#6

1.4K 91 2
                                    

Alice melirik kearah Elcie yang asik dengan tontonannya. Keduanya kini berada di dalam sebuah ruang teater bioskop. Dengan terpaksa menyetujui pinta sang adik yang merajuk karena ia menjahilinya tadi. 

"Hahhh.. " Alice mendengus, ia tak menyukai film horor namun kini terpaksa menyaksikannya langsung.

"El.. "

"Stttt.." Elcie menaruh telunjuknya di depan bibir, bermaksud untuk menyuruh kakaknya diam. 

Alice sudah merasa tak nyaman sedari tadi, entah mengapa di ruangan gelap ini ia merasa ketakutan meski sebenarnya banyak orang di sekelilingnya. Elcie menangkap gelagat gelisah sang kakak, tangannya menarik tangan Alice, membawanya keatas pangkuannya kemudian mengusap punggung tangan Alice dengan lembut.

"AAAAA.."

Alice memejamkan mata erat mendengar jeritan manusia lain di sekitarnya, dadanya naik turun tak beraturan, ia benar-benar dalam ketakutan.
Gadis itu sedikit tersentak dan membuka matanya menatap Elcie yang kini memeluk tubuhnya dari samping. 

Ia tersenyum tipis dan malah sengaja mengeratkan pelukan pada tubuh sang adik, menaruh wajahnya di ceruk leher Elcie.

Elcie masih memfokuskan pandangan pada layar besar di hadapannya namun tanpa sadar  tersenyum manis merasakan hembusan nafas Alice di lehernya.

"Al.. "

"Hmm?" 

"Itu kak Zetta?" Alice menegakkan tubuh dan melirik arah tunjuk Elcie. Ia memicingkan mata kemudian mengangguk yakin.

"Sama siapa ya?" 

"Gak tau, gak jelas.." Timpal Elcie, ia kembali duduk dengan tenang menyelesaikan filmnya.

Beberapa saat kemudian, Alice menghela nafas lega karena lampu teater kini menyala terang. Elcie melirik Alice kemudian tertawa lebar seraya mengacak rambut sang kakak.

"Huu.. cengeng haha.."

"Diem lo!"  Kesal Alice seraya berjalan menuju pintu keluar, Elcie mengikutinya dengan cepat kemudian mengalungkan tangan di pundak Alcie.

Langkah keduanya memelan kala melihat gadis yang mereka kenali, saling bertukar pandangan kemudian berjalan cepat dan berhenti di belakang tubuh gadis tersebut.

"Jadi ini alasan kakak pulang malem?" Ujar Alice pelan tepat di antara wajah kedua gadis di depannya.

"Astaga!" 

"Alice? Elcie?"

"Loh, kak Nara?" Tunjuk Elcie kaget, ia melirik wajah sang kakak dan tersenyum penuh arti.

"K-kalian ngapain disini?" Gugup Zanetta tanpa menatap kedua adik kembarnya.

"Sama kek kalian, nge-date!" Timpal Alice dengan kekeuhan, Elcie pun tertawa kecil dibuatnya.

"Asal jeplak aja kalo ngomong!" Sergah Zanetta, 

"Yah, kak Nara gak dianggap tuh kak" Kompor Elcie seraya mengedipkan sebelah mata pada Anara. 

"Sedih banget jadi gue.. hiks.." Anara berujar dengan gaya melow lebaynya membuat Zanetta gelagapan.

"B-bukan gitu.."

"Gue balik aja kali ya, gak ada yang anggap gue disini.." Alice mengangguk dengan wajah di buat sendu sedangkan Elcie mengusap pundak gadis tersebut.

"Sabar ya kak, dunia ini emang gak adil, tapi El yakin di luar sana banyak tukang cilok.." Anara dan Alice menahan tawanya sedangkan Zetta menatap datar wajah sang adik yang dibuat sendu namun lucu.

