Benar apa yang beberapa orang bilang bahwa, Cinta bisa hadir hanya karena terbiasa bersama.
Tapi, apakah mungkin cinta juga menyapa pada mereka yang berstatus saudara?
Apakah perasaan Elice dan Alcie memang perasaan cinta yang cinta atau hanya karena kenyamanan saat mereka bersama?
Zanetta menatap haru pada kedua adik kembarnya yang terlihat tertawa bahagia di depannya. Anara benar, Alice membutuhkan Elcie untuk sembuh dari traumanya kemarin dan Elcie membutuhkan Alice untuk segera pulih dari setiap luka di tubuhnya. Keduanya bisa saling menjaga dan memberikan semangat hingga setiap waktu berat yang di lalui terasa lebih ringan dan mudah.
Besarnya cinta dan kasih sayang yang mereka tunjukan begitu nyata membuat Zanetta kini tak lagi berpikiran untuk memisahkan keduanya, ia tak ingin lagi peduli pada apapun dan hanya ingin melihat tawa bahagia dari kedua malaikatnya tersebut.
Ia bangkit dari tempat duduk dan menghampiri kedua adik kembarnya, berdiri di tengah-tengah mereka dan merangkulnya.
"Maafin kak Zetta ya.." Alice dan Elcie menoleh kemudian tersenyum manis.
"Kita yang harusnya minta maaf, kak. Maaf karena kita bikin kakak kecewa dengan-.."
"Sssttt.. Udah ya jangan di bahas lagi." Sela Zanetta pada Elcie, gadis itu mengangguk dan mengalihkan pandangan pada kebun bunga di hadapannya.
Alice terdiam, menatap bergantian kedua gadis di sebelahnya dengan senyuman. Memiliki mereka adalah suatu anugerah yang tak terbantah, Alice beruntung bisa lahir di keluarga ini dan menyandang nama belakang Lamoera, meski juga tak beruntung karena kedua orang tuanya tak ada disana. Zanetta menoleh dan menatap sang adik dengan sebelah alis terangkat.
"Alice, kenapa?" Elcie pun menoleh mendengar suara sang kakak, Alice terperanjat kemudian menggelengkan kepalanya.
"Alice sayang banget sama kalian.." Ujarnya tulus, Elcie melirik Zanetta dan tersenyum.
"Kakak juga sayang banget sama kalian, jangan tinggalin kak Zetta, ya?"
"Gimana bisa kita ninggalin kakak, sedangkan kakak itu Atm berjalan kita eheh.." Keduanya terkekeuh oleh jawaban Elcie.
"Oh jadi selama ini kalian cuma anggap kakak Atm, iya?" Tak ada jawaban, si kembar saling pandang dengan senyuman kemudian memeluk Zanetta bersamaan.
"Kakak segalanya buat kita!" Gumam Elcie tulus,
"Di dunia ini, Al gak butuh apa-apa lagi selain kak Zetta dan Elcie!" Timpal Alice dengan pelukan yang semakin ia eratkan.
"Kak Nara? lo gak butuh kak Nara?"
"Eh iya, kak Nara juga.." Ralat Alice, Zanetta menggelengkan kepala dan membalas pelukan kedua adiknya, mengusap kepala mereka dengan lembut dan mendaratkan kecupan di kening keduanya bergantian.
Hening, ketiga gadis itu masih asik saling merengkuh, menikmati suasana tenang dengan semburat oranye yang menjadi pemandangannya. Hingga tanpa sadar, binar pada manik salah satu gadis berubah sayu dan mengembun, ia menggigit bibir bawahnya berusaha sekuat tenaga menahan air mata yang ingin mendobrak keluar.
Grep!
"Alice.." Itu Elcie yang menangkap ekspresi kesedihan di wajah sang kakak kembar, ia menangkup wajah Alice dan memberikan usapan lembut.
"Mama.. Alice kangen mama.." Lirihnya, Zanetta memejamkan mata dan mengeratkan pelukannya.
Tak bisa di pungkiri bahwa ia pun sangat merindukan ibundanya, menyadari bahwa kini ia mengambil alih tugas orang tua untuk menjaga kedua adiknya, benar-benar membuat Zanetta tersiksa. Zetta bahkan belum siap tentang apapun dan bingung harus bertindak seperti apa karena selama ini, ibundanya tak pernah memaksanya bersikap dewasa, bersama sang ibu, Zanetta masih seorang gadis kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)
Teen FictionBukankah hidup harus terus berjalan? ya, sebuah perjalanan dan bukan pelarian. Tenanglah, aku disini membersamai-mu, melangkah bersamamu dan akan ku pastikan kita sampai pada garis akhir yang menjadi pelabuhan terakhir kita.