Anara Felora Saqhin, seorang gadis pemilik paras cantik juga otak yang cerdas. Anak tunggal dari pasangan Jonathan Hilman Saqhi dan Aurora Warena Saqhi, Anara juga satu-satunya cucu bagi Emma Venya Saqhi, seorang wanita paruh baya yang menjabat sebagai Ketua Dewan di kotanya.
Kedua orangtuanya pun termasuk dalam daftar orang yang paling berpengaruh di kota mereka, tak lupa dengan peringkat 10 besar orang terkaya di Indonesia. Beruntungnya Anara yang terlahir menjadi satu-satunya puteri emas mereka.
Lahir dan tumbuh dengan kekayaan yang bergelimang tak membuat Anara menjadi gadis yang berprilaku buruk. Ia mewarisi sifat mandiri ibundanya juga dermawan dari sang ayah dan juga berhasil mengembangkan sifat rendah hatinya.
Itulah sebabnya ia memiliki banyak teman baik di kalangan yang sama dengannya ataupun di bawahnya. Gadis itu tak pernah mempermasalahkan status sosial dan tak pernah menyalah gunakan kekuasaan keluarga besarnya. Ya sesekali mah gapapa lah, kalo kepepet hehe.
Anara bukan anak kaya raya dan broken home seperti kebanyakan temannya. Kedua orangtuanya sangat menyayangi dan memberikan perhatian lebih padanya, meski mereka selalu sibuk di luaran namun tak pernah melupakan Anara dan selalu menyempatkan bertukar kabar dengan anaknya meski hanya lewat sambungan telepon.
Begitu pun sang nenek, yang sangat mencintainya dan memberi cucu semata wayangnya kebebasan memilih jalan hidupnya sendiri. Beruntung, Anara bukan tipikal gadis yang gampang terbawa arus pergaulan, yang menjadikannya tetap pada patuh aturan dan tatakrama yang harus ia jaga.
Tepat pukul 6.30 pagi, Anara keluar dari mobilnya. Berjalan santai menyusuri koridor sekolah yang mulai ramai. Seperti biasa, senyumannya selalu dengan ikhlas ia tunjukkan kala beberapa siswa/siswi menyapa hangat padanya.
Gadis itu mengalihkan langkah saat hendak berbelok menaiki tangga, kaki jenjangnya terbuka lebar menuju sebuah ruang kelas yang masih berada di lantai dasar.
"Kak Nara.." Anara membalas lambaian tangan dari dua orang gadis yang ia kenali, ia mengalihkan pandangan pada sebuah bangku yang masih kosong.
"Mereka belum dateng kak, mungkin bentar lagi"
"Thanks Far, Chika.." Ia kembali melambaikan tangan dan berlalu dari kelas tersebut.
Langkahnya kembali terhenti di pertigaan koridor dengan senyuman lebar dan kedua tangan yang merentang lebar melihat ketiga orang gadis berjalan kearahnya dengan senyuman, salah satunya bahkan berlari.
Grep!
"Alice..." Riang Anara karena Alice memeluknya erat.
"Alice kangen banget sama kakak.." Ujar Alice seraya melepaskan pelukannya.
"Ck! sehari doang gak ketemu! Alay lo Al!" Seperti biasa Elcie selalu mengejek kakak kembarnya. Anara melirik Zanetta dan tersenyum padanya.
"Sehari tuh rasa setaun! iya kan kak?" Tanya Alice pada Zanetta, Zetta mengalihkan pandangan berpura tak mendengar.
"Udah ayo masuk!"
"Elcie..!" Zetta menatap datar pada Elcie yang menarik kerah belakang Alice, Elcie tersenyum kemudian merangkul Alice.
"Kita masuk duluan kak, see you.."
Zanetta menggeleng kecil atas tingkah kedua adik kembarnya, ia mengalihkan pandangan pada Anara kemudian mengulurkan tangannya. Anara dengan senang hati menerima uluran tangan kekasihnya, menggenggamnya dan mulai berjalan beriringan menuju kelas mereka.
"Emang gak cape, langsung sekolah?" Tanya Zetta lembut.
"Cape sih, tapi kangen banget sama lo. Gimana dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.