"Gak usah drama!" Ujar Zetta datar kemudian menarik tangan Anara pergi darisana. Kedua adiknya saling pandang kemudian tertawa oleh tingkah sang kakak.

Alice menarik tangan Elcie, berniat mengikuti kemana pun sang kakak pergi. 


Zanetta menghela nafas jengah melihat Anara yang lebih asik bersama si kembar. Ketiga gadis itu tertawa dan bercerita tentang apapun di depannya. Kini mereka telah berada di sebuah restoran, mengisi perut kosong mereka yang sedari tadi berteriak.

"Permisi.." 

Ketiga gadis itu menghentikan tawa kala seorang pelayan membawakan pesanan mereka.

"Makasih mas.."

"Sama-sama, silahkan dinikmati" 

Sepeninggalan sang pelayan, Zanetta langsung terfokus pada makanannya. Berbeda dengan si kembar yang malah meributkan hal sepele.

"Kok punya lo ada itunya?" Tanya Elcie menunjuk makanan Alice.

"Punya lo juga ada, noh .."

"Gak, gue pengen yang itu!" Elcie hendak menukar piring mereka namun Alice menahannya.

"Sama aja, El!"

"Yaudah tuker kalo sama!" Anara yang sedari tadi menatap mereka hanya menggelengkan kepala.

Ia melirik Zanetta yang kini menatap tajam kedua adiknya dalam diam, gadis itu dengan cepat menoleh pada si kembar.

"Alice, Elcie.." Panggilnya lembut membuat kedua gadis tersebut menoleh kemudian terdiam ngeri melihat tatapan Zetta.

"Makan!" Titah Zanetta teramat datar, nyali ketiga gadis tersebut menciut dengan cepat melahap makanan mereka dengan tenang.



Waktu menunjukkan pukul 9 malam, setelah mengantar Anara pulang, Zanetta membawa mobilnya melaju menuju rumah. 

Kedua adiknya tertidur di bangku belakang dengan posisi Alice yang meringkuk merebahkan kepala di pangkuan Elcie.

Zanetta mematikan mesin mobilnya, ia melepas seatbelt kemudian membalikkan tubuh kearah belakang, menepuk kaki Elcie.

"Bangun, udah sampe" 

Elcie mengerjap, ia membuka matanya seraya menegakkan tubuh dan membenahi topinya. Gadis itu mengedarkan pandangan keluar jendela mobil kemudian menepuk pipi Alice, membangunkannya.

"Al bangun, kita sampe.."

"Alice.." 

Namun Alice malah membalikkan tubuh kearah perut Elcie dan mendekapnya. Elcie menoleh pada Zanetta yang menghela nafas.

"Kakak duluan aja, biar El yang bawa Alice.."

Zanetta menaikkan sebelah alisnya, "Kuat?"

"Alice doang mah kecil hehe.." Zetta ikut terkekeh kemudian mengangguk dan keluar dari mobil.

"Alice bangun atau gue tinggal?"

"Nghhh sstttt.."  Elcie menggerutu tanpa suara, ia terdiam sesaat kemudian menundukkan kepalanya.

Cuph!

Di kecupnya pipi Alice, bermaksud mengganggu sang kakak agar terbangun.

"Bangun!"

Cuph!

Cuph!

Cuph!

Kedua mata Elcie membelalak karena kini bibirnya berada tepat di atas bibir Alice. Tanpa di duga Alice membalikkan tubuhnya membuat kini keduanya sama-sama membelalak kaget.

Dengan cepat Alice bangkit dari pangkuan Elcie yang telah terduduk tegak dengan gugup.
Kecanggungan melanda, keduanya bungkam, masih mencoba menetralkan perasaan kaget mereka.

"G-gue duluan!"

Alice melirik Elcie yang kini keluar dari mobil dan berjalan cepat memasuki rumah. Gadis itu menghela nafas lega kemudian ikut keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai.
























The Lamoera's (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang