tengah malam yang sepi membuatnya kebingungan, tak ada yang bisa ia tanyai tentang Elcie. Beberapa staf hotel pun memberikan jawaban yang tak ia harapkan saat ia bertanya tentang kembarannya. 

"ELCIE.. " 

Alice berteriak memanggil adiknya, kini ia berada di pesisir pantai. Meyakini bahwa Elcie berada disana. 

"ELCIE!!"

Namun tak mendapatkan jawaban ataupun melihat tanda-tanda sang adik disana. Alice berkacak pinggang dengan wajah cemasnya, ia melanjutkan langkah dengan pandangan yang masih mengedar. 

Hembusan angin terasa menikam tubuh, deburan ombak pun terdengar mengejeknya. Gadis itu menghentikan langkah, ia mendongakkan kepala kemudian menatap ke arah lautan lepas, kepalanya menggeleng cepat. 

The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang